Narasi

Jihad Melawan Perbedaan

Keragaman di Indonesia semakin terkoyak dan memudar. Konflik sosial dan politik-keagamaan di Indonesia sangat mengkhawatirkan, nilai pluralisme, nilai toleransi dan keragaman atas perbedaan antar sesama umat beragama tidak dijadikan pedoman dalam bertingkah laku dalam kehidupan bermasyarakat dan berbangsa. Tatkala, nilai toleransi dan keragaman antar sesama tidak dikedepankan dalam suatu tindakan, maka yang terjadi adalah disintegrasi bangsa Indonesia.

Maka dari itu, untuk mengatasi disintegrasi bangsa Indonesia, nilai keragaman itu harus bersanding dengan para pemeluk agama. Keragaman hidup umat beragama artinya hidup dalam suasana damai, tidak bertengkar walaupun berbeda agama. Agama di Indonesia ada enam, yakni Islam, Kristen Katolik, Kristen Protestan, Hindu, Budha dan Konghucu.

Semua pemeluk agama di Indonesia tentunya harus menjalin keharmonisan antar umat beragama yang lain. Keragaman dalam NKRI disini dimaknai lebih secara filosofis yakni keimanan dan spiritual beragama tiap manusia tidak hanya sekedar ada dalam hati dan internal diri manusia, akan tetap lebih mewujudkan dalam suatu tindakan dan perbuatan yang itu benar nampak nyata upaya kasih sayang dan cinta terhadap sesamanya.

Meski demikian, dalam setiap keragaman umat di Indonesia tentunya tidak dapat dilepaskan dari gesekan-gesekan sosial dan politik-keagamaan. Hampir setiap tahun konflik sosial dan politik-keagamaan dipastikan terjadi di Indonesia, baik itu faktor pemicunya dari munculnya Islam Radikal, doktrin agama, kekuasaan agama,  kesenjangan ekonomi, maupun disebabkan kepentingan politik.

Agama sejatinya memainkan peranan penting sebagai basis iman dan moral dalam diri manusia untuk pemersatu dalam keragaman umat di antara sesamanya manusia, namun terkadang tetap saja gejolak sosial-keagamaan itu tumbuh subur di Indonesia. Disintegrasi bangsa Indonesia mulai nampak, pada akhir tahun 2016 dan awal tahun 2017 dengan munculnya aksi demonstrasi 212 di  Monas Jakarta hingga memunculkan Islam radikal dan ormas-ormasi garis keras yang ingin mengganti negara Indonesia menjadi negara Islam. Tindakan anarkisme itu harus dilawan dengan jihad, yakni jihad melawan perbedaan yang ada di Indonesia.

Karena itu, rumah besar yang bernama Indonesia ini memiliki beraneka suku, bangsa, etnis, agama dan budaya. Inilah kekuatan bangsa kita yang perlu terus dipelihara dalam menjaga perbedaan dan jihad melawan perbedaan.  Keragaman yang ada di Indonesia harus terus dijaga sampai kapanpun. Karena, lewat keragaman tersebut keutuhan bangsa Indonesia akan tetap terjaga dari berbagai hal yang bisa membuat perpecahan. Sebagian kelompok yang masih belum menerima adanya perbedaan dalam keberagaman itu semua menjadi salah satu faktor kesenjangan saat ini.

Dengan begitu, Jihad melawan perbedaan antar agama, suku, bahasa, dan budaya menjadi sunnatullah dan bahkan menjadi suatu keniscayaan yang harus diterima seluruh warga negara yang hidup di Indonesia. Agar keberagaman terjaga, kelompok silent majority yang pro dengan keberagaman harus ikut bersuara dalam menyerukan perbaikan bangsa negara ke depan. Indonesia ini rumah bersama, yang mendirikan juga bukan hanya Muslim tapi ada umat agama lainnya seperti Kristen, Hindu, Budha, dan lainnya.

Maka dari itu kita harus tanggung jawab bersama, dan juga menjaga bersama keutuhan NKRI.  Karena itu, ke depannya umat Indonesia harus jihad melawan perbedaan  yang akan melahirkan kedamaiaan dan selalu bisa menjaga kedaulatan dan keutuhan NKRI dalam keberagaman dan keragaman. Dengan saling menghargai dan menerima perbedaan kita semua akan hidup dalam ketentraman.

Karena itu, warga negara Indonesia harus Jihad melawan perbedaan demi  harus lebih menjaga keutuhan NKRI. Bangsa Indonesia ini harus sadar bahwa kita ini banyak perbedaan dalam hidup di Indonesia. Kita harus sadar kita banyak lewat keyakinan kita bisa lawan mereka (anti keberagaman), cara melawan perbedaan itu harus dengan jihad, jihad dalam memandang perbedaan, bahwa perbedaan agama, suku, bahasa dan budaya harus kita syukuri secara bersama sebagai wujud dari implementasi pancasila.

Jihad melawan perbedaaan dapat dilakukan dan diamalkan dengan cara mendukung Pancasila dan melawan radikalisme. Sikap sebagai warga negara Indonesia wajib menjunjung tinggi keragaman itu harus ditunjukkan dengan mendukung pancasila, menjunjung kebhinekaan, pluralisme, toleransi dan menghargai setiap perbedaan dalam merangkai persatuan negara Indonesia .

Karena itu,  kita sebagai warga negara Indonesia, mulai saat ini harus Jihad melawan perbedaan dan keragaman dengan cara mencintai NKRI dan mendukung Pancasila. Perbedaan itu merupakan kekuatan bangsa Indonesia. Selain itu, Indonesia adalah negara demokrasi dan hukum, sehingga masyarakat menjujung perlu tinggi kapan waktunya bersaing tanpa anarkis. Jadi mari kita saling menghormati dan menghargai. Kita sebagai generasi muda harus bisa menghargai dan menghormati jasa para pahlawan yang telah berjuang berjihad melawan  perbedaan agama, suku, budaya dan ras, yang kemudian telah dikonsepsikan dalam nilai-nilai Pancasila. Jihad melawan  perbedaan itu suatu kewajiban bagi masyarakat Indonesia dalam menjaga keutuhan NKRI. Semoga.

Syahrul Kirom, M.Phil

Penulis adalah Alumnus Program Master Filsafat, Fakultas Filsafat UGM, Yogyakarta.

Recent Posts

Demistifikasi Agama dan Politik Inklusif untuk Kemanusiaan

Agama dan politik di Indonesia selalu menjadi isu yang sensitif sekaligus penting. Keduanya memiliki kekuatan…

3 hari ago

Merawat Hubungan Agama dan Politik yang Bersih dari Politisasi Agama

Sesungguhnya, agama tidak pernah bertentangan dengan politik. Agama dan politik itu sifatnya integratif. Agama dapat…

3 hari ago

Agama (Tidak) Bisa Dipisahkan dalam Politik?

Pada mulanya politik adalah sebuah jalan untuk mencapai tujuan yang mulia. Politik adalah seni untuk…

3 hari ago

Ruang Maya Sehat, Demokrasi Kuat

Menjelang Pilkada Serentak 2024, ruang digital di Indonesia menjadi semakin sibuk. Media sosial, yang telah…

4 hari ago

Mencegah Mudharat “Jualan Agama” Pada Pilkada 2024

Tahun 2024 adalah tahun politik. Pesta demokrasi melalui Pemilu telah. Kini masyarakat siap menyambut pemilihan…

4 hari ago

Prinsip Teo-Antroposentrisme Kuntowijoyo, Jembatan antara Dimensi Ilahi dan Realitas Sosial

Kelompok konservatif seperti Hizbut Tahrir Indonesia selalu menjadikan agama sebagai palang pintu terakhir segala problematika…

4 hari ago