Narasi

Menjadi Wanita yang Siap Tangkis Radikalisme dan Hoax

Membicarakan Indonesia atau keutuhan NKRI sejatinya laki-laki ataupun perempuan memiliki kontribusi yang sama dalam merawat kemerdekaan Indonesia. Bahkan, seorang perempuan juga memiliki peranan di ranah domestik, ibu berpengaruh besar dalam memaksimalkan potensi diri seorang manusia dan kau ibu merupakan penjaga moral anak.

Dalam hal ini Presiden Joko Widodo juga menganggap perempuan sebagai Ibu bangsa. Hal ini diungkapkan di Jogjakarta dalam pembukaan sidang umum International Council of Woman (ICW) dan pertemuan Organisasi Perempuan Indonesia. Beliau juga menambahkan, bahwa perjuangan wanita Indonesia sudah dimulai jauh sebelum zaman kemerdekaan. Tentunya kiprah perempuan di Indonesia tidak kalah jika dibandingkan dengan negara-negara lain.

Sejalan dengan itu, dalam pidato lain, tepatnya di hari ibu di raja Ampat, Papua, Jokowi mengungkapkan, bahwa perempuan Indonesia harus menjadi Ibu bangsa. Dan sebagai ibu bangsa, perempuan Indonesia memiliki tugas dan tanggung jawab besar dalam membentuk generasi masa depan. Kemudian presiden pertama ini menegaskan, pengertian ibu bangsa adalah ibu, perempuan, atau wanita yang mampu mendidik anak-anaknya sebagai penerus masa depan bangsa. Ibu mampu memperbaiki mentalitas bangsa. Ibu yang mampu menjaga moral bangsa, ibu yang mampu mengajak anak dan cucunya menjaga alam.

Mencermati hal ini, peran seorang ibu sangat dibutuhkan, khususnya dalam menangkal hoax dan radikalisme. Sebagaimana yang terdapat dalam artikel Indonew.id yang mengatakan, mencegah radicalisme harus dimulai dari rumah masing-masing. Jadi fungsi istri harus dikembalikan untuk mengurus serta memberikan pendidikan tentang budi pekerti, nasionalisme kepada anak-anak kita sendiri, di sini peran sebagai seorang ibu sangat diperlukan untuk mendidik anak-anak mereka dalam menumbuhkan rasa cinta, nasionalisme dan budi pekerti untuk berinteraksi dengan orang lain.

Baca juga : Perempuan Kunci Pencegah Terorisme dan Radikalisme

Dengan kata lain, hal ini memberikan sebuah penegasan, bahwa radikalisme dan menangkal hoax bisa dilakukan sejak dari keluarga. Seorang Ibu diharuskan bisa menjadi penengah agar anaknya terjerumus paham radikalisme yang berusaha mengusik ketenangan Indonesia. Selain itu, seorang ibu juga harus bisa memberikan pendidikan yang bisa membangun moral, mental, pemikiran yang kritis, agar tidak mudah terkikis oleh berita-berita hoax yang tersebar di media sosial khususnya.

 Dari situlah, alasan mengapa komunikasi sangat dibutuhkan di sini. Selain untuk membangun kedekatan seorang ibu dengan anak, ini juga menjadi modal penting untuk menjaga kestabilan dalam rumah. Sebagaimana yang terdapat dalam buku Mengasuh Anak dengan Hati karya Clarasati Prameswari, mengatakan bahwa komunikasi hangat dan menyenangkan yang dilakukan anak-anaknya akan menjadi sarana pembelajaran yang efektif. Ketika mampu berkomunikasi dengan baik, penuh kehangatan, dan menyenangkan, maka secara tidak langsung orang tua sudah menemukan bagaimana berinteraksi dengan menyenangkan. Pada titik tertentu ini juga menjadi bekal bagi anak untuk membangun interaksi dengan dunia luar.

Peran perempuan yang demikianlah yang harusnya di optimalkan dengan baik. Bahwa untuk menjaga Indonesia harus dilakukan sejak dari yang paling dekat yaitu keluarga. Dari pendidikan seorang ibu yang baik dan benar, seorang anak akan menjadi generasi yang cerdas dan kritis dalam mengadopsi apapun yang masuk dalam dirinya. Sehingga membuat seorang anak tidak gampang terpengaruh dengan berita-berita hoax dan tentunya pemahaman radikalisme.

Melihat peran seorang wanita yang begitu kompleks tersebut, sudah seharusnya perempuan menjadi salah satu palang pintu untuk menjaga NKRI. Karena selain diharapkan melahirkan generasi yang berkualitas dan kritis. Perempuan di sini juga bisa menjadi motivator bagi setiap orang dengan bekal kelembutan hati yang identik dengan dirinya.

Pada intinya seorang wanita diberikan amanat untuk menyiapkan generasi muda yang berkarakter unggul,  inovatif, kreatif dan memiliki wawasan kebangsaan yang memadai. Yang kemudian akan menjadi generasi yang paham tentang Indonesia dan siap untuk menjaga keutuhan dan sisa perjuangan pahlawan sebelumnya. Jika pahlawan wanita terdahulu juga ikut berperang, maka pahlawan wanita sekarang ialah memberikan pemahaman dan pendidikan yang siap menjaga keutuhan bangsa Indonesia. Karena memahami dan mencintai Indonesia adalah cara terbaik untuk menemukan perdamaian dalam perbedaan yang ada di dalamnya. Dan sudah seharusnya Ibu memberikan pemahaman yang demikian.

Nurul Izzah

View Comments

Recent Posts

Ruang Maya Sehat, Demokrasi Kuat

Menjelang Pilkada Serentak 2024, ruang digital di Indonesia menjadi semakin sibuk. Media sosial, yang telah…

20 jam ago

Mencegah Mudharat “Jualan Agama” Pada Pilkada 2024

Tahun 2024 adalah tahun politik. Pesta demokrasi melalui Pemilu telah. Kini masyarakat siap menyambut pemilihan…

20 jam ago

Prinsip Teo-Antroposentrisme Kuntowijoyo, Jembatan antara Dimensi Ilahi dan Realitas Sosial

Kelompok konservatif seperti Hizbut Tahrir Indonesia selalu menjadikan agama sebagai palang pintu terakhir segala problematika…

20 jam ago

Politik dan Kesucian: Menyimak Geliat Agama di Pilkada 2024

Dunia politik, pada dasarnya, adalah sebuah dunia dimana orang menjadi paham akan manusia dengan segala…

20 jam ago

Potensi Ancaman Pilkada 2024; Dari Kekerasan Sipil ke Kebangkitan Terorisme

Sebuah video rekaman detik-detik “carok” di Sampang, Madura beredar di media sosial. Kekerasan itu terjadi…

2 hari ago

Mencegah Agenda Mistifikasi Politik Jelang Pilkada

Dalam ranah politik jelang Pilkada 2024, kita dihadapkan pada fenomena yang mengkhawatirkan, yakni potensi meningkatnya…

2 hari ago