Syech Hassan Abdullah Turabi adalah salah satu pemikir Islam yang tangguh dan penuh pengorbanan. Ia keluar masuk penjara karena sering kali bertentangan dengan pemerintah yang berkuasa di negaranya bahkan sisa-sisa umurnya dihabiskan sebagai tahanan rumah.
Ia lahir di negara bagian Kassala, Sudan Timur pada tahun 1932 dan wafat pada tahun 2016. Masa kecilnya ia belajar ilmu agama dari ayahnya yang menjadi Qodhi di kota itu dan berhasil menghapal Alquran dengan berbagai jenis Qiraat pada masa kecilnya. Ia juga menekuni ilmu-ilmu syariah dan bahasa Arab di perguruan yang dibina oleh ayahnya. Setelah tamat ia melanjutkan pendidikannya di Universitas Khartoum hingga selesai serjana S1. Kemudian ia melanjutkan pendidikannya di Oxford Inggris dan berhasil meraih gerlar Master dari Universitas bergensi tersebut. Setelah itu, ia melanjutkan program Doktoralnya di Universitas Sorbonne, Perancis dalam studi filsafat. Yang istimewa bagi tokoh ini karena ia mampu menggunakan 3 (tiga) bahasa asing selain Bahasa Arab, Inggris, Jerman dan Perancis.
Setelah menyelesaikan studinya di Eropa, ia kembali ke negaranya dan bergabung ke dalam salah satu pergerakan Islam di Sudan “Al Mistaq Al Islami” yang dapat dikatakan sebagai gerakan Islam pertama di Sudan yang bercita-cita menerapkan Syariat Islam. Dalam beberapa tahun, Turabi menempati posisi penting dalam organisasi ini dan mulai terjun ke dunia politik praktis. Sebagai seorang ilmuwan yang cukup disegani ia memanfaatkan dua kekuatan massa di Sudan yaitu Al Anshor dan Al Khitamiya yang keduanya memiliki basis politik di tengah-tengah masyarakat Sudan. Al Anshor mendukung Partai Umma sementara Al Khitamiyah mendukung Partai Demokrasi. Kedua Partai ini merupakan partai konservatif di Sudan yang memiliki pendukung yang cukup banyak dan keduanya berorientasi sekuler dan demokrasi. Turabi lalu memainkan kelompok-kelompok ini untuk kepentingan politiknya dan keinginanannya untuk menjadikan syariat Islam di Sudan dan turut mewarnai kebijakan kedua partai yang bertumpuh kepada kedua ormas Islam terbesar di Sudan.
Pada tahun 1969, Jenderal Polisi Jafar Nimieri mengambil alih kekuasaan dari sipil melalui kudeta dan menahan tokoh-tokoh Islam yang dianggap akan menghambat kekuasaannya termasuk Hassan Turabi dan menjebloskan ke dalam penjara selama 7 (tujuh) tahun dan membebaskannya setelah pemerintah dan gerakan-gerakan Islam melakukan rekonsiliasi nasional pada tahun 1977.
Pada tahun 1983, Presiden Nimieri memberlakukan Syariat Islam namun pemberlakukan tersebut mendapat resistensi dari kalangan pemikir Islam dan kelompok ini lalu berusaha mengkudeta pemerintahan yang ada dengan asusmi bahwa pemberlakukan syariat Islam oleh pemerintah hanya untuk mempertahankan pemerintahannya yang diktator dan tidak menjalankan demokrasi. Pada tahun 1985, Hassan Turabi membentuk gerakan Islam baru dengan nama National Islamic Front dan pada tahun 1989 Turabi bekerjasama dengan militer mengkudeta pemerintahan sipil yang dipimpin oleh Sadiq Al Mahdi.
Pada tahun 1991 Turabi mendirikan Popular Arab Islamic Party yang melibatkan tokoh-tokoh Islam dari berbagai negara Arab dengan tujuan membangun kekuatan di dunia Islam dalam menghadapi intervensi asing terhadap negara-negara Arab dan mengecam intervensi AS terhadap Kuwait pada saat perang teluk pertama sehingga mengakibatkan hubungan Sudan dengan negara-negara Barat memburuk.
Dalam pemerintahan yang dipimpin oleh Presiden Omer Hassan Ahmed El Bashir, Hassan Turabi menjadi tokoh dan rujukan pertama dalam segala kebijakan pemerintahan termasuk politik dalam dan luar negeri. Setelah beberapa tahun pemerintahan berjalan dengan baik, Turabi mulai terlibat dalam politik dan ditunjuk sebagai Ketua Parlemen Nasional Sudan. Pada waktu yang sama menjadi Ketua Partai yang berkuasa di Sudan yang telah dibentuk oleh timnya untuk mempersiapkan diri memasuki era demoktrasi baru di Sudan dan bersaing dengan partai-partai lainnya untuk memperebutkan kekuasaan secara bebas, adil dan jujur melalui pemilu..
Selain ia aktif dalam dunia politik, ia juga aktif menulis berbagai buku dan mengikuti berbagai seminar-seminar internasional dan regional di bebragai negara khususnya di Eropa dan AS. Namun setelah beberapa tahun dalam pemerintahan yang menjalankan syariat Islam ia sudah jarang meninggalkan Sudan karena beberapa negara khususnya negara-negara Arab yang masih dipimpin oleh para diktator tidak mengizinkannnya masuk ke dalam negaranya karena khawatir pemikiran tentang kebebasan dan demokrasi yang ditawarkan Turabi dapat memberikan pengaruh negatif kepada pemikir-pemikir Islam di negara-negara Arab lainnya.
Beberapa buku yang ditulis antara lain (1) Qadhaya Al Wihda wal Hurriya (masalah persatuan dan kebebasan), (2) Tajdid Ushul Fiqhi ( Reformasi Ushul Fiqhi) (3) Tajdidul Fikru Al Islami (Pembaruan Pemikiran Islam) (4) Mustalahatul Assiyasiya fil Islam (Istilah-istilah politik dalam Islam), (5) Al Maratu baena taalimul el din wa taqalidul mujatam (Wanita antara pendidikan agama dengan adat istiadat masyarakat) dan sejumlah buku-buku ilmiah lainnya yang masih bisa di temukan di berbagai perpustakaan di negara-negara Arab.
Agama dan politik di Indonesia selalu menjadi isu yang sensitif sekaligus penting. Keduanya memiliki kekuatan…
Sesungguhnya, agama tidak pernah bertentangan dengan politik. Agama dan politik itu sifatnya integratif. Agama dapat…
Pada mulanya politik adalah sebuah jalan untuk mencapai tujuan yang mulia. Politik adalah seni untuk…
Menjelang Pilkada Serentak 2024, ruang digital di Indonesia menjadi semakin sibuk. Media sosial, yang telah…
Tahun 2024 adalah tahun politik. Pesta demokrasi melalui Pemilu telah. Kini masyarakat siap menyambut pemilihan…
Kelompok konservatif seperti Hizbut Tahrir Indonesia selalu menjadikan agama sebagai palang pintu terakhir segala problematika…