Narasi

Hoaks; Jalan Pembodohan yang Nyata

Hoaks merupakan setan modern yang menghasut nadi-nadi kedamaian. Seolah-olah betapa tidak tajamnya belati saat hoaks mulai merambat ke permukaan. Bahkan dalam sekejap alam raya ini dibuat tak kuasa dan bertekuk lutut di hadapannya. Lantas, virus apa lagi yang lebih dahsyat dari hoaks? Selain mampu mencerai beraikan keharmonisan manusia dalam bersosial, dampak yang lebih parah jika sampai ada  provokasi satu sama lain yang memungkinkan pembunuhan. Hal semacam ini pun sudah tidak jarang atau sering terjadi di sekitar kita atau di tempat-tempat lain.

Kemunculan hoaks, biasanya terjadi dari orang-orang yang hanya mementingkan keperluan pribadi yang sama sekali tidak menguntungkan orang lain. bahkan malah merugikan orang banyak. Di media sosial hoaks bisa muncul dalam bentuk apapun. Semisal, pemalsuan akun atau sebuah pengakuan yang kebenarannya masih perlu dipertanyakan. Dari media sosial ini, biasanya awal mula hoaks ini yang menimbulkan pecahnya suatu tatanan masyarakat yang damai dan tenteram. Hal ini tidak lain dari semakin canggihnya teknologi yang mulai membutakan hampir setiap orang untuk bertindak yang sewenang-wenang.

Perbandingannya sebelum teknologi berkembang pesat, dalam beberapa tahun terakhir betapa begitu mudahnya masyarakat mulai dari anak kecil sampai yang sudah lanjut usia menjamah sosial media. Tentu yang paling banyak menimbulkan hoaks itu dari kalangan dewasa. Logikanya, mustahil seorang bocah di bawah umur memahami perbuatan hoaks. Dari majunya zaman sekarang, betapa gampangnya anak yang sepantasnya masih serius menekuni dunia anak-anak malah dihidangkan berbagai macam hoaks yang diedarkan di media sosial.

Salah satu contoh hoaks terdekat yang bisa dikatakan menggegerkan pubik yaitu perbuatan konyol Ratna Surampaet yang tidak lain mertua dari aktor terkenal tanah air yaitu Rio Dewanto. Ratna mengaku telah terjadi penganiayaan bagi dirinya, bukti yang dimiliki Ratna yaitu beberapa foto dengan menampilkan wajahnya yang lebam. Memang seolah-olah kesan dari foto tersebut baru habis dianiaya. meski sebenarnya tidak terjadi apa-apa bagi dirinya sendiri yang bersifat kekerasan atau yang menimbulkan kejahatan.

Perbuatan konyol Ratna Surampaet tersebut, dalam sekejap langsung mendapat banyak respon positif maupun negatif dari orang-orang terdekatnya maupun orang-orang di media sosial. Akan tetapi, kebohongan yang dilakukan mertua Rio Dewanto tersebut tidak bertahan lama. Hal ini terungkapnya kebohongan yang dilakukan Ratna dari teman-teman dekatnya yang menyatakan bahwa pernyataan penganiayaan yang diakui dan dialami Ratna tersebut tidak benar atau dengan kata lainnya hanya sebatas hoaks. Selanjutnya setelah semua orang tahu tentang perbuatan dirinya, barulah ada pernyataan dan pengakuan resmi dari Ratna sendiri bahwa apa yang dilakukannya itu salah. dalam pengakuan Ratna yang diiringi deraian air mata, mengatakan bahwa dia pergi ke dokter bedah plastik untuk menjalani penyedotan lemak. Akan tetapi, dia mengaku dianiaya kepada anaknya saat anaknya menanyakan tentang lebam di wajahnya. Hingga akhirnya cerita itu mengalir ke publik bahkan sampai ke Prabowo Subianto. Hingga akhirnya Capres tersebut juga merasa dibohongi oleh Ratna Surampaet.

Dari kejadian Ratna Surampaet dan beberapa kejadian hoaks yang lain ini, cukup untuk dijadikan pembelajaran bagi diri kita khususnya dan bagi khalayak umumnya untuk lebih berhati-hati dalam bersosial media. Apa yang seharusnya dilakukan dan apa yang sepatutnya tidak dilakukan dalam ber-media sosial. Ke depannya untuk menanggulangi semakin banyaknya kasus hoaks di negara ini, kita harus paham betul bagaimana seharusnya media sosial digunakan. Dalam mengonsumsi berita misalnya, kita harus mencari tahu sumbernya terlebih dahulu. Dengan bahasa lain, kita harus selektif dalam menentukan berita-berita yang layak dikonsumsi.

This post was last modified on 16 Oktober 2018 3:33 PM

Hendri Krisdianto

Recent Posts

Apakah Dakwah Apologetik adalah Budaya Kita?

Harmoni lintas iman yang sudah berakar di Indonesia kerap diganggu oleh dakwah apologetik yang orientasinya…

8 jam ago

Dakwah Sufistik ala Nusantara; Menggali Esoterisme, Membendung Ideologi Transnasionalisme

Jika kita melacak fakta sejarah, tampak jelas bahwa penyebaran Islam di Nusantara periode awal itu…

8 jam ago

Peran Ulama Lokal dalam Merawat Syiar Islam Nusantara di Era Dakwah Transnasional

Indonesia, sebagai negara dengan jumlah Muslim terbesar di dunia, memiliki keragaman budaya dan tradisi yang…

8 jam ago

Belajar dari Viral Pacu Jalur: Dakwah Lokal dan Kreativitas Budaya

Viralnya festival Pacu Jalur di Riau baru-baru ini bukan hanya membanggakan dalam konteks kebudayaan, tetapi juga menyimpan…

1 hari ago

Alarm Kearifan Nusantara: Pulang, Sebelum Terasing di Rumah Sendiri

Di tengah riuh rendahnya panggung digital, sebuah paradoks ganjil tengah melanda bangsa ini. Secara fisik,…

1 hari ago

15 Tahun BNPT: Siap Jaga Indonesia

Tahun 2025 menandai usia ke-15 Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) sebagai sebuah lembaga strategis penanggulangan terorisme…

1 hari ago