Categories: Kebangsaan

Menyemai Damai di Dunia Nyata Dengan Dawai Dunia Maya

Era informasi dan arus globalisasi yang terjadi saat ini bukan lagi sebuah slogan tentang masyarakat yang ingin bergerak lebih maju, lebih moderen dan lebih canggih, karena di era ini semua lapisan masyarakat telah melebur dan menjadi bagian dari era kemajuan informasi. Orang-orang bijak berujar dengan ilmu pengetahuan hidup lebih mudah, dengan seni hidup lebih indah dan dengan agama hidup lebih terarah.

Kemajuan ilmu pengetahuan, khususnya di bidang teknologi informasi, menjadikan segala urusan lebih mudah. Kecanggihan alat komunikasi dalam melakukan tukar menukar informasi saat ini semakin memudahkan manusia menyelesaikan segala macam urusan yang terkait dengan kepentingan masing masing, dahulu banyak orang menyatakan bahwa dunia ini bulat dan bundar, secara fisik geografis memang demikianlah bentuknya, namun saat era informasi semakin maju, bumi sekarang ini sudah menjadi flat alias datar, tidak ada lagi informasi yang tidak bisa diakses.

Sebagai pemeran utama dalam ‘sandiwara’ kehidupan ini, manusia memiliki tugas berat untuk senantiasa mewujudkan dan menciptakan suasana damai, tenteram, dan aman terkendali. Terutama karena godaan dan rayuan yang ditujukan kepada manusia melaju begitu kencangnya, beberapa yang tidak kuat menghadapi terpaan godaan itu lantas terjerembab dalam kubangan perilaku anarkis, menyebar fitnah, sibuk mengungkap aib sesama, menebar kebencian, menanamkan permusuhan, melakukan teror kepada orang lain, serta tampil menjadi teroris yang dianggap sebagai satu-satunya cara menumpas kemungkaran, ketidakadilan, dan lancang merampas sebagian otoritas Tuhan dalam menghakimi orang lain.

Di alam nyata kehidupan kita di dunia ini, di mana pun kita berada, benih kasih sayang yang mengendap dalam diri setiap insan harus dihidupkan dan disebarkan kepada sesama makhluk ciptaan Tuhan. Betapa rugi dan sia-sianya hidup kita bila hanya menjadi sumber malapetaka, sumber keonaran, sumber anarkis dan sumber penyebar fitnah, terutama melalui media sosial yang tidak mengenal batas ruang dan waktu (borderless). Padahal Media sosial sejatinya menjadi sarana menyemai kedamaian dan menyebar kasih sayang kepada sesama.

Saya memasukkan kata ‘dawai’ untuk judul tulisan ini untuk mengilustrasikan kehalusan cara dan strategi guna  memahami konsep membangun perdamaian di dunia maya. Dewasa ini, teori paling anyar tentang upaya manusia dalam mengungkap realitas super kecil adalah berupa teori super string atau teori dawai. Teori tersebut mengungkap indikasi adanya realitas super halus dalam realitas duniawi ini yang keberadaannya berbeda dengan pola ruang dan waktu (4 dimensi) yang telah kita kenal dan sudah berupa konvensi.

Teori dawai mengemukakan ajuan hipotesa bahwa alam ini memiliki lebih dari 10 dimensi, di mana semakin tinggi dimensinya, makin halus pula tingkat realitasnya.  Dimensi ke-5 dan seisinya lebih halus dibanding dimensi ke-4, Dimensi ke-6 dan seisinya lebih halus lagi dibanding dimensi ke-5, dst. Konteks ‘halus’ ini selain bermakna sangat halus (‘partikel’-nya sangat halus) juga bisa berarti amat kecil ataupun sangat canggih dan teramat kompleks.

Dunia maya kita adalah dawai dengan berbagai ‘dimensi kehalusan’-nya yang begitu kompleks. Dalam dunia yang sangat halus ini kita dituntut untuk selalu bisa meningkatkan kewaspadaan dalam menyikapi segala hal yang diusung dunia maya, termasuk hal baik dan kurang baik. Salah satunya dengan menguatkan imunitas dan ketahanan jati diri membentengi segala macam pengaruh negatif yang ditimbulkan kemajuan teknologi dalam era informasi. Teruslah menyemai tutur kata dan perilaku yang penuh kasih saying, agar kita semua bisa menebar damai baik di dunia maya maupun dunia nyata.

Irfan Idris

Alumnus salah satu pesantren di Sulawesi Selatan, concern di bidang Syariah sejak jenjang Strata 1 hingga 3, meraih penghargaan dari presiden Republik Indonesia pada tahun 2008 sebagai Guru Besar dalam bidang Politik Islam di Universitas Islam Negeri Alauddin, Makasar. Saat ini menjabat sebagai Direktur Deradikalisasi BNPT.

Recent Posts

Membangun Ketahanan Nasional Melalui Moderasi Beragama

Ketahanan nasional bukan hanya soal kekuatan fisik atau militer, tetapi juga mencakup stabilitas sosial, harmoni…

24 jam ago

Kembang Sore: Antara Tuhan dan Kehidupan

Dzating manungsa luwih tuwa tinimbang sifating Allah —Ronggawarsita.   Syahdan, di wilayah Magetan dan Madiun,…

1 hari ago

Meletakkan Simbolisme dalam Prinsip Agama Bermaslahat

Semakin ke sini, agama semakin hadir dengan wajah yang sangat visual. Mulai dari gaya busana,…

1 hari ago

Ketika Bencana Datang, Waspada Banjir Narasi Pecah Belah di Tengah Duka Bangsa

Di tengah rumah yang runtuh, keluarga yang kehilangan tempat tinggal, dan tangis pengungsian yang belum…

1 hari ago

Merawat Bumi sebagai Keniscayaan, Melawan Ekstremisme sebagai Kewajiban!

Dalam beberapa tahun terakhir, Indonesia menghadapi dua persoalan besar yang sama-sama mendesak: kerusakan lingkungan dan…

2 hari ago

Banjir Hoax dan Kebencian; Bagaimana Kaum Radikal Mengeksploitasi Bencana Untuk Mendelegitimasi Negara?

Banjir di Sumatera dan Aceh sudah mulai menunjukkan surut di sejumlah wilayah. Namun, banjir yang…

2 hari ago