Tantangan dan Peluang Ketahanan Ideologi Menuju Indonesia Emas

Tantangan dan Peluang Ketahanan Ideologi Menuju Indonesia Emas

- in Narasi
1
0
Tantangan dan Peluang Ketahanan Ideologi Menuju Indonesia Emas

Indonesia baru saja menyambut kepemimpinan baru dengan pelantikan Presiden dan Wakil Presiden periode 2024-2029, Prabowo Subianto dan Gibran Rakabuming Raka, yang digelar di Gedung MPR/DPR RI pada 20 Oktober 2024. Dalam pidatonya, Presiden Prabowo menyampaikan visi besar tentang swasembada pangan dan energi, serta upaya untuk menjadikan Indonesia sebagai lumbung pangan dunia dalam 4 hingga 5 tahun ke depan. Di balik ambisi besar ini, terdapat tugas yang tak kalah penting, yani, memperkuat ketahanan ideologi Pancasila di tengah arus perubahan global dan tantangan domestik yang terus berkembang.

Kepemimpinan baru di bawah Presiden Prabowo menghadapi tantangan besar untuk melanjutkan estafet pembangunan dan memastikan Indonesia dapat mencapai visinya sebagai bangsa yang kuat, merdeka, dan makmur. Sejalan dengan fokus pada swasembada pangan dan energi, ketahanan ideologi Pancasila harus tetap dijaga sebagai fondasi utama dalam setiap kebijakan.

Ketahanan ideologi Pancasila mengalami pasang surut yang dipengaruhi oleh dinamika sosial, budaya, dan politik. Untuk itu, kebijakan-kebijakan strategis dalam pemerintahan Prabowo-Gibran harus secara konsisten didasari oleh nilai-nilai Pancasila, yang mencakup ketuhanan, kemanusiaan, persatuan, kerakyatan, dan keadilan sosial. Dengan demikian, pembangunan ekonomi dan swasembada yang diusung oleh kepemimpinan baru ini tidak hanya mementingkan capaian materi, tetapi juga menjaga persatuan dan kesatuan bangsa melalui penerapan ideologi Pancasila dalam kehidupan berbangsa.

Dalam memimpin Indonesia menuju swasembada dan status sebagai lumbung pangan dunia, pemimpin baru harus menyadari bahwa pendidikan ideologi merupakan elemen kunci yang tidak boleh diabaikan. Hasil penelitian Indeks Ketahanan Ideologi Pancasila (IKIP) tahun 2019, ditemukan bahwa kelompok usia produktif, terutama remaja dan dewasa muda, sangat rentan terhadap pelemahan ideologi akibat pengaruh dari luar. Oleh karena itu, pendidikan Pancasila yang lebih inovatif dan relevan dengan tantangan zaman perlu menjadi prioritas dalam kebijakan pemerintahan yang baru.

Presiden Prabowo perlu memastikan bahwa pembelajaran nilai-nilai Pancasila tidak hanya terbatas pada kurikulum formal, tetapi juga menyentuh kehidupan sehari-hari melalui program-program kewarganegaraan dan kebijakan publik yang memperkuat rasa persatuan dan kesatuan. Pembinaan ideologi yang kuat di kalangan generasi muda akan menjadi benteng untuk menjaga integritas bangsa di tengah arus globalisasi yang sering kali membawa nilai-nilai yang bertentangan dengan Pancasila.

Di era digital seperti sekarang ini, media dan teknologi informasi memainkan peran penting dalam membentuk opini publik. Media sosial, khususnya, telah menjadi ruang bagi berbagai ideologi dan narasi yang kadang-kadang bertentangan dengan nilai-nilai Pancasila​. Kepemimpinan baru harus mampu mengelola narasi nasional yang memperkuat Pancasila melalui kampanye digital yang cerdas dan terarah, baik di media sosial maupun platform digital lainnya.

Untuk menghadapi tantangan ini, pemerintah perlu melibatkan masyarakat sipil, termasuk kalangan akademisi, tokoh agama, dan pemuda, dalam upaya memperkuat ketahanan ideologi melalui pemanfaatan teknologi. Hal ini tidak hanya akan membantu menangkis pengaruh ideologi asing yang berpotensi merusak, tetapi juga menjadikan teknologi sebagai sarana untuk memperkuat nilai-nilai kebangsaan dan nasionalisme.

Kepemimpinan Prabowo-Gibran juga akan dihadapkan pada tantangan-tantangan global yang berpotensi melemahkan ketahanan nasional dan ideologi Pancasila. Globalisasi dan liberalisasi ekonomi sering kali membawa dampak yang kontradiktif terhadap nilai-nilai Pancasila, sebagaimana dijelaskan dalam kajian mengenai ketahanan ideologi di era modernitas​. Dalam menghadapi tantangan ini, penting bagi kepemimpinan baru untuk merumuskan kebijakan yang mampu menjaga keseimbangan antara keterbukaan terhadap dunia luar dan perlindungan terhadap identitas nasional Indonesia.

Selain itu, kepemimpinan baru juga harus berupaya keras untuk mengatasi tantangan domestik seperti disintegrasi sosial, konflik etnis, dan agama yang dapat melemahkan ketahanan ideologi. Pendekatan inklusif yang menekankan pentingnya Bhinneka Tunggal Ika sebagai dasar dari persatuan bangsa perlu diperkuat melalui program-program yang menyatukan berbagai elemen masyarakat di bawah bendera Pancasila.

Kepemimpinan Prabowo-Gibran diharapkan dapat membawa Indonesia pada era baru yang lebih kuat secara ekonomi dan ideologis. Sambil berfokus pada swasembada pangan dan energi, penting untuk diingat bahwa pembangunan material harus selalu berjalan beriringan dengan penguatan ketahanan ideologi.

Ketahanan ideologi merupakan elemen kunci dalam menjaga stabilitas nasional dan mencapai cita-cita bangsa. Pemimpin baru harus mampu memastikan bahwa nilai-nilai Pancasila terus menjadi pedoman dalam setiap langkah kebijakan, baik di bidang ekonomi, sosial, maupun politik. Dengan strategi yang tepat, Indonesia tidak hanya akan mencapai kemandirian ekonomi, tetapi juga mampu mempertahankan jati diri nasionalnya di tengah arus globalisasi yang dinamis.

Indonesia Emas, sebagai visi besar menuju masa depan yang makmur dan adil, hanya akan tercapai jika Pancasila tetap menjadi fondasi yang kuat dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Kepemimpinan baru ini membawa harapan besar, dan dengan ketahanan ideologi yang kuat, Indonesia siap melangkah menuju masa depan yang cerah.

Facebook Comments