Editorial

Ulama Nusantara Benteng NKRI

Dalam sebuah kegiatan seminar dan lokakarya ‘Indonesia di Persimpangan Negara Pancasila Vs Negara Agama’ di Hotel Aryaduta, Menteng, Jakarta Pusat, Sabtu (8/4/2017), Mantan Ketum PP Muhammadiyah Ahmad Syafii Maarif mensinyalir munculnya kelompok-kelompok yang merongrong ideologi Pancasila. Dengan tegas, Buya Syafi’I, begitu panggilan akrabnya, menyatakan bahwa kelompok tersebut merupakan gerakan minor tetapi lantang bersuara. Kenapa kelompok kecil yang anti Pancasila mulai bersuara latang karena mayoritas memilih diam dan acuh.

Kelompok gerakan trans-nasional mulai marak ingin menggeser pancasila sebagai dasar negara. Dari sekedar gerakan sembunyi-sembunyi higga kelompok yang secara nyata menghujat dan mencaci maki Pancasila. Dari sekedar menggaungkan khilafah hingga mereka yang telah mendeklarasikan khilafah di nusantara. Kenapa mereka menyasar Pancasila sebagai ideologi negara?

Pancasila selama ini telah menjadi payung besar yang bisa mengayomi keragaman. Persatuan menjadi pilar di atas kebhinnekaan. Jika pancasila diruntuhkan maka keragaman ini akan menjadi api penyulut yang memecah persatuan bangsa. Inti dasar dari negara ini adalah terletak pada rasa persatuan dan kesatuan dalam kebhinnekaan. Konsep inilah yang sesungguhnya membingkai keberadaan NKRI (Negara Kesatuan Republik Indonesia).

Indonesia harus belajar pada negara-negara seperti Irak, Suriah, Libya, Yaman, Tunisia, Mesir, Somalia serta beberapa negara mayoritas muslim lainnya di mana jutaan umat Islam mati mengenaskan akibat konflik di negara-negara tersebut. Indonesia harus belajar dari kegagalan negara-negara tersebut yang tidak mempunyai payung kokoh identitas nasional dalam menopang keragaman dan isu sekterian yang membelah warga negaranya dengan propaganda primordialisme.

Barangkali inilah yang harus disadari bersama bahwa negara ini sedang dilanda pra kondisi perpecahan antar sesama. Saling menghujat, mencaci, membenci, memusuhi seakan menjadi santapan sehari-hari. Isu agama kerap menjadi bahan yang ampuh untuk membakar rasa benci antara sesama.

Namun, Indonesia harus berbangga dengan tokoh-tokoh besar dan ulama di negeri ini yang tetap arif dan konsisten menyikapi perbedaan. Mereka adalah Ulama nusantara yang mengedepankan persatuan daripada perpecahan, mengedepankan persaudaraan dari pada permusuhan, mengedepankan kesantunan dari pada kebencian.

Inilah corak ulama nusantara yang telah menjadikan Indonesia dan Islam sebagai identitas pemersatu dalam berbangsa dan bernegara. Ulama nusantara telah menancapkan pilar penting dalam rumusan beragama dan bernegara dan menjaganya dalam bingkai NKRI. Agama dan nasionalisme bukan hal terpisah tetapi saling menguatkan.

Redaksi

Recent Posts

Makna Jumat Agung dan Relevansinya dalam Mengakhiri Penjajahan di Palestina

Jumat Agung, yang diperingati oleh umat Kristiani sebagai hari wafatnya Yesus Kristus di kayu salib,…

1 hari ago

Jumat Agung dan Harapan bagi Dunia yang Terluka

Jumat Agung yang jatuh pada 18 April 2025 bukan sekadar penanda dalam kalender liturgi, melainkan…

1 hari ago

Refleksi Jumat Agung : Derita Palestina yang Melahirkan Harapan

Jumat Agung adalah momen hening nan sakral bagi umat Kristiani. Bukan sekadar memperingati wafatnya Yesus…

1 hari ago

Belajar dari Kisah Perjanjian Hudaibiyah dalam Menanggapi Seruan Jihad

Perjanjian Hudaibiyah, sebuah episode penting dalam sejarah Islam, memberikan pelajaran mendalam tentang prioritas maslahat umat…

3 hari ago

Mengkritisi Fatwa Jihad Tidak Berarti Menormalisasi Penjajahan

Seperti sudah diduga sejak awal, fatwa jihad melawan Israel yang dikeluarkan International Union of Muslim…

3 hari ago

Menguji Dampak Fatwa Aliansi Militer Negara-Negara Islam dalam Isu Palestina

Konflik yang berkecamuk di Jalur Gaza sejak 7 Oktober 2023 hingga hari ini telah menjadi…

3 hari ago