Narasi

Pasca Pemilu: Membangun Kerukunan untuk Meredam Kebencian

Setiap orang pasti memiliki cara sendiri-sendiri untuk bersikap dan bertingkah laku. Tetapi yang harus dimengerti ialah bagaimana kita bersikap dewasa dalam menyikapi segala hal. Pun dengan momen setelah pemilihan presiden 2019 sekarang ini. Dalam hal ini kita diharuskan untuk memiliki akal yang sehat dalam menyikapi siapa yang menang dan yang kalah.

Dengan kata lain, kita yang kalah harus bersikap lapang dada, dan yang menang harus siap dengan tantangan barunya, yaitu menjaga Indonesia serta merawatnya menjadi lebih baik dari sebelumnya. Semua harus saling berjabat tangan, baik yang kalah atau yang menang. Dengan tujuan agar tidak ada tindakan anarkisme, dan kejanggalan negatif lainnya.

Itulah yang harus selalu di pikirkan setiap pemimpin-pemimpin. Bahwasanya mereka yang menduduki kursi kepemimpinan harus bisa menjadi agen yang menjanjikan. Bisa menaungi rakyat sesuai dengan kode etik yang ada, dan tentunya menepati setiap janji yang sudah diucapkan. Inilah yang harusnya menjadi landasan, sekaligus rujukan untuk menuju babak baru. Sebuah jabatan yang sebenarnya harus di pikul dengan penuh keikhlasan dan rasa kasih sayang.

Sejalan dengan itu, yang menang harus merangkul yang kalah, sedangkan yang kalah harus memberikan semangat untuk yang menang agar bisa mengemban visi dan misinya dalam membangun Indonesia yang sejahtera. Pun ini juga akan menjadi contoh bagi pendukung atau masyarakat, bahwa pemimpin mereka bersaing secara sehat dan siap menerima kekalahan dan kemenangan untuk Indonesia yang aman.

Untuk saat ini, sangat dianjurkan bagi setiap orang untuk saling bahu-membahu. Saling memberikan dorongan untuk menuju Indonesia baru, Indonesia yang damai dan negeri yang sejahtera, aman dan sentosa. Bagi mereka yang tidak terpilih, jangan pernah berkecil hati. Karena setiap kebaikan pasti akan mengantarkan kebaikan untuk pelakunya. Begitu juga mereka yang terpilih, jangan pernah angkuh dengan jabatan barunya. Karena jabatan ini sejatinya sebagai media untuk memakmurkan rakyat.

Baca juga : Pemilu 2019; Damai dan Bersaudara dalam Demokrasi Pancasila

Penting kiranya bagi mereka untuk saling memberikan dukungan antara satu dengan yang lainya. Di mana mereka yang terpilih memberikan dukungan kepada yang kalah, agar senantiasa menyuarakan kebaikan dalam hal apapun. Demikian juga mereka yang kalah, juga harus memberikan dukungan kepada yang menang, agar memegang amanah dengan baik, benar serta jujur.

Sikap inilah, yang akan mengantarkan kebaikan bagi keduanya. Perihal-perihal negatif pastinya tidak akan mempengaruhi masyarakat. Karena semuanya menyadari betul, bahwa yang didukung sudah saling memberikan dukungan untuk menjadi lebih baik lagi. Empati semacam inilah yang akan menumbuhkan citra baik bangsa. Karena secara tidak langsung semua menyadari, bahwa kita hidup dalam lingkup demokrasi. Harus bisa menerima, menghargai, dan tentunya saling menjaga untuk Indonesia yang lebih baik lagi.

Untuk itu, jadilah manusia yang benar-benar berguna bagi orang lain. Bagi mereka yang terpilih selamat, dan yang gagal semangat. Karena kegagalan hari ini adalah keberhasilan yang akan datang. Mari kita jaga negeri ini melalui hal-hal yang kecil ataupun sederhana. Seperti misalnya menyebarkan kebaikan untuk saling tolong-menolong, gotong-royong, dan saling mengasihi. Hal sederhana semacam ini akan lebih berharga dibandingkan dengan mereka yang duduk di kursi kepemimpinan tetapi korupsi dan menelantarkan rakyat.

Membingkai Perdamaian melalui Pemimpin yang Amanah

Setiap masyarakat pasti berharap banyak kepada mereka yang terpilih. Sebagian dari mereka, setiap lisannya pasti bergeming, semoga pemimpin baru bisa amanah dan berjuang untuk rakyat dan kemajuan bangsa. Karena, sejatinya rakyat memilih bukan karena kekayaan, ataupun bentuk fisiknya, tetapi ia memiliki harapan, bahwa semua akan menjadi baik apabila dipegang pemimpin ini, dan beberapa harapan yang berusaha menenangkan hatinya.

Inilah yang harus dipahami bersama. Harapan-harapan rakyat harus di realisasikan. Pemimpin harus bisa bertanggung jawab, dan memberikan sebuah suntikan semangat untuk dirinya sendiri dan untuk rakyat. Hingga dirinya bisa mewujudkan senyum-senyum bahagia dari rakyat-rakyatnya.

Sederhananya, pesan rakyat ialah jangan menjadi pemimpin yang korupsi, yang akhirnya menelantarkan rakyat. Tetapi, jadilah pemimpin yang jujur, agar selalu dikenang kebaikannya. Jika hatimu bisa mengarahkan ke dalam sesuatu yang baik, mengapa kita harus membelok menuju sesuatu yang merugikan. Dan, percayalah setiap kebaikan pasti memiliki jalan kebahagiaan.

This post was last modified on 29 April 2019 11:59 AM

Suroso

Recent Posts

Makna Jumat Agung dan Relevansinya dalam Mengakhiri Penjajahan di Palestina

Jumat Agung, yang diperingati oleh umat Kristiani sebagai hari wafatnya Yesus Kristus di kayu salib,…

1 hari ago

Jumat Agung dan Harapan bagi Dunia yang Terluka

Jumat Agung yang jatuh pada 18 April 2025 bukan sekadar penanda dalam kalender liturgi, melainkan…

1 hari ago

Refleksi Jumat Agung : Derita Palestina yang Melahirkan Harapan

Jumat Agung adalah momen hening nan sakral bagi umat Kristiani. Bukan sekadar memperingati wafatnya Yesus…

1 hari ago

Belajar dari Kisah Perjanjian Hudaibiyah dalam Menanggapi Seruan Jihad

Perjanjian Hudaibiyah, sebuah episode penting dalam sejarah Islam, memberikan pelajaran mendalam tentang prioritas maslahat umat…

2 hari ago

Mengkritisi Fatwa Jihad Tidak Berarti Menormalisasi Penjajahan

Seperti sudah diduga sejak awal, fatwa jihad melawan Israel yang dikeluarkan International Union of Muslim…

2 hari ago

Menguji Dampak Fatwa Aliansi Militer Negara-Negara Islam dalam Isu Palestina

Konflik yang berkecamuk di Jalur Gaza sejak 7 Oktober 2023 hingga hari ini telah menjadi…

2 hari ago