Narasi

Ikrar Setia NKRI Siska Nur Azizah dan Urgensi Deradikalisasi Berkelanjutan

Pada awal Juli 2024 ini, publik dikejutkan oleh ikrar setia Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) yang dilakukan oleh Siska Nur Azizah, seorang narapidana terorisme (napiter). Siska yang sebelumnya terlibat dalam jaringan terorisme dan memiliki ideologi radikal, menyatakan kesetiaannya pada NKRI. Ikrar setia NKRI yang dilakukan Siska ini barang tentu adalah baik. Bahwa deradikalisasi mampu mengubah jalan pikiran radikalnya. 

Namun, ikrar Siska tersebut menimbulkan pertanyaan besar di benak masyarakat: apakah ia benar-benar telah hijrah dari ideologi radikal yang selama ini dianutnya? Pertanyaan ini tentu rasional mengingat ideologi radikal bukanlah sesuatu yang mudah untuk dilepaskan, terutama bagi mereka yang telah lama terpapar dan terlibat dalam kegiatan terorisme.

Ikrar setia yang dilakukan oleh Siska Nur Azizah seolah menjadi titik terang dalam upaya pemerintah untuk memerangi radikalisme dan terorisme di Indonesia. Namun, skeptisisme yang muncul di kalangan masyarakat bukanlah tanpa alasan. Sejarah menunjukkan bahwa proses deradikalisasi tidak selalu berjalan mulus dan sering kali membutuhkan waktu yang lama serta pendekatan yang komprehensif untuk mencapai target yang ditentukan.

Banyak kasus di mana mantan napiter kembali terlibat dalam aktivitas radikal setelah dibebaskan karena proses deradikalisasi yang tidak efektif atau tidak berkelanjutan. Oleh karena itu, ikrar setia yang dilakukan oleh Siska perlu dilihat sebagai langkah awal yang positif, tetapi masih membutuhkan pemantauan dan intervensi lebih lanjut untuk memastikan. 

Deradikalisasi berkelanjutan merupakan suatu proses yang tidak hanya berfokus pada perubahan ideologi, tetapi juga mencakup aspek-aspek lain seperti rehabilitasi psikologis, sosial, dan ekonomi. Proses ini harus dilakukan secara menyeluruh dengan melibatkan berbagai pihak, mulai dari pemerintah, lembaga pemasyarakatan dan hingga masyarakat luas.

 Program deradikalisasi yang berkelanjutan harus mampu menjangkau napiter dalam berbagai aspek kehidupan mereka, termasuk memberikan bekal keterampilan hidup, pendidikan, serta dukungan sosial yang memadai agar mereka bisa kembali berintegrasi dengan masyarakat secara baik. Dalam konteks Siska Nur Azizah, penting untuk terus dilakukan pemantau terhadap perkembangan ideologinya pasca menyatakan ikrar setianya kepada NKRI.

 Evaluasi berkala dan pendampingan intensif harus terus dilakukan untuk memastikan bahwa perubahan ideologi yang terjadi bukanlah sementara atau sekadar bentuk kepatuhan sementara. Program-program rehabilitasi yang ada di dalam lapas perlu ditingkatkan kualitasnya agar benar-benar mampu memberikan dampak positif yang berkelanjutan. Selain itu, dukungan pasca pembebasan juga sangat penting untuk memastikan mantan napiter tidak kembali ke lingkungan yang dapat mempengaruhi mereka untuk kembali ke jalan radikal. 

Siska Nur Azizah dengan ikrar setia NKRI-nya telah memberikan harapan baru bagi upaya deradikalisasi di Indonesia. Namun, harapan tersebut harus diikuti dengan langkah-langkah nyata dan berkelanjutan untuk memastikan bahwa perubahan ideologi yang terjadi benar-benar mendalam dan permanen. Deradikalisasi bukanlah proses yang instan dan membutuhkan kesabaran serta kerjasama dari berbagai pihak. Pemerintah, tokoh agama, masyarakat, dan mantan napiter sendiri harus bersama-sama menjalankan program deradikalisasi secara berkelanjutan dengan komitmen yang kua dan sungguh-sungguh. 

Dengan demikian, ikrar setia NKRI yang dilakukan oleh Siska Nur Azizah harus dilihat sebagai momentum penting untuk memperkuat program deradikalisasi di Indonesia. Proses ini harus terus didorong dan dievaluasi secara berkala untuk memastikan efektivitasnya. Deradikalisasi berkelanjutan adalah kunci untuk membangun masyarakat yang aman dan bebas dari ancaman terorisme. Dengan pendekatan yang holistik dan berkelanjutan, kita bisa memastikan bahwa mantan napiter benar-benar meninggalkan ideologi radikal mereka.

Farisi Aris

Recent Posts

Ruang Maya Sehat, Demokrasi Kuat

Menjelang Pilkada Serentak 2024, ruang digital di Indonesia menjadi semakin sibuk. Media sosial, yang telah…

10 jam ago

Mencegah Mudharat “Jualan Agama” Pada Pilkada 2024

Tahun 2024 adalah tahun politik. Pesta demokrasi melalui Pemilu telah. Kini masyarakat siap menyambut pemilihan…

10 jam ago

Prinsip Teo-Antroposentrisme Kuntowijoyo, Jembatan antara Dimensi Ilahi dan Realitas Sosial

Kelompok konservatif seperti Hizbut Tahrir Indonesia selalu menjadikan agama sebagai palang pintu terakhir segala problematika…

10 jam ago

Politik dan Kesucian: Menyimak Geliat Agama di Pilkada 2024

Dunia politik, pada dasarnya, adalah sebuah dunia dimana orang menjadi paham akan manusia dengan segala…

10 jam ago

Potensi Ancaman Pilkada 2024; Dari Kekerasan Sipil ke Kebangkitan Terorisme

Sebuah video rekaman detik-detik “carok” di Sampang, Madura beredar di media sosial. Kekerasan itu terjadi…

1 hari ago

Mencegah Agenda Mistifikasi Politik Jelang Pilkada

Dalam ranah politik jelang Pilkada 2024, kita dihadapkan pada fenomena yang mengkhawatirkan, yakni potensi meningkatnya…

1 hari ago