Pertemanan adalah salah satu pintu masuk paling efektif dalam perekrutan jaringan terorisme. Relasi pertemanan bisa terjadi secara langsung dalam interaksi tatap muka dan bisa juga tidak langsung melalui pertemanan di media sosial. Karenanya, penting sekali mengenali teman atau saudara yang sudah terpapar paham radikal khususnya di lingkungan kerja.
Cara mengenali mereka yang sudah terpapar memang tidak mudah. Tidak ada ciri yang permanen untuk mengidentifikasi mereka sudah terpapar atau tidak melalui pengamatan langsung. Mereka terpapar paham karena ada perubahan pemikiran dan pandangan. Karenanya, hal paling mungkin dilakukan adalah melihat gejala. Tetapi, bisa jadi ada pula teman yang terpapar dengan tanpa gejala.
Setidaknya ada panduan secara umum yang bisa mendeteksi teman terpapar paham radikal melalui gejala yang ditampakkan dalam kehidupan sehari-hari. Meskipun demikian, harus digarisbawahi bahwa gejala ini bukan ukuran seseorang adalah bagian dalam teroris, tetapi individu yang sangat rentan terekrut jaringan terorisme. Penting sekali mengenali gejala awal ini agar kita dapat mengambil tindakan pencegahan sejak dini untuk menyelamatkan teman dan lingkungan.
Gejala Teman Kerja Terpapar Radikalisme
Ada beberapa gejala yang bisa diidentifikasi dari teman kerja yang kemungkinan besar terpapar paham radikal.
- Perubahan sikap secara drastis dan ekstrem; gejala paling umum yang terjadi adalah perubahan sikap dan pandangan keagamaan, sosial, politik yang mendadak dan drastis. Teman kerja yang awalnya tidak tertarik minat dalam pandangan tertentu kemudian berubah secara dratis dari pandangan yang biasanya moderat menjadi kaku, fanatik dan emosional ketika membicarakan isu sensitif.
- Menggunakan simbol atau Bahasa kelompok ekstrem; menampakkan gejala dengan memakai atribut dan istilah yang biasa digunakan kelompok ekstrem. Ada istilah, frasa, kata atau simbol yang dekat dengan ideologi radikal dan sering digunakan dalam mengekspresikan pendapatnya dalam interaksi di lingkungan kantor.
- Mengisolasi dan memisahkan diri dari rutinitas kantor; mulai menjauhi rutinitas kantor yang biasa dijalani dengan memilih menjauhi teman kerja dan memilih aktivitas terpisah. Sudah ada pandangan dalam dirinya siapa lawan dan siapa kawan dalam kacamata pandangan ideologinya.
- Minat mendalami materi-materi radikal; terlihat atau sering mengikuti konten-konten yang mengarah pada intoleransi dan radikalisme.
- Menarik diri secara ekstrem dari kegiatan sekuler; ada pola perubahan drastis dengan menghindari dan berhenti total dari kebiasaan yang dianggap aktivitas sekuler seperti berolahraga, bermain musik, wisata dan lain-lain.
- Perilaku ekstrem yang benci perbedaan; menunjukkan sikap yang benci terhadap kelompok tertentu, menolak berinteraksi dengan yang berbeda atau bahkan seringkali ada ekspresi emosional ketidaksukaan dengan ancaman kekerasan.
- Merasa curiga berlebihan dengan sistem dan pihak berwenang; menunjukkan sikap yang skeptis terhadap aparat, curiga berlebihan dengan lembaga pemerintah, kebencian terhadap sistem yang ada.
- Menampakkan sikap pembangkangan atau insubordinasi; menunukkan sikappembangkangan terhadap pimpinan dengan dalih hanya taat hukum dan aturan yang diyakininya, menolak taat terhadap pimpinan yang berbeda cara pandang dan keyakinan, dan menolak sistem dan aturan yang dianggap mendzalimi diri dan komunitasnya.
Gejala-gejala di atas hanya cara mengenali agar mempunyai deteksi awal mencegah teman kerja tidak terpapar paham radikal. Tentu saja, gejala itu bisa timbul secara bersamaan atau tidak, bisa dalam tingkat ekstrem atau tidak, tetapi ketika menemukan gejala ini harus bisa mengambil langkah yang bisa mereduksi pengaruh keterpaparannya. Lalu bagaimana cara mencegah penyebarannya di lingkungan kerja.
Pencegahan radikalisme di Lingkungan Kerja
Ada tiga tindakan yang perlu dilakukan ketika mengetahui dan menghadapi adanya radikalisme di lingkungan kerja.
1. Preventif adalah suatu tindakan untuk menghalau penyebaran ide-ide radikal dan ancaman radikalisme. Pencegahan bisa dilakukan dengan menutup kanal dan media penyebarannya di lingkungan pekerjaan. Pimpinan, Direksi dan HRD dapat memanfaatkan kewenangannya dalam mengidentifikasi dan memutus kanal-kanal tersebut, tentu dengan pendekatan yang lunak.
2. Persuasif adalah suatu tindakan yang dilakukan untuk membujuk individu atau kelompok agar tidak terpapar ide-ide radikal atau melakukan tindakan radikalisme. Mengajak teman kantor untuk berdialog dan berinteraksi dalam komunitas yang terbuka. Pimpinan, Direksi dan HRD dapat memanfaatkan kewenangannya dengan menyelenggarakan event yang meleburkan perbedaan dan pandangan terbuka karyawan.
3. Intervensi adalah suatu tindakan campur tangan yang dilakukan dengan maksud untuk menghentikan penyebaran ide-ide radikal, serta ancaman radikalisme. Bagi teman kerja intervensi dimaksudkan adalah melaporkan jika ada bukti kuat teman terpapar paham radikal atau sedang nyata tergabung dalam jaringan kekerasan. Bagi pimpinan, direksi dan HRD harus berkoordinasi dengan aparat penegak hukum agar ada tindaklanjut penyelesaian. Mencegah adalah langkah terbaik sebelum kejadian buruk yang tidak diinginkan terjadi di lingkungan kerja. Radikalisme ibarat virus yang menyebar yang bisa menjangkiti siapapun tanpa melihat status sosial dan tingkat intelektualitas seseorang.