Editorial

Aktualisasi Bela Negara Generasi Milenial

Hari bela Negara (HBN) yang ditetapkan dan diperingati pada tanggal 19 Desember merupakan peringatan untuk mengenang salah satu sejarah penting keberlangsungan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). HBN merupakan peringatan terkait dengan sejarah pemerintahan sementara melalui pembentukan Pemerintahan Darurat Republk Indonesia (PDRI).

Pembentukan PDRI dilatarbelakangi adanya agersi militer II Belanda yang berhasil melumpuhkan ibu kota RI, Yogyakarta, dan menanhan pimpinan Indonesia, Bung Karno, Bung Hatta dan Syahrir. Mesikpun ibu kota dan pimpinan tertinggi bangsa dilumpuhkan tetapi semangat mempertahankan kemerdekaan Indonesia terus digaungkan.

Itulah esensi Bela Negara yang tidak pernah padam. Kecintaan dan kesadaran mempertahankan kedaulatan Negara merupakan tugas yang tak pernah usai dari segenap elemen bangsa sampai kapanpun.

Dalam konteks hari ini, meskipun bentuk kolonialisme fisik telah usai di bumi nusantara, tetapi tantangan lainnya yang berusaha meruntuhkan kedaulatan Negara tidak pernah padam. Inilah menjadi tanggungjawab seluruh komponen bangsa, khususnya generasi milenial.

Semangat patriotisme, keikhlasan, semangat pantang menyerah, serta mementingkan persatuan daripada kepentingan kelompok merupakan semangat bela Negara yang harus digaungkan oleh generasi milenial di tengah semakin keroposnya persatuan akibat berbagai kepentingan saat ini. Masuknya gerbang digitalisasi sebagai sumber akses informasi masyarakat tidak saja membawa keuntungan, tetapi juga tantangan bahkan bisa jadi musibah.

Derasnya informasi dan pengetahuan di era digital sangat memberikan pengaruh besar terhadap pola pikir dan mindset masyarakat, khsususnya generasi melinial. Infiltasi paham, ideologi dan pandangan yang bertentangan dengan pandangan dan falsafah bangsa mudah menunggangi kecanggihan teknologi dan informasi di abad digital ini.

Baca juga : Literasi Media, Bela Negara Kekinian A la Generasi Milenial

Dalam konteks inilah, keutuhan dan kedaulatan bangsa tidak lagi tergantung pada ancaman yang bersifat tradisional atau ancaman militer. Justru yang lebih berbahaya adalah serangan non fisik seperti ideologi dan paham yang dapat mempengaruhi pola pikir masyarakat. Karena itulah, generasi melinial, khususnya, harus mempunyai benteng yang kokoh dalam mewaspadai berbagai informasi, pengetahuan dan konten yang dapat merubah pola pikir, mental, kepribadian dan moral berbangsa.

Benteng kokoh yang wajib dimiliki oleh generasi melinial saat ini adalah kesadaran bela negara yang berupa kecintaan, kerelaan dan semangat untuk memperkokoh persatuan dan kedaulatan bangsa. Semangat bela Negara harus diaktualisasikan oleh generasi milenial sesuai dengan kapasitas, profesi dan kemampuan masing-masing.

Generasi melinial harus mempunyai kewaspadaan dan daya kritis terhadap berbagai pola dan cara yang dapat memecahbelah persatuan dan merendahkan martabat bangsa. Infiltrasi paham dan ideologi yang merusak tatanatan berbangsa dan meruntuhkan ideologi bangsa melalui berbagai informasi, pengetahuan dan konten di era digital harus dilawan dengan daya kritis berbasis kesadaran bela Negara.

Masa depan bangsa ini sangat tergantung dengan kualitas generasi melinial saat ini. Kesadaran bela Negara yang tinggi di kalangan generasi melinial akan menjadi soft power bangsa dalam menjaga kedaulatan Negara ini di masa yang akan datang.

Redaksi

View Comments

Recent Posts

Demistifikasi Agama dan Politik Inklusif untuk Kemanusiaan

Agama dan politik di Indonesia selalu menjadi isu yang sensitif sekaligus penting. Keduanya memiliki kekuatan…

1 jam ago

Merawat Hubungan Agama dan Politik yang Bersih dari Politisasi Agama

Sesungguhnya, agama tidak pernah bertentangan dengan politik. Agama dan politik itu sifatnya integratif. Agama dapat…

1 jam ago

Agama (Tidak) Bisa Dipisahkan dalam Politik?

Pada mulanya politik adalah sebuah jalan untuk mencapai tujuan yang mulia. Politik adalah seni untuk…

1 jam ago

Ruang Maya Sehat, Demokrasi Kuat

Menjelang Pilkada Serentak 2024, ruang digital di Indonesia menjadi semakin sibuk. Media sosial, yang telah…

1 hari ago

Mencegah Mudharat “Jualan Agama” Pada Pilkada 2024

Tahun 2024 adalah tahun politik. Pesta demokrasi melalui Pemilu telah. Kini masyarakat siap menyambut pemilihan…

1 hari ago

Prinsip Teo-Antroposentrisme Kuntowijoyo, Jembatan antara Dimensi Ilahi dan Realitas Sosial

Kelompok konservatif seperti Hizbut Tahrir Indonesia selalu menjadikan agama sebagai palang pintu terakhir segala problematika…

1 hari ago