Kamis, 1 Juni, 2023
Informasi Damai
Archives by: Redaksi

Redaksi

0 comments

Redaksi Posts

Pancasila yang Dilahirkan

Pancasila yang Dilahirkan
Editorial
Pancasila bukan diciptakan. Ia hanya dilahirkan dari rahim ibu pertiwi sebagai hasil perkawinan nilai-nilai luhur bangsa dan ajaran agama. Pancasila bukan barang asing bagi negeri ini. Sila-sila yang terkandung adalah cerminan jati diri bangsa ini. Pada Sidang Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) dalam pembahasan dasar negara 28-Mei hingga 1 Juni, para pendiri bangsa berdiskusi, mencari dan merumuskan gagasan tentang dasar yang menjadi pedoman dan falsafah bangsa. Tepatnya, tanggal ...
Read more 0

Pendakwah juga Bertanggungjawab Tanamkan Wawasan Kebangsaan kepada Umat

Pendakwah juga Bertanggungjawab Tanamkan Wawasan Kebangsaan kepada Umat
Wawancara
Banyaknya pendakwah di media sosial yang tenar dan viral mendadak menjadi persoalan. Hanya bermodal ayat dan hadist dengan kemampuan sedikit, tetapi mempunyai banyak pengikut. Padahal, seorang pendakwah di samping harus mempunyai kompetensi keilmuan keagamaan yang kuat, juga mempunyai tanggungjawab untuk menanamkan nilai dan wawasan kebangsaan kepada umatnya. Berikut petikan wawancara redaktur Pusat Media Damai, Reza, dengan Dr. Moch. Syarif Hidayatullah, M.Hum. Ketua Umum Asosiasi Dai-Daiyah Indonesia (ADDAI). PMD : Bagaimana ...
Read more 0

Benarkah Radikalisme Kamuflase untuk Menutupi Problem Korupsi Sistemik?

Benarkah Radikalisme Kamuflase untuk Menutupi Problem Korupsi Sistemik?
Analisa
Menarik sekali apa yang disampaikan oleh salah satu tokoh, Busyro Muqoddas, yang menegaskan bahwa isu radikalisme sebenarnya sebagai kamuflase dari persoalan yang sesungguhnya, yakni korupsi sistemik yang dihadapi bangsa ini. Pernyataan ini disampaikan dalam sebuah diskusi refleksi 25 Tahun Reformasi, di Jakarta, Senin (22/5/2023). Tentu sebagai sebuah teori, gagasan atau mungkin asumsi, pernyataan ini perlu diberikan ulasan dan penjelasan. Jika hanya sepotong akan menimbulkan ragam tafsir yang berpotensi kesalahpahaman dan ...
Read more 0

Membaca Survei LSI tentang Kekerasan Ekstrem, Toleransi dan Kehidupan Beragama : Siapkah Berperang Membela Agama?

Membaca Survei LSI tentang Kekerasan Ekstrem, Toleransi dan Kehidupan Beragama : Siapkah Berperang Membela Agama?
Analisa
Judul tersebut sebagai bentuk salah satu pertanyaan penting dalam rilis survei Lembaga Survei Indonesia (LSI) yang mendapatkan porsi besar di berbagai media. LSI baru-baru ini merilis hasil survei yang penting sekali terkait dukungan publik terhadap kekerasan ekstrem (KE) dan intoleransi dalam bingkai kehidupan beragama di Indonesia. Beberapa hasil memang sungguh mengejutkan dan mengkhawatirkan yang perlu mendapatkan tanggapan serius. Dalam pengantarnya, LSI menyebutkan potensi penyebaran radikalisme dan KE masih terjadi. Memang ...
Read more 0

Ramadan Rahmatan Lil Alamin

Ramadan Rahmatan Lil Alamin
Editorial
Habibi ya MuhammadAtayta bissalami wal huda, MuhammadHabibi ya, ya MuhammadYa rahmatan lil’alameena ya Muhammad Demikian lirik lagu Maher Zain yang berjudul Rahmatun Lilalameen yang sangat merdu dan menyejukkan. Lagu yang memberikan warna tersendiri di bulan Ramadan 2023. Ya, lirik lagu menyentuh yang menjabarkan tentang kecintaan seorang hamba terhadap Nabi yang membawa inspirasi dan misi damai sebagai rahmat bagi semesta Allah. Nabi Muhammad diutus oleh Allah untuk menjadi rahmat bagi semesta ...
Read more 0

Ramadan Harus Mensucikan Mulut, Tangan, Jari dan Hati dari Keburukan

Puasa Ramadan sebagai salah satu pilar rukun Islam telah menjemput umat Islam di berbagai belahan dunia. Puasa tentu saja tidak hanya menahan haus dan lapar. Ramadan merupakan madrasah yang mendidik moral umat Islam melalui latihan tidak makan dan tidak minum. Lalu, apa makna sebenarnya dari latihan puasa tersebut. Tim Pusat Media Damai (PMD), Reza, mewawancarai narasumber otoritatif untuk berbicara makna puasa, Habib Nabiel Al Musawa, M.Si. Beliau merupakan Dewan Syuro Majelis Rasulullah dan menjabat pula sebagai Wakil Ketua Komisi Dakwah MUI Pusat. Di samping itu Habib Nabiel juga menjadi ketua Hubungan Lembaga Rabithah Alawiyah. Berikut petikan wawancara Tim PMD dengan Habib Nabiel. PMD : Bagaimana cara untuk menahan diri agar tidak menebarkan kebencian, fitnah, intoleransi atau hoaks? Islam itu pertama adalah agama Rahmatan Lilalamin, Jadi Rahmah itu artinya kasih sayang, karena dia adalah agama Rahmatan lil alamin, maka Nabinya pun adalah Nabi yang penyayang. Orang yang suka menyebarkan hoax, Itu dia tidak penyayang sama orang. Menunjukkan hatinya penuh kedengkian, penuh iri, penuh hasad, ingin orang lain celaka, menyebarkan fitnah, menyebarkan isu belum tentu benar. Orang-orang seperti itu maka tidak sesuai dengan ajaran Rasulullah SAW, tidak sesuai dengan ajaran Islam agamanya. Tidak sesuai dengan sifat Allah yang Rahmanur Rahim, Jangankan kepada orang yang biasa, kepada Fir'aun sekalipun ketika Allah memerintahkan kepada Nabi Musa SAW sama Nabi Harun, maka hendaklah berangkat kalian berdua untuk mendakwahi Fir'aun dan sampaikan kata-kata yang lemah lembut mudah-mudahan dia mendapatkan hidayah dari Allah SAW. Jadi, orang yang menyebarkan hoax, keburukan, isu, itu bukan orang yang hatinya bersih oleh sebab itu, maka di dalam bulan Ramadan, bulan yang penuh kebersihan. Saya menghimbau untuk kita semua, saya sendiri dan kita sekalian, Yuk kita jangan kemudian menyebarkan hal-hal buruk. Kita sedang beribadah, mensucikan diri, tapi mulut kita, tangan kita, jari-jari kita malah menyebarkan keburukan, kebusukan hati yang dengki sama orang, itu tidak sesuai dengan Ramadan. PMD : Bahaya menyebar kebencian, intoleransi atau hoaks di bulan Ramadhan Apakah bisa mengurangi nilai puasa? Jelas mengurangi. Jadi segala sesuatu yang sifatnya adalah fitnah itu luar biasa dosanya. Bahkan dia lebih besar dari pada membunuh dosanya. Dalam Quran dikatakan, wal fitnahtu ashadu minal qatal. Yang namanya menyebarkan fitnah itu artinya merusak, padahal sebenarnya tidak demikian. Tapi dia menyebarkan sesuatu yang tidak benar, sehingga menimbulkan fitnah. Itu lebih besar dosanya daripada membunuh. Jadi kalau dikatakan apakah dia mengurangi pahala puasa, jelas mengurangi. Dalam bulan Ramadhan itu kita dicacimaki orang, diajak berantem sama orang saja, dan tidak boleh kita melawan, tidak boleh kita sama-sama dengan dia, menghindar. Kata baginda Rasulullah SAW, dikatakan, Kalau ada orang yang mencaci maki kita, ngajak kita berantem, katakan, saya lagi puasa, saya lagi puasa. Nah, jadi kalau kita dicacimaki orang, kemudian diajak berantem balas saja seperti itu, apalagi kalau kita yang malah buat begitu. Jadi itu apalagi kalau misalnya bohong, wah lebih parah lagi. Kata baginda Rasulullah SAW, di dalam hadisnya tentang puasa, Barang siapa yang tidak meninggalkan qaula zur? Qaula zur itu kata-kata bohong. Berbohong, memfitnah, yang menyebarkan isu yang tidak benar, bahkan melakukannya hal-hal yang buruk yang membuat orang rusak, saling berantem, pecah belah, di antara umat, di antara kaum muslimin, di antara kelompok-kelompok. Wah, itu lebih besar lagi. Allah nggak butuh dia meninggalkan makan minum. Artinya apa? Nggak ada pahala puasa. Maka kaum muslimin, wal-muslimat itu disunahkan kita, sebelum berpuasa kita minta maaf, minta halal, bersihkan hati. Karena kita di bulan suci. Bulan suci mulutnya juga sucikan, matanya sucikan, telinganya sucikan, hati juga kita sucikan, termasuk jempol itu. Jadi jangan melakukan yang ngotorin terhadap pahala puasa kita. Nanti nggak diterima pahalanya. PMD : Statement Habib terkait puasa sebagai momentum diri untuk membangun jiwa kebersamaan dan silaturahmi antar sesama. Jadi begini, di dalam Quran, di surah Al-Hujurat itu dikatakan, Sesungguhnya kami sudah menciptakan kalian, dari satu orang laki-laki dan satu orang perempuan, yaitu Adam dan Hawa. Dari dua orang itu kemudian menjadilah bersuku-suku dan berbangsa-bangsa. Untuk apa tujuannya? supaya kalian saling mengenal, bukan saling membenci, bukan saling memfitnah, bukan saling menyebar isu, bukan saling membunuh, bukan saling menjelekkan, bukan. Supaya tujuannya berbeda-beda warna kulit, berbeda-beda suku bangsa, berbeda-beda kelompok dan sebagainya, itu adalah tujuannya untuk saling mengenal satu dengan yang lain, saling menghormati satu dengan yang lain. Kata Allah, Yang paling mulia di sisi kalian itu yang paling Taqwa. Dalam hadist dikatakan, Taqwa itu di dalam sini, kata Rasul, sambil menunjuk ke dadanya. Ya, jadi bukan kemudian kita menjadikan momentum Ramadan ini untuk pecah belah. Saya adalah orang yang sedih melihat bangsa ini terpecah jadi cebong dan kadrun. Jadi kenapa harus seperti ini? Bangsa kita ini lebih besar dari sekedar cebong dan kadrun. Tujuan bangsa ini lebih besar daripada sekedar cebong dan kadrun. Kalau kita belajar dari para pelaku sejarah kita dulu, pendiri bangsa, Bung Tomo itu tokoh nasionalis. Tapi pada saat perang Surabaya,Surabaya Lautan api itu beliau berteriak, Allahu Akbar. Kenapa? Gabungin semua orang untuk menyatukan bangsa umat itu satu. Jangan kemudian dipilah-pilah. Nah sebaliknya, Muhammad Yamin, Muhammad Nasir, Hamka, Haji Agus Salim, itu ridho penghapusan 7 kata di piagam Jakarta untuk umat Islam agar menjalankan syariah Islam untuk para pemeluknya. Itu mereka rido, itu dihapus. Demi apa? Demi bangsa dan negara. Mau kelompok Islamis, mau nasionalis, tujuan kita itu adalah membesarkan bangsa ini, NKRI ini. Bukan pecabelah, apalagi kepentingan politik. Saya sangat berharap, mudah-mudahan dengan Ramadan ini, kita, kaum Muslim semua, kembali menjadi bersaudara, kembali menjadi satu bangsa yang kokoh, Bhineka Tunggal Ika. NKRI kita tercinta, kita perjuangkan dengan semangat ketuhanan yang Maha Esa. Kemudian juga persatuan Indonesia. Semuanya sudah diwadahi dalam Pancasila, dan Undang-Undang Dasar 1945. Demikian, Saya berkata ini, dan saya minta maaf.
Wawancara
Puasa Ramadan sebagai salah satu pilar rukun Islam telah menjemput umat Islam di berbagai belahan dunia. Puasa tentu saja tidak hanya menahan haus dan lapar. Ramadan merupakan madrasah yang mendidik moral umat Islam melalui latihan tidak makan dan tidak minum. Lalu, apa makna sebenarnya dari latihan puasa tersebut. Tim Pusat Media Damai (PMD), Reza, mewawancarai narasumber otoritatif untuk berbicara makna puasa, Habib Nabiel Al Musawa, M.Si. Beliau merupakan Dewan Syuro ...
Read more 0

Menyelami Kitab Mukhtasar Minhajul Qashidin: Menjadikan Ramadhan Sebagai Jihad Perdamaian

Menyelami Kitab Mukhtasar Minhajul Qashidin: Menjadikan Ramadhan Sebagai Jihad Perdamaian
Pustaka
Kitab Mukhtasar Minhajul Qashidin adalah sebuah karya tulis yang ditulis oleh Syaikh Abdul Qadir Al-Jailani, salah satu ulama besar dari dunia Islam. Dalam konteks jihad perdamaian, Kitab Mukhtasar Minhajul Qashidin dapat menjadi pedoman bagi umat Islam untuk berjuang melawan segala bentuk kekerasan dan konflik dengan cara yang damai. Dalam kitab ini, Syaikh Abdul Qadir Al-Jailani mengajarkan pentingnya menjaga perdamaian dan keharmonisan dalam masyarakat. Ia juga mengajarkan pentingnya memperbaiki diri sendiri ...
Read more 0

Ramadan Harus Mensucikan Mulut, Tangan, Jari dan Hati dari Keburukan

Ramadan Harus Mensucikan Mulut, Tangan, Jari dan Hati dari Keburukan
Wawancara
Puasa Ramadan sebagai salah satu pilar rukun Islam telah menjemput umat Islam di berbagai belahan dunia. Puasa tentu saja tidak hanya menahan haus dan lapar. Ramadan merupakan madrasah yang mendidik moral umat Islam melalui latihan tidak makan dan tidak minum. Lalu, apa makna sebenarnya dari latihan puasa tersebut. Tim Pusat Media Damai (PMD), Reza, mewawancarai narasumber otoritatif untuk berbicara makna puasa, Habib Nabiel Al Musawa, M.Si. Beliau merupakan Dewan Syuro ...
Read more 0

Ujaran Kebencian dan Politik Identitas sebagai Ancaman terhadap Demokrasi Indonesia

Pada hari Senin, 13 Maret 2023 Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) bekerjasama dengan Komisi Pemilihan Umum (KPU) dan Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu) menyelenggarakan Dialog Kebangsaan Bersama Partai Politik. Kegiatan dengan tema Merajut Persatuan dan Kesatuan, Mencegah Polarisasi Sosial dan Politik Identitas yang dapat Mengarah pada Aksi Terorisme dalam Pemilu 2024 dihadiri oleh seluruh perwakilan kontestan partai politik Pemilu 2024 dari 18 partai nasional maupun 6 partai lokal Aceh. Dalam kegiatan tersebut, Wakil Presiden, KH Ma’ruf Amin, turut hadir memberikan pidato kunci. Beliau memberikan arahan tentang pentingnya menjaga kemajemukan bangsa di tengah kontestasi politik Pemilu. Pengalaman Pemilu sebelumnya telah memberikan pelajaran tentang dampak polarisasi sosial yang tajam di tengah masyarakat yang membahayakan persatuan. Karena itulah, Wakil Presiden menegaskan kampanye politik tidak boleh bertentangan dengan nilai-nilai Pancasila seperti mengeksploitasi sentimen SARA dalam politik. Secara khusus kepada BNPT, beliau memberikan arahan agar mewaspadai pihak-pihak yang memanfaatkan Pemilu untuk mendelegetimasi Pemerintah dengan mengadu domba rakyat menggunakan isu SARA, apalagi tindakan kekerasan dan terorisme. Hadir pula dalam kegiatan tersebut, Menteri Dalam Negeri, Jenderal Pol (Purn) Muhammad Tito Karnavian. Dalam sambutannya, Mendagri memberikan penjelasan tentang indikator keberhasilan pemilu yang meliputi 4 hal; berjalan lancer dan aman sesuai aturan, partisipasi yang tinggi, tidak ada konflik dan kekerasan, dan penyelenggaraan pemerintahaan tetap berjalan baik Pusat maupun Daerah dalam masa penyelenggaran Pemilu. Karena itulah, Tito mengharapkan keterlibatan seluruh pihak terutama partai politik untuk membantu kelancaran Pemilu dan mencegah konflik yang dapat merusak persatuan dan kesatuan terutama menghindari politik identitas yang dapat mengarah pada timbulnya konflik kekerasan. Kepala BNPT dalam sesi talkwshow dalam kegiatan tersebut memberikan poin-poin penting terutama terkait dengan ancaman ujaran kebencian dan politik identitas yang dapat mendorong lahirnya aksi kekerasan dan teror. Membaca Indeks Demokrasi dan Kerawanan Pemilu 2024 Era Reformasi mendorong lahirnya demokratisasi politik yang memberikan jaminan kebebasan dan kesetaraan bagi warga negara dalam menyalurkan aspirasi dan berserikat. Dari tahun ke tahun pertumbuhan demokrasi Indonesia semakin membaik dibandingkan dengan orde terdahulu. The Econonomist Intelligence Unit (EUI) yang mengukur indeks demokrasi negara-negara Indeks demokrasi menunjukkan kenaikan yang cukup siginifikan tingkat demokrasi Indoensia terutama pada tahun 2010 hingga tahun 2015 yang mencapai 72.82. Sementara pada tahun 2016 hingga tahun 2022 mengalami penurunan menjadi 6.71 dan pada tahun 2021 dan 2022 masih pada posisi osisi 6.71. Memang selama 12 tahun terakhir, EIU mencatat trend demorkasi kita naik turun dengan melihat indikator pluralism dan proses pemilu, efektifitas pemerintah, partisipasi politik, budaya politik yang demokratis dan kebebasan sipil. Di tahun 2022 ini memang aspek budaya politik demokratis dan kebebasan sipil dianggap turun di bandingkan tahun-tahun sebelumnya. Namun, perlu dicatat partisipasi politik melalui Pemilu di Indonesia dari penyelenggaraan pemilu semakin meningkat. Pada tahun 2014 misalnya mencapai 75,11 persen dan pada tahun 2019 naik 81,69 persen. Kenaikan ini menunjukkan tingkat kepercayaan masyarakat terhadap proses Pemilu sebagai penyaluran politik rakyat masih tinggi. Penting diperhatikan dalam proses Pemilu perlu diwaspadai potensi kerawanan. Indeks Kerawanan Pemilu (IKP) yang disusun oleh Bawaslu menjadi sangat penting dipahami sebagai proyeksi dan deteksi dini terhadap potensi kerawanan penyelenggaraan Pemilu. Pada pemilu 2024 Bawaslu telah meluncurkan Indeks Kerawanan Pemilu di 34 Provinsi dengan menghasilkan ada 5 Provinsi dalam tingkat kerawanan tinggi dan 5 provinsi dengan tingkat kerawanan ssedang. Tingkat kerawanan ini diukur melalui 4 dimensi 1) konteks sosial politik (meliputi keamanan, otoritas penyelenggara pemilu dan otoritas penyelenggara negara), 2) penyelengaraan pemilu (meliputi hak memilih, pelaksanaan kampanye, pelaksanaan pemungutan suara, ajudikasi dan keberatan pemilu dan pengawasan pemilu), 3) kontestasi (hak dipilih dan kampanye calon), 4) partisipasi (pemilih dan kelompok). Indeks Toleransi di Tahun Politik Kerawanan Pemilu yang patut dikahwatirkan adalah persoalan polarisasi dan gesekan masyarakat akibat perbedaan politik. Bagaimana toleransi juga bisa memainkan perannya dalam politik. Litbang Kompas pada 8-10 November 2022 telah melakukan Survey terhadap indeks toleransi di tahun politik. Secara umum, masyarakat masih meyakini bahwa kultur bangs aini masih toleran. Namun, ada yang begitu pesimis dengan mengatakan masyarakat kita sudah mulai tidak toleran sebesar 18, 7 persen. Tingkat pesemisme terhadap toleransi masyarakat dipengaruhi oleh kekhawatiran hilangnya toleransi di tahun politik. Bahkan 53, 5 persen masyarakat khawatir toleransi masyarakat hilang karena persoalan politik. Penyebab hilangnya toleransi masyarakat di masa politik paling besar karena ketidakdewasaan masyarakat, ulah para elit politik, politik identitas , gesekan pemilu 2019 yang masih membekas dan munculnya buzzer politik di media sosial. Kekhwatiran masyarakat terhadap potensi gesekan, polarisasi sosial dan hilannya toleransi di tahun politik karena melihat apa yang telah terjadi di tahun politik 2019. Kementerian Kominfo misalnya mencatat menjelang tahun 2019, konten paling banyak bertebaran di media sosial seputar hoaks isu sosial politik sebesar 91.80 persen. Konten berikutnya adalah persoalan ujaran kebencian bernuansa SARA sebesar 88, 60 persen. Dampak dari politik tahun 2019 bisa kita amati dari munculnya polarisasi pendukung kontestan politik dengan mengeksploitasi perbedaan identitas primordial. Selain itu kita juga bisa menyaksikan merebaknya politisasi sentiment SARA, konten ujaran kebencian, adu domba dan hoaks akibat kontestasi politik. Potensi Gerakan dan Jaringan Terorisme pada Pemilu 2024 Terdapat perubahan strategi oleh kelompok radikal-terorisme yang dahulu lebih mengutamakan kekerasan, sekarang beralih pada usaha meraih kekuasaan melalui jalur politik. Perambahan ke dunia politik oleh kelompok teror ini dilakukan dengan strategi taqiyah dan tamkin. Taqiyah merupakan siasat kepura-puraan untuk menerima sistem yang ada untuk mencapai penguasaan (tamkin) di suata negara melalui penyusupan ke sistem politik yang ada. Dalam pelaksanaan Pemilu perlu ditingkatkan kewaspadaan. Mengingat pada momen Pemilu 2019, kelompok jaringan teror mengajak simpatisannya untuk menggagalkan pelaksanaan Pemilu dengan Tindakan kekerasan. Belajar pada Pemilu 2019, kelompok radikal terorisme terus memainkan narasi di berbagai media sosial untuk mempengaruhi dan membangun opini di tengah masyarakat. Beberapa narasi yang muncul pada tahun 2019 yang kemungkinan tetap akan menjadi propaganda di tahun 2024 adalah seputar Isu Golput Ideologis (ajakan golput karena menganggap sistem pemilu adalah kafir), Preferensi politik berdasarkan kesamaan keyakinan, Menebar hoax menjatuhkan kontestan berdasarkan sentimen SARA, Ajakan untuk menggagalkan Pemilu dan Mengadu domba antar masyarakat di tahun politik. Apa yang diharapkan dari permainan narasi tersebut adalah terjadinya polarisasi di tengah masyarakat yang mendorong lahirnya kekerasan dan konflik sosial. Ketika konflik terjadi di situlah sebenarnya ruang operasi kelompok radikal bermain. Sebuah rumus yang tidak bisa dilupakan bahwa wilayah konflik merupakan ladang subur tumbuhnya gerakan radikalisme dan terorisme. Harapan Pemilu 2024 Pelaksanaan Pemilu 2024 harus diupayakan bersama untuk berlangsung secara demokratis, terbuka, aman dan damai. Pemilu 2024 harus mencerminkan semangat demokrasi Pancasila. Demokrasi Indonesia bukan demokrasi Liberal, tetapi Demokrasi berasaskan Pancasila berdasarkan pada ketuhanan, kemanusiaan, persatuan, permusaywaratan (gotong rotong ) dan keadilan sosial. Nafas ini harus menjadi semangat dan nilai dalam pelaksanaan Pemilu 2024. Kontestasi politik bukanlah ruang untuk menumbuhkan polarisasi apalagi segerasi. Pemilu adalah sarana mewujudkan interagsi yang lebih kuat. Karena itulah, penting menjaga Pemilu yang berkualitas dan bermartabat dengan tetap menjujung persatuan dalam kebhinekaan dengan tidak mengeksploitasi dan politisasi Identitas. Penting bagi seluruh masyarakat, terutama kontestan politik untuk menjadikan Pemilu sebagai ruang demokrasi kondusif dan sehat dalam mendapatkan legitimasi rakyat untuk meningkatkan kemajuan bangsa. Partai politik harus konsisten memberikan pendidikan dan keteladan politik kepada masyarakat. Partai politik harus nembangun etika dan budaya politik yang sesuai dengan semangat demokrasi Pancasila bukan dengan menghalalkan segalanya demi politik praktis. Perilaku elite politik akan memberikan pengaruh besar terhadap masyarakat. Mari bangun iklim sehat dan kondusif dalam kontestasi politik untuk kepentingan persatuan dan kesatuan. Tujuannya agar pulih kepercayaan dan legitimasi masyarakat terhadap pemilu sebagai instrumen dalam melakukan perubahan bangsa yang lebih baik.
Analisa
Pada hari Senin, 13 Maret 2023 Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) bekerjasama dengan Komisi Pemilihan Umum (KPU) dan Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu) menyelenggarakan Dialog Kebangsaan Bersama Partai Politik. Kegiatan dengan tema Merajut Persatuan dan Kesatuan, Mencegah Polarisasi Sosial dan Politik Identitas yang dapat Mengarah pada Aksi Terorisme dalam Pemilu 2024 dihadiri oleh seluruh perwakilan kontestan partai politik Pemilu 2024 dari 18 partai nasional maupun 6 partai lokal Aceh. Dalam kegiatan ...
Read more 0

Alissa Wahid : Keluarga melalui Peran Perempuan Menjadi Basis Penting Dalam Menanamkan Pendidikan Anti Kekerasan

Alissa Wahid : Keluarga melalui Peran Perempuan Menjadi Basis Penting Dalam Menanamkan Pendidikan Anti Kekerasan
Wawancara
“Sebagai perempuan, kita harus memulai dari diri sendiri. Kita tidak menunggu lingkungan kita atau masyarakat kita untuk memberikan ruang kepada kita. Kita yang harus memulai dengan menjadi lebih berdaya. Kita jadi pembelajar, kita selalu tumbuh sebagai perempuan yang punya potensi dan punya karakter” Alissa Wahid Beberapa waktu lalu kita dihebohkan dengan kekerasan yang dilakukan remaja terhadap yang lain. Kekerasan yang dilakukan anak dan remaja tidak bisa dipungkiri memiliki akar dari ...
Read more 0