Idul Adha : Menguji Kembali Pengorbanan dan Kedewasaan Umat di Tengah Pandemi

Idul Adha : Menguji Kembali Pengorbanan dan Kedewasaan Umat di Tengah Pandemi

- in Narasi
1283
0
Idul Adha : Menguji Kembali Pengorbanan dan Kedewasaan Umat di Tengah Pandemi

Dewan Masjid Indonesia (DMI) menerima laporan setidaknya ada 36 masjid di Jakarta yang masih menggelar shalat hari raya Idul Adha di masjid. Meskipun ada himbauan dari pemerintah dan kesepakatan ormas Islam sebelumnya untuk melaksanakan shalat Idul Adha di rumah, tetapi nampaknya gairah umat Islam untuk merayakan ini teramat besar. Himbauan dan anjuran serasa tidak digubris. Kondisi pandemi pun tidak menyurutkan tekad.

Apakah ada yang salah? Tentu saja tidak ada yang perlu disalahkan. Kita berharap apa yang dilakukan oleh sebagian kecil umat Islam untuk melaksanakan shalat Idul Adha dengan protokol kesehatan tidak menimbulkan mudharat cluster baru. Karena yang diutamakan tidak hanya keselamatan diri tetapi keselamatan orang lain.

Idul Adha sejatinya memberikan pelajaran penting tentang pengorbanan yang dalam istilah lazim disebut kurban dengan makna mendekatkan diri. Pengorbanan membutuhkan totalitas dalam menyerahkan diri agar lebih dekat kepada Sang Maha Khalik. Namun, penting dicatat dari sejarah kurban adalah Allah mengganti obyek kurban dari manusia menjadi hewan.

Idul Adha mengajarkan tentang pengorbanan yang total tetapi bukan pengorbanan yang membinasakan. Allah mengajarkan cara berkurban dari hati dengan ketulusan. Karena itulah, ujian besar Nabi Ibrahim dalam sejarah kurban adalah pengorbanan terhadap yang paling berharga sekalipun. Dan itu bisa dilalui oleh Nabi Ibrahim. Nabi Ibrahim menunjukkan kelasnya sebagai orang yang paling ikhlas dalam sejarah umat.

Totalitas pengorbanan dan keikhlasan itulah yang diperingati dalam prasasti ibadah kurban oleh umat Islam saat ini. Karena itulah, sejatinya umat Islam perlu meneladani tidak hanya ibadah kurbannya semata tetapi totalitas pengorban Nabi Ibrahim dalam menyerahkan diri kepada Allah.

Umat Islam saat ini di tengah pandemic sejatinya diuji untuk mengorbankan diri agar bisa menyelematkan nyawa orang lain. Dengan tidak berkerumun dan mematuhi protokol kesehatan di tengah wabah adalah wujud pengorbanan umat. Berani berkorban untuk menahan diri sejenak adalah pengorbanan yang harus diwujudkan dalam menyelematkan yang lain di tengah pandemi.

Butuh kedewasaan umat Islam saat ini mendekatkan diri dan berserah diri dengan cara yang sesuai syariat. Beribadah di tengah wabah telah digariskan dan diajarkan oleh Rasulullah dan para ulama. Kepentingan menjaga jiwa dan keselataman adalah nomor wahid dalam beribadah.

Islam adalah agama penuh rahmat sekaligus agama yang sangat menghargai jiwa manusia. Karena itulah, Islam tidak akan menghantarkan umatnya dalam kebinasaan. Pengorbanan pun tidak dipraktekkan dalam bentuk membinasakan diri apalagi membinasakan orang lain. Belajarlah dari cara Ibrahim dalam ketulusan, tetapi Allah pun mengajarkan untuk tidak menghilangkan nyawa manusia demi pengorbanan.

Karena itulah, sangat penting bagi umat Islam saat ini untuk belajar totalitas dalam berkorban tetapi harus pula dengan kedewasaan. Tingkat kedewasaan umat adalah dengan ilmu. Beribadah tanpa ilmu bisa berujung tidak hanya menyesatkan, tetapi bisa membahayakan diri dan orang lain, apalagi di tengah wabah.

Islam mengajarkan ikhtiar dan doa. Begitupun Islam mengajarkan pengorbanan dan penghargaan terhadap jiwa. Tidak mungkin ada doa tanpa ikhitiar begitupun sebaliknya. Dan tidak mungkin ada pengorbanan, tanpa pula penghargaan terhadap jiwa.

Idul Adha kali ini masih di tengah pandemic menguji kesabaran dan ketabahan umat untuk rela berkorban demi kepentingan bersama. Mari berkorban kepentingan kita untuk menyelamatkan jiwa bersama.

Facebook Comments