Narasi

Inovasi Pemuda Menangkal Radikalisme

“Maraknya fundamentalisme di Nusantara khususnya Indonesia disebabkan oleh kegagalan negara dalam mewujudkan cita-cita kemerdekaan berupa tegaknya keadilan sosial dan terciptanya kesejahteraan yang merata bagi seluruh rakyat,” Prof. Dr. Ahmad Syafii Maarif.

Kelompok fundamentalisme tersebut menurut Syafii Maarif pengetahuannya sangat miskin tentang peta sosiologis Indonesia yang memang tidak sederhana, maka mereka menempuh jalan pintas bagi tegaknya keadilan. Jalan yang mereka tempuh adalah melaksanakan syari’at Islam melalui kekuasaan. Sehingga langkah kelompok tersebut menabrak teori dengan praktik. Demokrasi diharamkan secara teori, sedangkan dalam praktiknya digunakan demi tercapainya tujuan.

Sebuah usaha untuk mencapai tujuan dengan menghalalkan segala cara, baik dengan jalan revolusioner atau dengan jalan ekstrimisme, menjadikan radikalisme marak. Radikalisme muncul karena ada kekecewaan terhadap suatu sistem yang dianggap belum sempurna untuk mencapai tujuan. Kelompok-kelompok yang kecewa dan apatis terhadap sistem tersebut kemudian mencari solusi walaupun tidak tepat untuk masalah tersebut. Terkadang, kelompok mereka tidak berangkat dari sebuah masalah, melainkan gagasan kemudian mencari kesalahan suatu sistem untuk dikritisi.

Tugas generasi muda untuk menangkal gerakan-gerakan radikalisme yang menyebabkan rusaknya sistem negara dan budaya, harus menggunakan cara-cara yang inovatif dan cerdas. Apabila pemuda bisa melakukan inovasi, dan bisa mengatasi permasalahan tegaknya keadilan sosial dan terciptanya kesejahteraan ekonomi kepada masyarakat, maka akan dengan sendirinya menyingkirkan gerakan radikalisme. Gerakan makar atau radikalisme tumbuh berkembang karena ada rasa kekecewaan terhadap pelaksanaan pemerintahan.

Inovasi Pemuda

Inovasi pemuda sangat dibutuhkan untuk menegakkan keadilan sosial dan kesejahteraan ekonomi. Langkah tersebut perlu ditempuh oleh para pemuda, agar mereka tidak hanya bisa menyinyir, melainkan berkontribusi secara nyata. Apabila setiap pemuda memiliki pemahaman seperti itu, Indonesia menjadi negara yang maju. Walaupun perkara kesejahteraan warga adalah kewajiban negara, namun pemuda akan ikut andil dalam menyelesaikan problematika masyarakat. Melalui teknologi, para pemuda akan menyelesaikan problematika sosial. Begitu juga melalui bidang-bidang yang lainnya, para pemuda bisa berkontribusi untuk mengatasi permasalahan masayrakat.

Jejak pendapat Litbang Kompas (30/10/17) menyatakan kaum muda sekarang cenderung menjaga jarak dengan partai politik atau organisasi massa. Bagi mereka, sumbangsih kepada bangsa dan negara bisa melalui elemen, tidak harus melalui saluran partai politik atau ormas. Elemen-elemen yang dipilih antara lain berupa komunitas, menjadi relawan, dan ragam kreasi usaha.

Dari data tersebut, lebih dari separuh responden (66 persen) mengaku ingin bekerja sebagai wirausaha mandiri yang memberi manfaat bagi banyak orang. Sedangkan tantangan yang dihadapi kaum muda dari penelitian tersebut menurut para pemuda adalah narkoba (59,2%), kemiskinan dan pengangguran (15,3%), toleransi memudar (6,9%), korupsi (6,2%), berita bohong dan ujaran kebencian (5,6%). Narkoba dan kemiskinan serta pengangguran menjadi fokus utama para pemuda menjadikan mereka untuk berkreasi dan berinovasi untuk membangun mental dan lapangan pekerjaan bagi banyak orang. Minat untuk menjadi pengusaha sangat tinggi menjadikan mereka untuk peduli terhadap masyarakat.

Banyaknya minat para pemuda dalam bidang usaha, menjadi relawan dan mengaku senang dikenal dengan identitas sebagai bangsa Indonesia menjadi modal untuk melawan radikalisme. Banyaknya minat dalam bidang usaha, pemuda ikut serta dalam dalam mensejahterakan masyarakat. Banyaknya minat pemuda menjadi relawan menandakan sebagai kepeduliannya tehadap problematika masayrakat. Kemudian kebanggaan terhadap identitas sebagai bangsa Indonesia menjadi bekal utama melawan radikalism.

Inovasi anak muda harus dibarengi dengan kecintaannya terhadap negara. Ketika negara belum berhasil mngimplementasikan cita-citanya, misalnya mensejahterakan masyarakat, pemuda bukan lagi apatis atau melakukan tindakan radikal, melainkan akan mencari solusi. Banyaknya inovasi dan terpenuhinya kesejahteraan masyarakat sehingga dibarengi dengan kecintaan terhadap negara akan menjadi penangkal radikalisme.

This post was last modified on 31 Oktober 2017 1:58 PM

Nur Sholikhin

Penulis adalah alumni Fakultas Ilmu Pendidikan UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. Saat ini sedang aktif di Majalah Bangkit PW NU DIY.

Recent Posts

Makna Jumat Agung dan Relevansinya dalam Mengakhiri Penjajahan di Palestina

Jumat Agung, yang diperingati oleh umat Kristiani sebagai hari wafatnya Yesus Kristus di kayu salib,…

24 jam ago

Jumat Agung dan Harapan bagi Dunia yang Terluka

Jumat Agung yang jatuh pada 18 April 2025 bukan sekadar penanda dalam kalender liturgi, melainkan…

24 jam ago

Refleksi Jumat Agung : Derita Palestina yang Melahirkan Harapan

Jumat Agung adalah momen hening nan sakral bagi umat Kristiani. Bukan sekadar memperingati wafatnya Yesus…

24 jam ago

Belajar dari Kisah Perjanjian Hudaibiyah dalam Menanggapi Seruan Jihad

Perjanjian Hudaibiyah, sebuah episode penting dalam sejarah Islam, memberikan pelajaran mendalam tentang prioritas maslahat umat…

2 hari ago

Mengkritisi Fatwa Jihad Tidak Berarti Menormalisasi Penjajahan

Seperti sudah diduga sejak awal, fatwa jihad melawan Israel yang dikeluarkan International Union of Muslim…

2 hari ago

Menguji Dampak Fatwa Aliansi Militer Negara-Negara Islam dalam Isu Palestina

Konflik yang berkecamuk di Jalur Gaza sejak 7 Oktober 2023 hingga hari ini telah menjadi…

2 hari ago