Fenomena kekerasan yang ditampilkan di media sosial saat ini sangat mengkawatirkan, tindakan semena-mena, menyebarkan fitnah, hasutan, main hakim sendiri, menang sendiri, merasa benar sendiri menjadi hal yang biasa disaksikan di tengah-tengah kehidupan masyarakat. Melacak akar kekerasan yang terjadi tidak terlepas dari sebuah landasan berpikir, yakni cara berpikir dan latar belakang kehidupan yang dijalani seseorang, sehingga cara berucap, bertindak dan berprilaku mencerminkan perilaku seseorang itu sendiri. Ya, Kekerasan sinonim dengan kebodohan, kekerasan sinonim dengan kejumudan dan kekerasan sinonim dengan keterbelakangan akal dan mental.
Istilah “Epistemologi” berasal dari bahasa Yunani “episteme” yang berarti pengetahuan dan ‘logos” berarti perkataan, pikiran, atau ilmu. Kata “episteme” dalam bahasa Yunani berasal dari kata kerja epistamai, artinya menundukkan, menempatkan, atau meletakkan. Maka, secara harafiah episteme berarti pengetahuan sebagai upaya intelektual untuk menempatkan sesuatu dalam kedudukan setepatnya.
Cara berpikir manusia memperoleh pengetahuan “episteme” adalah proses unik yang terus menerus dilakukan oleh manusia, bahkan saat tertidur manusia pun masih berpikir dengan adanya mimpi. Manusia berpikir dengan cara memproduksi mimpi. Jika cara berpikir tersebut diarahkan untuk mencari kebenaran, maka fungsi akal adalah untuk memilah, mengklasifikasi dan menilai, tapi bukan menghukumi tentang sebuah kebenaran karena kebenaran bukanlah milik seseorang, milik kelompok. Kebenaran adalah milik kebenaran itu sendiri, kebenaran hanyalah milik Allah Tuhan Yang Maha Benar, bahkan dalam agama Islam, Allah SWT Berfirman dalam alquran tentang kedudukan Akal:
Al Baqarah: 164 “Sesungguhnya pada kejadian langit dan bumi; dan pertukaran malam dan siang; dan (pada) kapal-kapal yang belayar di laut dengan membawa benda-benda yang bermanfaat kepada manusia; demikian juga (pada) air hujan yang Allah turunkan dari langit lalu Allah hidupkan dengannya tumbuh-tumbuhan di bumi sesudah matinya, serta Ia biakkan padanya dari berbagai-bagai jenis binatang; demikian juga (pada) peredaran angin dan awan yang tunduk (kepada kuasa Allah) terapung-apung di antara langit dengan bumi; sesungguhnya ada tanda-tanda (yang membuktikan keesaan Allah, kekuasaanNya, kebijaksanaanNya, dan keluasan rahmatNya) bagi kaum yang menggunakan akal fikiran (liqaumiy ya’qiluun)”
Al Baqarah: 171
Dan bandingan (orang-orang yang menyeru) orang-orang kafir, samalah seperti orang yang berteriak memanggil binatang yang tidak dapat memahami selain dari mendengar suara panggilan sahaja; mereka itu ialah orang-orang yang pekak, bisu dan buta; oleh sebab itu mereka tidak dapat menggunakan akalnya (laa ya’qiluun).
Al Anfaal: 22
Sesungguhnya sejelek-jelek makhluk yang melata di sisi Allah ialah orang-orang yang pekak lagi bisu, yang tidak mau menggunakan akal (alladziina laa ya’qiluun).
Fenomena sok jihad yang ditampilkan dan disuarakan oleh kelompok radikal terorisme bisa dikatakan tidak menggunakan akal. Jihad bagi kelompok ini bagaikan barang dagangan murahan yang disebut-sebut dan dijual dengan nyawa. Kelemahan pengetahuan agama membuat akal tidak berfungsi bagi kelompok ini, sehingga mereka kemudian dengan sangat mudah mengkafirkan orang lain.
Mereka pun menyalahi pemikiran, menyalahi aturan, dan menyalahi kelompok lain yang tidak sepaham dengan kelompoknya. Yang sangat miris adalah Pancasila sebagai Falsafah Bangsa Indonesia dengan seenak nya dikatakan sebagai bentuk Kafir dan Berhala.
Pancasila adalah Falsafah, pondasi dalam berbangsa. Apakah definisi bangsa? Bangsa adalah rakyat yang hidup pada wilayah tertentu dan memiliki kebiasaan tertentu, adat istiadat tertentu. Sebagaimana tertuang dalam Al Quran, secara eksplisit Allah menciptakan bangsa-bangsa dan suku-suku, bangsa memiliki nilai luhur.
Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah menciptakan langit dan bumi dan berlain-lainan bahasamu dan warna kulitmu. Sesungguhnya pada yang demikan itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang mengetahui..
Q.S al hujuraat: 13
“Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan, dan menjadikan berbangsa-bangsa,dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal mengenal. Sesungguhnya orng yg paling mulia di antaramu disisi Allah ialah orng yg paling bertakwa. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha mengenal.”(Q.S al hujuraat: 13)
Diantara tanda manusia yang berakal ialah ia tidak mudah menghukumi segala sesuatu yang baru atau belum diketahuinya, ia akan memilah-memilah dan meneliti secara lebih mendalam akan sesuatu sebelum menghukumi sesuatu. Pancasila sebagai falsafah bangsa dan landasan idiil negara Indonesia merupakan produk Asli Nusantara. Jika ditelaah lebih dalam, tidak ada satupun Sila dalam Pancasila yang bertentangan dengan Agama apa pun yang ada di Indonesia.
Pancasila menjunjung cara hidup masyarakat yang agamis, masyarakat yang mengakui adanya tuhan yang maha esa, yang mengatur kehidupan manusia. Pancasila menjunjung nilai kemanusiaan, kemanusiaan yang berlandaskan adil dan beradab. Bangsa Indonesia menghendaki lahirnya manusia yang adil dan memiliki Kebudayaan (beradab).
Pancasila menghendaki lahirnya semangat dan jiwa persatuan, persatuan antar agama, persatuan antar suku dan persatuan antar budaya dengan jargon Bhineka Tunggal Ika; berbeda beda tetap satu jua. Pancasila menghendaki lahirnya manusia Indonesia yang memiliki sifat Kerakyatan yang dipimpin hikmah, yang didefinisikan secara bahasa oleh kamus bahasa Arab berarti : kebijaksanaan, pendapat atau pikiran yang bagus.
Jadi secara tersurat Manusia Indonesia harus memiliki kecerdasan, memiliki pengetahuan dan keilmuaan kemudian bermusyawarah menjadi ukuran, panduan dalam interaksi sosial dan yang terakhir, Pancasila menghendaki keadilan sosial, adil sejak dalam pikiran adil dalam ucapan dan adil dalam perbuatan,
Fenomena gerakan radikal terorisme jelas sangat bertentangan dengan falsafah pancasila, bertentangan dengan ajaran agama apapun kelompok ini jauh dari ajaran agama apapun. Tuhan tidak menghendaki kekerasan dan teror bagi cipta-NYA, Tuhan tidak menghendaki perpecahan, jika kelompok radikal terorisme mencoba memporakporandakan bangsa Indonesia, maka sudah sepatutnya rakyat Indonesia secara semesta bersatu padu menjaga Indonesia dari masuknya paham kekerasan dan terror.
Mari bangun pemuda-pemudi Indonesia menjadi Manusia Pancasilais, seperti pesan KH. Achmad Siddiq Pancasila dan Islam adalah hal yang dapat sejalan dan saling menunjang, keduanya tidak bertentangan dan jangan dipertentangkan.
This post was last modified on 30 September 2016 5:51 PM
Ketika berbicara tentang Pancasila sebagai dasar negara, sering kali kita mendengar diskusi seputar falsafah kebangsaan,…
Jelang hari pencoblosan Majelis Ulama Indonesia (MUI) Jawa Tengah mengeluarkan fatwa tentang memilih calon kepada…
Seluruh elemen masyarakat untuk terus waspada terhadap bahaya radikalisme dan terorisme yang dapat mencederai nilai-nilai…
Pemilu atau Pilkada adalah fondasi bagi keberlangsungan demokrasi, sebuah sistem yang memberi kesempatan setiap warga…
Pesta demokrasi lima tahunan di Indonesia selalu menjadi momen penting untuk menentukan arah masa depan…
Pilkada serentak 2024 yang akan dilaksanakan pada 27 November 2024 merupakan momentum penting bagi masyarakat…