Narasi

Mencegah Bertumbuhnya Sel-Sel Terorisme Baru Setelah Bubarnya JI, Ini 6 Strateginya!

Bubarnya organisasi Jamaah Islamiyah (JI) baru-baru ini menjadi angin segar bagi keamanan nasional Indonesia. Namun, harus diingat bahwa sejarah telah menunjukkan bahwa pembubaran sebuah organisasi teroris tidak serta merta menghentikan penyebaran ideologi radikal yang menjadi akar dari aksi-aksi terorisme yang selama ini terjadi. 

Ideologi radikal memiliki kemampuan untuk beradaptasi, menyusup, dan berkembang dalam berbagai bentuk sel dan jaringan kecil . Karena itu, pasca bubarnya JI, masih dibutuhkan strategi ekstra untuk menghentikan infiltrasi ideologi radikal. Untuk mencegah bertumbuhnya set-sel terorisme baru yang lebih berbahaya setelah bubarnya Jamaah Islamiyah. 

Pertama; menguatkan pendidikan dan penyuluhan anti-radikalisme

Pendidikan anti-radikalisme merupakan fondasi utama dalam membentuk pola pikir masyarakat. Karena itu, lembaga pendidikan perlu bekerja sama dalam menyusun kurikulum yang menyertakan materi tentang bahaya radikalisme dan terorisme, serta pentingnya toleransi dan perdamaian dalam kehidupan berbangsa dan bernegara yang beragam ini. 

Penyuluhan kepada masyarakat, khususnya di daerah-daerah yang rentan terpapar ideologi radikal, harus dilakukan secara intensif dan berkelanjutan. Program-program penyuluhan ini dapat melibatkan tokoh agama, tokoh masyarakat, dan mantan anggota kelompok radikal yang telah kembali ke jalan yang benar. 

Kedua; penguatan ekonomi dan penciptaan lapangan kerja

 Salah satu faktor yang sering dimanfaatkan oleh kelompok radikal untuk merekrut anggotanya adalah kondisi ekonomi yang sulit. Kemiskinan dan pengangguran membuat banyak orang menjadi rentan terhadap bujuk rayu ideologi radikal yang menjanjikan kehidupan yang lebih baik atau memberikan harapan dan tujuan hidup yang terkesan menjanjikan. 

Untuk itu, pemerintah perlu fokus pada program-program pemberdayaan ekonomi, penciptaan lapangan kerja, dan dukungan kepada usaha kecil dan menengah. Dengan memberikan kesempatan ekonomi yang lebih baik, masyarakat akan memiliki harapan dan tujuan hidup yang lebih jelas, sehingga tidak mudah terjerumus dalam propaganda radikal.

Ketiga; peningkatan kapasitas dan koordinasi aparat keamanan

 Keberhasilan dalam membongkar jaringan JI tidak lepas dari kerja keras aparat keamanan yang terus berupaya memantau dan mencegah kegiatan terorisme. Namun, tantangan ke depan akan semakin kompleks dengan munculnya sel-sel kecil yang lebih sulit dideteksi. Oleh karena itu, peningkatan kapasitas aparat keamanan dalam hal teknologi, intelijen, dan kerjasama antar lembaga menjadi sangat penting. 

Aparat keamanan harus mampu beradaptasi dengan perkembangan teknologi informasi kekinian yang sering dimanfaatkan oleh kelompok radikal untuk berkomunikasi dan menyebarkan ideologi mereka. Selain itu, koordinasi yang lebih baik antar lembaga penegak hukum, intelijen, dan militer juga diperlukan untuk memastikan bahwa informasi dan tindakan dapat dilakukan secara efektif dan efisien.

Keempat; rehabilitasi dan deradikalisasi mantan anggota kelompok radikal

Program deradikalisasi bagi mantan anggota kelompok radikal perlu terus ditingkatkan dan disempurnakan. Rehabilitasi tidak hanya mencakup aspek fisik dan psikologis, tetapi juga mencakup pendidikan, pelatihan keterampilan, dan reintegrasi sosial.

Mantan anggota kelompok radikal yang berhasil kembali ke masyarakat dan menjalani kehidupan yang normal dapat menjadi agen perubahan yang efektif dalam upaya pencegahan radikalisme. Mereka dapat memberikan kesaksian langsung mengenai bahaya ideologi radikal dan menyebarkan pesan damai kepada orang-orang di sekitarnya.

Kelima, penguatan kerjasama internasional

Terorisme adalah masalah global yang memerlukan kerjasama lintas negara untuk dapat diatasi dengan efektif. Indonesia perlu terus memperkuat hubungan dengan negara-negara lain, khususnya dalam hal berbagi informasi intelijen dan strategi penanganan terorisme. 

Kerjasama ini juga mencakup upaya diplomatik untuk menekan negara-negara yang menjadi sumber pendanaan dan dukungan logistik bagi kelompok-kelompok radikal. Dengan adanya kerjasama internasional yang kuat, upaya untuk memutus mata rantai terorisme. 

Ke-enam; partisipasi masyarakat sipil

Selain kelima strategi di atas, peran masyarakat sipil juga tidak kalah penting dalam upaya mencegah tumbuhnya sel-sel terorisme. Kesadaran dan keterlibatan masyarakat dalam menjaga keamanan lingkungan, melaporkan aktivitas mencurigakan, dan mendukung program-program pencegahan radikalisme sangat diperlukan. Masyarakat yang aktif dan peduli akan menjadi benteng yang kuat dalam melawan penyebaran ideologi radikal-terorisme. 

Dalam jangka panjang, upaya pencegahan radikalisme dan terorisme memerlukan pendekatan yang komprehensif dan berkelanjutan. Meskipun bubarnya JI merupakan kemenangan besar dalam perang melawan terorisme, hal ini tidak boleh membuat kita lengah. Ideologi radikal memiliki kemampuan untuk beradaptasi dan mencari bentuk-bentuk baru untuk terus menyebar. Oleh karena itu, upaya pencegahan harus dilakukan secara holistik. 

Lima strategi yang telah diuraikan di atas, dapat menjadi fondasi yang kuat untuk mencegah bertumbuhnya sel-sel terorisme setelah bubarnya JI. Dengan komitmen dan kerjasama dari semua pihak, Indonesia dapat memenangkan perang melawan terorisme dan menciptakan masa depan yang lebih aman dan damai bagi generasi mendatang.

Helliyatul Hasanah

Recent Posts

Demistifikasi Agama dan Politik Inklusif untuk Kemanusiaan

Agama dan politik di Indonesia selalu menjadi isu yang sensitif sekaligus penting. Keduanya memiliki kekuatan…

3 hari ago

Merawat Hubungan Agama dan Politik yang Bersih dari Politisasi Agama

Sesungguhnya, agama tidak pernah bertentangan dengan politik. Agama dan politik itu sifatnya integratif. Agama dapat…

3 hari ago

Agama (Tidak) Bisa Dipisahkan dalam Politik?

Pada mulanya politik adalah sebuah jalan untuk mencapai tujuan yang mulia. Politik adalah seni untuk…

3 hari ago

Ruang Maya Sehat, Demokrasi Kuat

Menjelang Pilkada Serentak 2024, ruang digital di Indonesia menjadi semakin sibuk. Media sosial, yang telah…

4 hari ago

Mencegah Mudharat “Jualan Agama” Pada Pilkada 2024

Tahun 2024 adalah tahun politik. Pesta demokrasi melalui Pemilu telah. Kini masyarakat siap menyambut pemilihan…

4 hari ago

Prinsip Teo-Antroposentrisme Kuntowijoyo, Jembatan antara Dimensi Ilahi dan Realitas Sosial

Kelompok konservatif seperti Hizbut Tahrir Indonesia selalu menjadikan agama sebagai palang pintu terakhir segala problematika…

4 hari ago