Narasi

Transformasi Idul Fitri di Tengah Pandemi untuk Ukhuwah Kebangsaan

Sudah mafhum diketahui umum bahwasanya Idul Fitri menjadi tradisi akbar umat muslim di seluruh dunia, tak terkecuali bangsa Indonesia. Pada Idul Fitri 1441 H kali ini yang berbeda dari sebelumnya dimana dunia global terdampak wabah Pandemi Covid-19. Karenanya dengan kondisi seperti ini, diharapkan terjadi transformasi esensi Idul Fitri. Sebagai negara heterogen yang terdiri dari berbagai keberagaman, tentunya sangat penting tetap memupuk persaudaraan di tengah pandemi, meski dengan cara yang berbeda dari biasanya. Itu artinya, dalam menjalankan halal bihalal pada Idul Fitri kali ini tak harus lewat kontak fisik, tetapi juga bisa dengan media online, dengan tanpa menghilangkan esensi nilai utamanya yakni ukhuwah atau persaudaraan.

Momentum Hari Raya Idul Fitri kali ini sudah semestinya dimaknai tak sekadar sebagai artikulasi fisik semata, karena memang diimbau untuk tidak bersalam-salaman. Tetapi, lebih dari pada itu dapat ditransformasikan secara budaya dalam mempererat tali ukhuwah lewat media online. Alangkah indahnya mana kala perhelatan akbar Hari Raya Idul Fitri ini direfleksikan menjadi spirit untuk persaudaraan kebangsaan yakni dengan mengahdirkan umat Islam yang cinta dan toleran terhadap semua bangsa. Mengingat Idul Fitri lewat media online cakupan wilayahnya lebih luas, tanpa adanya sekat, dan lintas bangsa.

Harapannya kolektivitas kebangsaan seperti itu dapat menghasilkan sinergi yang dahsyat sebagai energi untuk menghadapi wabah pandemi Covid-19. Dalam mengaktualisasikan ukhuwah kebangsaan lewat online tentu tetap menjaga tri-ukhuwah kebangsaan yang diajarkan oleh Islam, yakni mengembangkan sikap persaudaraan tidak hanya sesama kaum muslimin (ukhuwah Islamiyah), melaikan juga dengan sesama warga bangsa yang lainnya (ukhuwah wathoniyah), serta dengan warga dunia manapun tanpa adanya diskriminasi (ukhuwah basyariyah) (Sasongko, 2017). Tri-ukhuwah ini diharapkan dapat menjadi pegangan seluruh elemen bangsa dalam memperkuat ukhuwah kebangsaan melalui media online.

Tri-ukhuwah kebangsaan tersebut sudah diteladankan Baginda Rasulullah SAW. Diantaranya, tercermin dalam sikap kedamaian dan toleransi Rasulullah SAW ketika membangun masyarakat multiagama dan multikultural di Madinah. Kala itu, Nabi SAW mempersaudarakan Kaum Muhajirin dan Anshar. Nabi SAW juga mendamaikan kabilah-kabilah Arab, Yahudi, dan Nasrani yang berselisih, dengan menetapkan Piagam Madinah (al-mitsaq al-madinah).

Baca Juga : Hakikat Kemenangan Idul Fitri Di Musim Pandemi

Esensi dari Piagam Madinah diantaranya ialah pentingnya kemanusiaan dan ikatan sosial di antara umat manusia yang heterogen. Disamping itu juga, urgensi dalam mewujudkan persaudaraan, persatuan, dan kerjasama dalam kehidupan sosial dalam mencapai kemaslahatan bersama. Untuk mewujudkan itu semua, Piagam Madinah menghadirkan hak dan kewajiban stiap dan seluruh komunitas atas dasar keadilan kemanusiaan; kesetaraan hak hidup, hak keamanan diri, hak membela diri, tanggung jawab mewujudkan kedamaian dan pertahanan; serta kesetaraan hak dalam memilih agama dan keyakinan.

Sekelumit Shirah Nabawiyah tersebut tentu dapat dijadikan refleksi dalam konteks ukhuwah kebangsaan melalui media online di Indonesia. Kita tahu bahwa Indonesia merupakan negara bhineka yang terdiri dari berbabagai macam suku, ras, bahasa, dan agama. Tanpa ukhuwah kebangsaan yang kokoh maka, bangsa ini mudah terpecah belah. Bahkan kita tahu bahwa sedari awal para fouding father mendirikan bangsa ini atas dasar ‘Bhineka Tunggal Ika’, walaupun berbeda-beda tetapi tetap satu. Islam pun demikian mengajarkan ukhuwah kebangsaan, salah satunya melalui nilai-nilai yang terkandung dalam perayaan Idul Fitri.

Ada beberapa hal yang mampu menguatkan ukhuwah kebangsaan yang terefleksikan dalam perayaan Idul Fitri yaitu pertama, menunjukkan kegembiraan dan senyuman ketika berinteraksi. Hal ini selaras dengan Sabda Nabi yaitu “Janganlah kau meremehkan kebaikan (apa saja yang datang dari saudaramu). Dan jika kamu berjumpa dengan saudaramu, maka berikanlah dia senyum kegembiraan” (H.R. Muslim).Kedua, budayakan silaturrahim meski lewat media online. Itulah beberapa diantara contoh penting merefleksikan ukhuwah kebangsaan yang termanifestasi dalam perayaan Idul Fitri. Pada intinya ialah prinsip penting menerima komoditas dan perbedaan, antara lain sikap lemah lembut, memaafkan, dan toleransi. Untuk selanjutnya, harapannya, nilai dan esensi Idul fitri tak berkurang meski melalui media online, sehingga bisa memperkuat ukhuwah kebangsaan guna menghadapi wabah Covid-19.

This post was last modified on 26 Mei 2020 7:05 PM

Suwanto

Penulis merupakan Peneliti Multiple-Representation Learning di PPs Pend.Kimia UNY, Interdisciplinary Islamic Studies di Fak. Adab dan Ilmu Budaya UIN Sunan Kalijaga, dan Culture Studies di UGM

Recent Posts

Ruang Maya Sehat, Demokrasi Kuat

Menjelang Pilkada Serentak 2024, ruang digital di Indonesia menjadi semakin sibuk. Media sosial, yang telah…

24 jam ago

Mencegah Mudharat “Jualan Agama” Pada Pilkada 2024

Tahun 2024 adalah tahun politik. Pesta demokrasi melalui Pemilu telah. Kini masyarakat siap menyambut pemilihan…

24 jam ago

Prinsip Teo-Antroposentrisme Kuntowijoyo, Jembatan antara Dimensi Ilahi dan Realitas Sosial

Kelompok konservatif seperti Hizbut Tahrir Indonesia selalu menjadikan agama sebagai palang pintu terakhir segala problematika…

24 jam ago

Politik dan Kesucian: Menyimak Geliat Agama di Pilkada 2024

Dunia politik, pada dasarnya, adalah sebuah dunia dimana orang menjadi paham akan manusia dengan segala…

24 jam ago

Potensi Ancaman Pilkada 2024; Dari Kekerasan Sipil ke Kebangkitan Terorisme

Sebuah video rekaman detik-detik “carok” di Sampang, Madura beredar di media sosial. Kekerasan itu terjadi…

2 hari ago

Mencegah Agenda Mistifikasi Politik Jelang Pilkada

Dalam ranah politik jelang Pilkada 2024, kita dihadapkan pada fenomena yang mengkhawatirkan, yakni potensi meningkatnya…

2 hari ago