Sebentar lagi bulan suci Ramadan akan tiba. Di mana, seluruh masyarakat saling berbagi makanan untuk buka-sahur bersama-sama. Berangkat bersama ke masjid untuk menunaikan shalat Tarawih. Karena itu bagian dari jihad amaliah kita. Namun apa daya di tengah ujian dan cobaan ini. Kita harus melewati moment-moment tersebut untuk jihad kebaikan dan keselamatan banyak umat manusia yaitu berperang bersama-sama melawan covid-19.
Kita adalah pejuang fi-sabilillah dalam berperang melawan covid-19 ini. Jangan biarkan kelompok-kelompok tertentu berusaha menghasut kita untuk melakukan tindakan anarkis. Menganggap bahwa ijtihad meniadakan shalat Tarawih berjamaah sebagai musuh Islam. Kebencian terhadap amaliah umat Islam. Atau bahkan persepsi yang dibentuk dalam kehidupan masyarakat adalah fitnah. Bahwa virus corona ini adalah tentara Allah SWT. Diproduksi di dunia maya secara besar-besaran dan kita kadang kala lengah akan hal yang semacam itu.
Perlu kita ketahui bahwa agama kita sangat menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan. Dan saat ini kita sedang mengalami krisis kemanusiaan. Karena berkaitan dengan darurat kesehatan umat manusia secara global. Maka kita harus menyadari bahwa instruksi pemerintah di setiap larangan berkumpul baik dalam ke-peribadatan terutama momentum menjelang bulan suci Ramadhan ini. Semata-mata demi memutuskan mata rantai penularan.
Pentingnya Memahami Semiology Virus
Virus ini adalah virus keadilan yang tidak memandang suku, agama, ras, dan kelas elite tertentu (Pandemi secara global) Proses penyebaran-nya tanpa pandang bulu. Karena pandemic corona atau covid-19 ini sama sekali tidak ada hubungannya dengan laknat Allah SWT kepada non-muslim. Munculnya pasukan tentara Allah SWT untuk membunuh orang yang tidak bertuhan. Atau bahkan membuat persepsi bahwa ini merupakan tanda-tanda hari akhir. Sehingga i media sosial begitu banyak hasutan, provokasi dan iming-iming di dalam mendeklarasikan negara khilafah.
Baca Juga : Menghindari provokasi vandalisme di era corona
Kelompok ekstrimis selalu memainkan media informasi untuk mengambil celah di tengah kondisi yang sangat pelik. Begitu banyak informasi yang beredar untuk ajakan menegakkan khilafah. Dengan hastag penguat bahwa #menutupmasjiditukafir dan suara-suara provokasi lainnya. Membentuk framing media sebagai kekuatan ideologi untuk merasuki masyarakat sehingga masyarakat perlu waspada terhadap virus berdirinya khilafah di tengah wabah corona ini.
Di tengah wabah covid-19 ini, kita tidak hanya dihadapkan oleh informasi yang mengandung unsur-unsur ketakutan masyarakat. Akan tetapi kita juga mengalami ancaman stabilitas kenegaraan kita yang saat ini begitu masif. Kelompok ekstrimis memainkan peran media sebagai kekuatan untuk mengokohkan ideologi mereka sebagai kebenaran di tengah krisis kesehatan masyarakat. Dibumbui dengan hasutan untuk membentuk juru selamat dengan solusi khilafah dan ajakan-ajakan lainnya yang mengarah kepada terbentuknya negara Islam.
Framing Ramadhan dan Kewaspadaan Terhadap Kekuatan Ekstrimis
Begitu banyak hastag-hastag di sosial media yang mengacu kepada pemahaman masyarakat kontra terhadap instruksi (dilarang beribadah berjamaah) dan larangan shalat Tarawih di bulan suci Ramadan. Karena hastagnya mengacu kepada larangan beribadah. Tentu bagi masyarakat awam akan terprovokasi dengan hastag-hastag yang semacam ini. Apalagi begitu banyak hasutan untuk menolak dan melawan terhadap instruksi pemerintah. Karena mereka difitnah bahwa larangan tersebut sama halnya dengan melarang untuk beribadah kepada Allah SWT. Bahkan hasutan-hasutan lainnya yang membuat kecemasan publik.
Mengambil satu cara berpikir masyarakat dan mengajak ke langkah berikutnya yaitu “khilafah sebagai solusi” untuk bisa terselamatkan oleh virus tersebut. Karena mereka telah membentuk persepsi tentang virus tersebut bahwa ini adalah tentara Allah SWT yang akan menyerang mereka yang tidak mendeklarasikan ideologi untuk berdirinya negara Islam. Tentu ini adalah tantangan kita bersama untuk saling menjaga. Pertama kita harus menjaga kesehatan kita agar tidak terinfeksi oleh virus tersebut dan mengikuti semua instruksi pemerintah demi ikhtiar kebaikan bersama. Kedua, kita harus cerdas di dalam memilih dan memilah informasi-informasi yang beredar. Jangan sampai kita teperdaya oleh informasi-informasi yang berpotensi menghancurkan stabilitas dan kebersamaan bangsa kita di tengah covid-19 ini.
This post was last modified on 15 April 2020 3:47 PM
Agama dan politik di Indonesia selalu menjadi isu yang sensitif sekaligus penting. Keduanya memiliki kekuatan…
Sesungguhnya, agama tidak pernah bertentangan dengan politik. Agama dan politik itu sifatnya integratif. Agama dapat…
Pada mulanya politik adalah sebuah jalan untuk mencapai tujuan yang mulia. Politik adalah seni untuk…
Menjelang Pilkada Serentak 2024, ruang digital di Indonesia menjadi semakin sibuk. Media sosial, yang telah…
Tahun 2024 adalah tahun politik. Pesta demokrasi melalui Pemilu telah. Kini masyarakat siap menyambut pemilihan…
Kelompok konservatif seperti Hizbut Tahrir Indonesia selalu menjadikan agama sebagai palang pintu terakhir segala problematika…
View Comments