Pendidikan anak adalah perkara yang sangat penting dalam Islam. Di dalam Al-Quran kita dapati bagaimana Allah menceritakan kisah Luqmanul Hakim yang berpetuah kepada anak-anaknya yang dianggap sebagai bentuk pendidikan bagi anak-anak yang cukup ideal. Begitu pula dalam hadits-hadits Rasulullah Saw, kita temui banyak juga bentuk-bentuk pendidikan terhadap anak, baik dari perintah maupun perbuatan beliau mendidik anak secara langsung.
Seorang pendidik, baik orangtua maupun guru hendaknya mengetahui betapa besarnya tanggung-jawab mereka di hadapan Allah Swt terhadap pendidikan putra-putri dan keluarganya sebagaimana yang difirmankan Allah dalam Alqur’an yang artinya “ Wahai orang-orang yang beriman, peliharalah diri kalian dan keluarga kalian dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu neraka”. Demikian pula dalam Hadis Rasulullah disebutkan bahwa “Sesungguhnya kalian adalah pemimpin dan setiap pemimpin akan dimintai pertanggung jawabannya di hari kemudian”.
Seorang ayah dan ibu adalah pemimpin dalam keluarganya, seorang guru adalah panutan terhadap muridnya dan seorang tokoh masyarakat adalah pemimpin terhadap warganya dan seorang penguasa adalah pemimpin terhadap rakyatnya, semuanya akan diminta pertanggung jawabannya di hari kemudian nanti tentang apa yang telah dilakukan sebagai pemimpin. Untuk itu, Islam telah mengajarkan beberapa hal penting yang mutlak diajarkan oleh seorang ayah dan ibu terhadap anak-anaknya atau sebagai seorang tokoh terhadap masyarakatnya antara lain sebagai berikut:
Suatu hal yang sangat penting dalam pendidikan anak sejak dini adalah mengajarkan kepada anak tentang agama yang merupakan pedoman hidup bagi setiap orang. Pendidikan agama merupakan salah satu hal yang harus diajarkan kepada anak terutama yang terkait dengan keyakinan terhadap tuhannya dan fungsi agama dalam hidupnya.
Apabila seseorang memiliki pemahaman agama yang baik, maka orang itu tidak akan terjerumus ke dalam lembah kegelapan dan dengan agama seseorang akan mampu mengontrol diri dalam menghadapi berbagai masalah dalam hidupnya sebagaimana disebutkan Allah dalam firmannya dan “ Bergegang teguhlah kepada agama Allah dan janganlah bercerai berai “
Rasulullah Saw sendiri telah memberikan contoh penanaman aqidah yang kokoh ini ketika beliau mengajari anak paman beliau, Abdullah bin Abbas radhiyallahu ‘anhuma dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Al-Imam At-Tirmidzi. Ibnu Abbas bercerita,
“Pada suatu hari aku pernah berboncengan di belakang Nabi (di atas kendaraan), beliau berkata kepadaku: “Wahai anak, aku akan mengajari engkau beberapa kalimat: Jagalah Allah, niscaya Allah akan menjagamu. Jagalah Allah, niscaya engkau akan dapati Allah di hadapanmu. Jika engkau memohon, mohonlah kepada Allah.
Jika engkau meminta tolong, minta tolonglah kepada Allah. Ketahuilah. kalaupun seluruh umat (jin dan manusia) berkumpul untuk memberikan satu pemberian yang bermanfaat kepadamu, tidak akan bermanfaat hal itu bagimu, kecuali jika itu telah ditetapkan Allah (akan bermanfaat bagimu). Ketahuilah. kalaupun seluruh umat (jin dan manusia)berkumpul untuk mencelakakan kamu, tidak akan mampu mencelakakanmu sedikitpun, kecuali jika itu telah ditetapkan Allah (akan sampai dan mencelakakanmu). Pena telah diangkat, dan telah kering lembaran-lembaran”.
Mengajarkan keyakinan tentang Allah terhadap anak-anak merupakan sesuatu yang sangat penting karena dengan demikian seorang anak akan tumbuh dengan baik dan tangguh menghadapi berbagai cobaan karena dengan keyakinannyalah dia akan mampu mengatasi segala sesuatu yang dihadapi dalam hidupnya dan tidak akan mudah digoyahkan dengan pengaruh-pengaruh apapun yang dapat mengubah jalan hidupnya.
Mengajarakan akhlaq yang mulai terhadap anak seperti tata krama bertutur, jujur, amanah, sabar, tekun, rajin, tabah, menghormati orang lain, menyayangi sesama manusia mencintai masyarakatnya , bangsanya dan negaranya merupakan unsur yang paling penting dalam membentuk kepribadian dan masa depan seorang anak.
Jika seorang anak tidak diajarkan sifat-sifat yang mulia seperti di atas, maka anak tersebut akan tumbuh dengan karakter yang tidak baik dan akan sangat mudah terpengaruh dengan alam di sekitarnya khususnya dalam pergaulan dengan teman-teman di sekitarnya. Ia juga akan menjadi anak yang kerdil dan tercelah dihadapan teman-temannya karena sifat-sifat yang ditunjukkan dalam pergaulannya sulit diterima oleh teman-temannya.
Dalam situasi seperti ini, anak tersebut akan mudah digiring ke dalam hal-hal yang negatif. Oleh karena itu, orang tua atau guru memiliki tanggung jawab besar dalam membentuk karakter seorang anak sehingga ia tumbuh menjadi anak yang baik dan bermanfaat.
Hendaknya seorang ayah dan ibu tidak mengajarkan kepada anak-anaknya tentang hal-hal yang negatif yang dapat merusak ahlak seorang anak seperti merokok, minum-minunam yang haram dan pergaulan bebas dan menghindarkan dari pengaruh lingkungan dan godaan yang akan berdampak kepada prilaku anak di masa mendatang.
Betapa banyak anak-anak yang menikmati kebebasan di masa kecilnya karena kurangnya kontrol dari kedua orang tuanya sehingga anak tersebut melakukan prilaku-prilaku yang belum sepantasnya di lakukan oleh seorang anak remaja. Fenomena ini cukup banyak disaksikan dalam kehidupan sehari-hari di tengah-tengah masyarakat kita sehingga anak tersebut sudah tidak lagi mementingkan pendidikannya dan melebur dalam kehidupan yang tidak jelas yang pada ujungnya bukan saja merugikan masa depan anak itu sendiri tetapi juga telah merusak hidupnya secara tidak langsung.
Seorang anak yang hidup dalam kondisi seperti ini juga sangat mudah dipengaruhi dan digiring ke dalam pemikiran-pemikiran yang akan membahayakan dirinya dan masyarakatnya. Karena itu, kedua orang tua memiliki peran yang sangat penting dalam memelihara dan membina anak-anak dengan ahlak yang mulia sehingga anak itu dapat terhindar dari pengaruh-pengaruh negatif yang ada di sekitarnya
Itulah sebagian kecil tuntutan Islam dalam membimbing anak-anak agar nantinya seorang anak tumbuh menjadi anak yang baik dan salih.
Yang menjadi persoalan sekarang ini dan membuat kita miris karena terdapat kelompok yang mengatasnamakan jihad telah mengeksploitasi hak anak-anak secara berlebihan dan prilaku dimaksud sulit diakomodir dalam Islam karena dianggap keluar dari tuntunan yang telah diajarkan Islam. Kelompok ini mengajarkan anak-anak yang masih sangat muda untuk turut berjihad dan menanamkan kepada diri anak-anak pemahaman yang belum sepantasnya diajarkan kepada anak-anak seperti, memikul senjata dan pistol dan memasang atribut-atribut pada dirinya yang menunjukkan keberanian sebagai jihadist sebagaimana yang kita lihat di media-media sosial.
Padahal pengajaran dan pendidikan anak seperti itu sesungguhnya bukan saja melanggar ketentuan yang telah diperintahkan oleh Allah Swt tetapi juga telah menghilangkan hak asasi anak. Rasulullah pernah melarang seorang anak yang ingin ikut berperang bersama Rasulullah pada perang Badar dan meminta yang bersangkutan agar kembali ke rumahnya untuk mengurus kedua orang tuannya karena yang demikian sama saja pahalanya dengan ikut berperang. Seyogyanya orang tua mengajarkan hal-hal yang baik dan positif dan tidak membiarkan anak-anak mereka ikut menjadi orang-orang yang ekstrim.
Jika memperhatikan Rasulullah sejak kecilnya dan bagaimana paman-pamannya membina dan membimbimnya, semua mengajarkan tentang ahlak yang mulia. Oleh karena itu, sejak kecil, Ia dikenal sebagai pemuda yang sabar, jujur, dipercaya dan bijaksana bukan pemuda yang kasar, kejam dan pendendam. Seandainya bukan karena ahlaknya yang mulia, maka tidak akan ada yang mempercayainya ketika ia menyatakan bahwa ia telah mendapat wahyu dari Allah yang harus disampaikan kepada seluruh ummat manusia.
Abu Bakar dan Ali Bin Abo Tholib adalah dua anak muda yang paling awal meyakini kebenran apa yang disampaikan oleh Rasulullah Saw karena kedua orang ini tahu persis prilaku dan sifat Rasulullah yang dianggap sangat mulia karena itu, kedua orang ini langsung mempercayainya. Benar apa kata Allah bahwa “ Sesungguhnya engkau ya Muhammad telah memiliki ahlak yang sangat agung dan seandaianya bukan karena ahlakmu dan tutur katamu yang lembut maka mereka sudah pasti akan meninggalkan engkau ya Muhammad.
Agama dan politik di Indonesia selalu menjadi isu yang sensitif sekaligus penting. Keduanya memiliki kekuatan…
Sesungguhnya, agama tidak pernah bertentangan dengan politik. Agama dan politik itu sifatnya integratif. Agama dapat…
Pada mulanya politik adalah sebuah jalan untuk mencapai tujuan yang mulia. Politik adalah seni untuk…
Menjelang Pilkada Serentak 2024, ruang digital di Indonesia menjadi semakin sibuk. Media sosial, yang telah…
Tahun 2024 adalah tahun politik. Pesta demokrasi melalui Pemilu telah. Kini masyarakat siap menyambut pemilihan…
Kelompok konservatif seperti Hizbut Tahrir Indonesia selalu menjadikan agama sebagai palang pintu terakhir segala problematika…