Narasi

Spirit Patriotisme dan Solidaritas Kebangsaan Asian Games 2018

Pada abad ke-21, kawasan Asia diprediksi akan mengalami kebangkitan yang pesat. Oleh dunia, abad ini dijuluki sebagai “Abad Asia”. Pertanyaan selanjutnya adalah; apakah Indonesia sebagai negara-bangsa, mampu tumbuh dan berkembang menjadi bangsa yang besar, dan menjadi inspirator Asia?

Mengenai penyelenggaraan Asian Games, agaknya kita perlu menilik sejarahnya, terutama ketika Indonesia kali pertama menjadi tuan rumah –tahun 1962. Yudi Latif (Kompas, 9/08), mengutip Ramachandra (2004) dalam bukunya yang berjudul Makers of Modern Asia, menjelaskan bahwa inisiasi Bung Karno dengan mengadakan Konferensi Asia-Afrika pada 1955, ternyata mampu meyakinkan negara-negara Asia untuk menjadikan Indonesia sebagai tuan rumah Asian Games ke-4. Dalam pembukaan konferensi tersebut, Bung Karno berseru dengan penuh percaya diri, “Inilah konferensi antar-benua pertama di bangsa-bangsa kulit berwarna dalam sejarah umat manusia.”

Di depan maket Stadion Senayan, Bung Karno menudingkan tongkat kebesarannya sembari berkata, “Ini.. akan menjadi stadion terbesar di dunia. Ini adalah awal bangsa kita menjadi bintang/pedoman bangsa-bangsa di dunia, semua olahraga dari negara-negara di dunia berlomba di sini. Kita tunjukan pada dunia, Indonesia bangsa yang besar, yang maju ke muka memimpin pembebasan bangsa-bangsa di dunia menuju dunia barunya.” (Kompas, 9/08)

Semangat Bung Karno yang meletup-letup untuk membikin negara-bangsa Indonesia besar, yang termanifestasikan melalui pernyataan tersebut, meski kita pahami sebagai cita-cita Indonesia di masa mendatang. Bahwa sebagai bagian dari negara Asia, Bung Karno tidak ingin Indonesia hanya menjadi bangsa pengekor, melainkan harus mampu menjadi inisiator dan inspirator negara-negara lain. Konferensi Asia-Afrikan adalah salah satu bukti kesungguhan Bung Besar.

Selain itu, pada Asian Games 1962, Indonesia sebagai bangsa yang baru merdeka, jiwa pemenang sebagai pelopor kebangkitan Asia-Afrika ternyata mampu melambungkan kontingen Indonesia sebagai juara kedua setelah Jepang.

Setelah 56 tahun berlalu, Indonesia ternyata dipercaya kembali untuk menjadi tuan rumah Asian Games 2018. Tentu saja, sebagai negara besar, yang pada masa lalu telah mampu menjadi inisiator persatuan di kawasan Asia, momentum ini dapat dijadikan sebagai pembuktian bahwa reputasi tersebut masih tetap tersemat pada “dada garuda”. Bahwa Indonesia, dengan segenap keterbatasannya, ternyata mampu memberikan fasilitas memadai untuk segenap atlit yang jumlahnya ribuan dari puluhan negara.

Patriotisme dan Kebangkitan Bangsa  dalam Asian Games

Antusiasme warga negara Indonesia atas Asian Games ternyata luar biasa besar. Di mana-mana, yang dibicarakan selalu berkaitan dengan Asian Games. Rasa persatuan kita muncul, begitu menyaksikan kontingen-kontingen Indonesia tampil berkompetisi dengan kontingen dari negara lain. Kesedihan kontingen ketika kalah dalam pertandingan seakan-akan juga kesedihan kita. Begitu juga kegembiraan mereka, menjadi kegembiraan dan kebanggaan masyaraka Indonesia.

Hal ini mengindikasikan bahwa sebenarnya, masyarakat Indonesia memiliki jiwa patriotisme yang amat tinggi. Jiwa patriotisme tersebut selama ini tertutup oleh kontestasi politik yang menguras tenaga, dan mengancam persatuan serta perdamaian bangsa. Dengan hadirnya momentum Asian Games, kita seakan-akan diingatkan, bahwa kita adalah satu di bawah naungan merah putih, sehingga tidak ada alasan untuk saling bersitegang.

Perjuangan atlet dalam momentum Asian Games juga membuahkan hasil yang mencengangkan. Indonesia yang awalnya hanya memasang target meraih medali emas 16-20, justru sampai 30 Desember 2018, sudah berhasil meraih 30 medali emas. Dengan begitu, negara-bangsa Indonesia telah mencatat sejarah sebagai negara yang paling banyak meraih medali emas sepanjang sejarah Asian Games.

Kebangkitan di cabang olah raga ini mesti kita sadari sebagai potensi bangsa; bahwa kita bisa bangkit dan eksis di kancah internasional. Tidak hanya di cabang olah raga, tapi di berbagai aspek, Indonesia mesti mampu memberikan kontribusi nyata bagi negara-negara Asia.

Semoga, spirit patriotisme dan solidaritas kebangsaan yang telah “dibangunkan kembali”, tidak luntur begitu Asian Games 2018 usai pada 2 September mendatang. Pun, menjadi perekat bangsa dan perisai dari hembusan provokasi politik yang mewarnai Indonesia jelang Pemilu 2019.

Imron Mustofa

Admin Online Blog Garawiksa Institute. PU LPM Paradigma Periode 2015/2016

Recent Posts

Makna Jumat Agung dan Relevansinya dalam Mengakhiri Penjajahan di Palestina

Jumat Agung, yang diperingati oleh umat Kristiani sebagai hari wafatnya Yesus Kristus di kayu salib,…

24 jam ago

Jumat Agung dan Harapan bagi Dunia yang Terluka

Jumat Agung yang jatuh pada 18 April 2025 bukan sekadar penanda dalam kalender liturgi, melainkan…

24 jam ago

Refleksi Jumat Agung : Derita Palestina yang Melahirkan Harapan

Jumat Agung adalah momen hening nan sakral bagi umat Kristiani. Bukan sekadar memperingati wafatnya Yesus…

24 jam ago

Belajar dari Kisah Perjanjian Hudaibiyah dalam Menanggapi Seruan Jihad

Perjanjian Hudaibiyah, sebuah episode penting dalam sejarah Islam, memberikan pelajaran mendalam tentang prioritas maslahat umat…

2 hari ago

Mengkritisi Fatwa Jihad Tidak Berarti Menormalisasi Penjajahan

Seperti sudah diduga sejak awal, fatwa jihad melawan Israel yang dikeluarkan International Union of Muslim…

2 hari ago

Menguji Dampak Fatwa Aliansi Militer Negara-Negara Islam dalam Isu Palestina

Konflik yang berkecamuk di Jalur Gaza sejak 7 Oktober 2023 hingga hari ini telah menjadi…

2 hari ago