Awal Maret Indonesia kedatangan tamu spesial. Kunjungan Salman bin Abdul Aziz al-Saud, Raja Arab Saudi ketujuh telah menyedot perhatian seluruh masyarakat Indonesia. Bagi Indonesia peristiwa ini merupakan momentum bersejarah yang tidak hanya meneguhkan kerjasama dan persaudaraan antara kedua negara, tetapi juga menjadi kunjungan kedua raja Arab Saudi dalam sejarah bangsa ini yang sebelumnya telah terjadi pada tahun 1970.
Kedatangan tamu spesial ini menjadi sangat menarik karena tidak hanya dihiasi sambutan gegap gempita masyarakat, tetapi juga narasi-narasi yang menggiring masyarakat pada pola pikir tertentu. Beberapa kelompok yang gemar menabur fitnah dan hasutan misalnya membangun narasi kedatangan Raja ini sebagai bagian misi memerangi komunisme dan pengaruh China di Indonesia. Bahkan yang tidak pernah terpikir dengan akal sehat, mereka membangun opini kunjungan wisata ke Bali sebagai bagian untuk mengislamkan wilayah Bali.
Namun, apa yang kelompok penebar fitnah ini pikirkan terbalik dengan aktifitas dan sikap sang Raja selama berada di Indonesia. Raja Salman memuji toleransi dan kerukunan antar umat beragama di Indonesia. Bahkan Raja Salman mengajak bangsa ini untuk membangun peradaban damai. Raja Salman menyerukan kepada umat Islam dan dunia pada umumnya untuk merapatkan barisan dalam memerangi terorisme dan tantangan tantangan lain berupa benturan peradaban dan tidak adanya penghormatan terhadap kedaulatan negara.
Dalam pidato di hadapan parlemen Indonesia Raja Salman menegaskan: “Para hadirin sekalian, sesungguhnya tantangan yang kita hadapi, khususnya bagi umat Islam dan dunia secara umum, seperti fenomena terorisme, benturan peradaban (the clash of civilization), dan tidak adanya penghormatan terhadap kedaulatan negara serta intervensi dalam urusan dalam negerinya telah mengharuskan kita untuk menyatukan barisan dalam menghadapi tantangan ini. Serta melakukan koordinasi dalam berbagai upaya dan sikap dalam memberikan manfaat bagi kita bersama serta keamanan dan perdamaian dunia”.
Arab Saudi merupakan negara yang berpengaruh di Timur Tengah, sementara Indonesia menjadi negara muslim terbesar di Asia Tenggara yang mempunyai nilai strategis dalam membangun dan mengkampanyekan Islam ramah, toleran dan moderat sebagai sumbu dialog Islam dan peradaban secara umum. Arab Saudi sebagai poros negara kawasan Timur Tengah yang banyak dilanda konflik domestik dan benturan dengan negara-negara Barat menjadi strategis bersama Indonesia untuk membangun peradaban Islam yang ramah, moderat dan toleran.
Indonesia menjadi sangat strategis sebagai poros kedua peradaban Islam yang ramah dan moderat karena kedewasaannya dalam pengelolaan perbedaan dan keanekaragaman. Keberhasilan Indonesia terletak pada Islam sebagai agama mayoritas sebagai penyangga toleransi antar umat beragama yang tidak mendiskriminasi minoritas. Semangat kerukunan dan toleransi selama ini telah menjadi kekuatan bagi mewujudkan persatuan dan kesatuan yang kuat.
Tantangan kebhinnekaan Indonesia dalam bingkai kerukunan dan toleransi umat beragama adalah suburnya radikalisme, ekstremisme dan bangkitnya kekuatan terorisme. Terorisme tidak hanya ancaman keamanan global, tetapi penyakit peradaban yang dapat mendorong kecurigaan, permusuhan dan lebih parah benturan peradaban. Karena itulah, memaknai kedatangan Raja Salman tidak sekedar dibaca dalam aspek penguatan kerjasama antar kedua negara dalam isu-isu strategis kedua negara, tetapi juga sebagai upaya Islam membangun kesepahaman, kerjasama dan dialog peradaban.
Inisiatif pemerintah dengan mengajak Raja Salman berdialog dengan pemuka lintas agama patut diapresiasi. Secara simbolik pemerintah Indonesia ingin menyampaikan pesan gambaran kebhinnekaan Indonesia yang telah dijaga secara rukun dan harmonis. Indonesia ingin menegaskan sebagai negara dengan mayoritas muslim yang dapat duduk berdampingan secara harmonis dengan agama-agama lain. Indonesia menjadi representasi dari aktualisasi Islam yang ramah dengan perbedaan, santun dalam keanekaragaman dan moderat dalam perselisihan.
Hubungan Arab Saudi dengan Indonesia tidak hanya dalam koridor hubungan simbiosis kedua negara, tetapi hubungan yang memberikan dampak dan kontribusi bagi perdamaian dunia. Arab Saudi sebagai poros kawasan Timur Tengah dan Indonesia sebagai negara dengan mayoritas penduduk muslim terbesar sangat penting bersama-sama mengajak pemimpin negara-negara lain menciptakan peradaban dunia yang ditandai dengan persaudaraan dan saling menghargai antar bangsa-bangsa dalam bingkai dialog antar peradaban.
Agama dan politik di Indonesia selalu menjadi isu yang sensitif sekaligus penting. Keduanya memiliki kekuatan…
Sesungguhnya, agama tidak pernah bertentangan dengan politik. Agama dan politik itu sifatnya integratif. Agama dapat…
Pada mulanya politik adalah sebuah jalan untuk mencapai tujuan yang mulia. Politik adalah seni untuk…
Menjelang Pilkada Serentak 2024, ruang digital di Indonesia menjadi semakin sibuk. Media sosial, yang telah…
Tahun 2024 adalah tahun politik. Pesta demokrasi melalui Pemilu telah. Kini masyarakat siap menyambut pemilihan…
Kelompok konservatif seperti Hizbut Tahrir Indonesia selalu menjadikan agama sebagai palang pintu terakhir segala problematika…