Narasi

Ritual Zakat di dalam membangun kepedulian Sosial di tengah Pandemi

Di tengah Pandemi Covid-19 ini, melalui kebijakan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSSBB) berdampak banyak orang yang tidak mempunyai pekerjaan, praktek ibadah di bulan Ramadhan dibatasi hingga praktek mudik ditiadakan, kebijakan demikian semata-mata memutus rantai penyebaran virus. Namun, pembatasan jarak fisik, bukan berarti membatasi kepedulian sosial.

Dalam bulan Ramadhan yang suci ini, ibadah puasa sebagai rutinitas sebagai seorang muslim untuk menjalankan ketaatan kepada Tuhan. Tetapi, Islam sebagai agama mewajibkan kepada umatnya untuk melaksanakan ibadah Zakat. Ini tanda bahwa Islam tak melulu soal tentang ritus hubungan hamba dengan tuhannya, tetapi Islam juga membahas tentang kepedulian sesama.

Zakat Solusi Kemaslahatan Umat

Urgensi Zakat menjadi solusi umat ditengah keprihatinan saat ini. Zakat menurut etimologis berarti berkah, bersih, berkembang dan baik. Dinamakan zakat karena dapat mengembangkan dan menjauhkan harta yang telah diambil zakatnya dari bahaya. Menurut Ibnu Taimiyah hati dan harta orang yang membayar Zakat menjadi suci dan bersih.

Zakat dalam nash Al-Quran dan hadist disebut sebagai sedekah, seperti firman Allah SWT :

خُذْ مِنْ أَمْوَالِهِمْ صَدَقَةً تُطَهِّرُهُمْ وَتُزَكِّيهِمْ بِهَا وَصَلِّ عَلَيْهِمْ ۖ إِنَّ صَلَاتَكَ سَكَنٌ لَهُمْ ۗ وَاللَّهُ سَمِيعٌ عَلِيمٌ

Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu membersihkan dan mensucikan mereka dan mendoalah untuk mereka. Sesungguhnya doa kamu itu (menjadi) ketenteraman jiwa bagi mereka. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui. ( Q.S. At Taubah,103 )

Zakat yang merupakan salah satu rukun Islam diartikan “Tumbuh dan Bertambah”. Juga bisa berarti berkah, bersih, suci,subur dan berkembang maju. Menurut al-Mawardi, Zakat nama bagi pengambilan tertentu dari harta tertentu, menurut sifat-sifat yang tertentu yang diberikan kepada golongan tertentu. Semantara asy-Syaukani, menyatakan bahwa Zakat memberi suatu bagian dari harta yang sudah sampai nisab kepada orang fakir dan sebaginya, yang tidak bersifat dengan suatu halangan syara yang tidak membolehkan kita kepada kepadanya.

Baca Juga : Puasa, Covid-19 dan Empati Sosial

Dengan demikian menurut ahli fiqh, Zakat ialah hak tertentu yang diwajibkan Allah SWT terhadap kaum muslimin yang diperuntukan bagi mereka, yang dalam Al-Quran disebut mustahik, sebagai tanda syukur kepada Allah, sebagai upaya pendekatan diri padaNya untuk membersihkan hartanya.

Dalam perpektif maqashid syariah, berdasarkan pada dua sumber hukum ajaran islam Al-Quran dan Hadist, Pendekatan maqashid syariah lebih dititikberatkan pada melihat melihat nilai-nilai yang berupa kemaslahatan dalam setiap taklif yang diturunkan Allah SWT.

Segerakan Membayar Zakat

Zakat jika dipahami dalam pendekatan Maqashid Syariah dalam praktiknya zakat perlu dilakukan secara produktif-aktif-kreatif untuk kemaslahatan umat. Ini dipahami ketika pandemi Covid-19 bisa dikatakan sebagai bencana bagi umat manusia. Maka Zakat sebagai tuntunan mengajak umat untuk berbagi, pengelolanya juga harus mendistribusikan secara tepat dan merata.

Zakat membuktikan diri sebagai doktrin Islam yang bersifat horisontal yang memperhatikan nasib orang-orang miskin serta membutuhkan pertolongan. Menurut John L.Esposito, Zakat sebagai rukun yang mengatarkan umat Islam memasuki surga. Keadilan sosial menjadi tujuan utama dalam Nash Al-Quran.

Zakat dalam mengelola berkaitan langsung dengan sesama manusia. Itu artinya ibadah vertikal-horisontal. Zakat sebagai jalan memberikan jaminan sosial kepada golongan masyarakat. Dalam kaitanya, Pandemi Covid-19 momentum tepat dalam menyisihkan sebagian hartanya untuk membantu sesama yang terdampak.

Tak ada alasan tak berbagi, dalil teologis membenarkan hal itu. Itu sebabnya proses pengumpulan zakat, sampai saat ini sosialisasi membayarkan zakat masih terus digalakkan. Karena zakat dan pemahaman atasnya dapat diberikan kepada seluruh lapisan masyarakat sedini mungkin.

Untuk itu menggalakan zakat untuk membantu sesama Pandemi Covid-19 berarti membantu tugas pemerintah dalam meringankan beban sosial yang ditanggung bersama. Untuk itu, disegerakan dalam membayarkan zakat kepada yang pengelola zakat. Zakat dalam kondisi penanganan Covid-19 merupakan suatu hal terkait. Dipungkiri atau tidak bahwa kondisi saat ini diperlukan kondisi yang nyata. Zakat sebagai produk agama sebagai jalam tengah dalam mengatasi permasalahan ini. Kepedulian kita seakan ditagih untuk segera menunaikan tuntunan agama.

This post was last modified on 29 April 2020 1:50 PM

Atho’ilah Aly Najamudin

Recent Posts

Sesat Pikir Pengkafiran terhadap Negara

Di tengah dinamika sosial dan politik umat Islam, muncul kecenderungan sebagian kelompok yang mudah melabeli…

16 jam ago

Dekonstruksi Syariah; Relevansi Ayat-Ayat Makkiyah di Tengah Multikulturalisme

Isu penerapan syariah menjadi bahan perdebatan klasik yang seolah tidak ada ujungnya. Kaum radikal bersikeras…

16 jam ago

“Multikulturalitas vis-à-vis Syariat”, Studi Kasus Perusakan Makam

Anak-anak tampak menjadi target prioritas kelompok radikal teroris untuk mewariskan doktrin ekstrem mereka. Situasi ini…

16 jam ago

Bertauhid di Negara Pancasila: Menjawab Narasi Radikal tentang Syariat dan Negara

Di tengah masyarakat yang majemuk, narasi tentang hubungan antara agama dan negara kerap menjadi perbincangan…

2 hari ago

Penangkapan Remaja Terafiliasi ISIS di Gowa : Bukti Nyata Ancaman Radikalisme Digital di Kalangan Generasi Muda

Penangkapan seorang remaja berinisial MAS (18 tahun) oleh Tim Densus 88 Antiteror Polri di Kabupaten…

2 hari ago

Jalan Terang Syariat Islam di Era Negara Bangsa

Syariat Islam dalam konteks membangun negara, sejatinya tak pernah destruktif terhadap keberagaman atau kemajemukan. Syariat…

2 hari ago