Perbaikan Akhlak: Solusi Reflektif atas Problem Bangsa

Perbaikan Akhlak: Solusi Reflektif atas Problem Bangsa

- in Narasi
731
2
Perbaikan Akhlak: Solusi Reflektif atas Problem Bangsa

Maraknya perilaku amoral, kejahatan, penipuan, hingga kekerasan di masyarakat bisa dikatakan disebabkan karena krisis akhlak. Akhlak makin terkikis oleh keegoisan, keserakahan, dan egoisme yang akhirnya membuat orang menerabas batas-batas moral, etika, dan agama. Dari sana, lahirlah berbagai tindakan merusak yang menimbulkan keresahan, bahkan pertikaian antarsesama di masyarakat.

Degradasi moral dan krisis akhlak melanda nyaris semua lapisan masyarakat. Dari kalangan masyarakat bawah hingga pejabat. Di kalangan pejabat dan elite misalnya, marak perilaku korupsi. Tak sedikit tokoh-tokoh masyarakat, bahkan tokoh agama juga terjerumus dalam tindakan negatif. Masyarakat pun kehilangan teladan. Dari sana, marak tindak kriminal dan kejahatan. Akibatnya, muncul berbagai persoalan sosial seperti kesenjangan ekonomi, kemiskinan, maraknya kejahatan dan perilaku amoral.

Islam sangat menekankan pentingnya akhlakul karimah atau akhlak yang terpuji. Nabi Muhammad Saw. sendiri diutus untuk menyempurnakan akhlak. “Sesungguhnya aku (Muhammad) diutus untuk menyempurnakan akhlak yang mulia” (HR. Baihaqi). Artinya, Islam sangat mengedepankan umatnya agar selalu berperilaku baik terhadap sesama. Dan kita sadar, perilaku atau akhlak yang baik dengan sesama ini merupakan hal mendasar dalam mewujudkan misi Islam sebagai agama yang memberi rahmat bagi seluruh alam (rahmatan lil alamin).

Yasir Qadhi, dalam bukunya 7 Rahmat Akhlak yang Baik (2018) menyebutkan beberapa hal yang menunjukkan betapa pentingnya akhlak yang baik. Pertama, setiap kali para sahabat datang menemui Nabi Saw. untuk meminta nasihat, beliau selalu mengingatkan mereka tentang akhlak yang baik. Misalnya melarang mereka untuk marah. Bukan sesuatu yang rumit, atau masalah fiqih yang mendalam. Beliau hanya melarang untuk marah, dan orang yang meminta nasihat itu langsung merasakan perubahan.

Kedua, akhlak yang baik merupakan sesuatu yang paling mulia. Nabi Muhammad Saw bersabda, “Tidak ada pemberian (rahmat) Allah yang paling baik bagi manusia daripada akhlak yang baik (husnul khuluq) (HR. At-Tirmidzi). Uang, jabatan, pangkat, dan berbagai kepemilikan dunia tidak ada artinya jika seseorang tak memiliki akhlak yang baik terhadap sesama.

Baca Juga :Islam Kaffah, Khilafah dan Akhlakul Karimah

Ketiga, hanya dengan memilki budi pekerti yang baik, Allah Swt akan meninggikan derajat kita, setara dengan mereka yang mencapai tingkatan tinggi karena ibadah yang berat. Nabi Saw bersabda, “Seorang Muslim yang baik dapat mencapai tingkatan mereka yang shawwam kawwam melalui akhlaknya yang baik” (HR. Al-Bukhari dan Muslim).

Betapa istimewanya akhlak yang baik. Ia (akhlak yang baik) bahkan bisa mengantarkan seorang muslim setara dengan orang-orang mencapai tingakatan tinggi, yang selalu berpuasa (shawwam) dan selalu bertahajud setiap malamnya (kawwam). Artinya, jelas Yasir, jika kita tak mampu meniru orang-orang yang sangat kuat puasanya dan shalat tahajudnya, ada cara mencapai tingkatan ibadah tersebut, yakni melalui akhlak yang baik. Hanya dengan memiliki budi pekerti yang baik, Allah Swt. akan meningkakan derajat kita, setara dengan mereka yang mencapai tingkatan tersebut melalui ibadah-ibadah yang berat.

Sampai di sini, kita semakin disadarkan betapa pentingnya akhlakul karimah pada sesama. Terlebih, di tengah masyarakat yang plural dan majemuk seperti Indonesia ini, budi pekerti atau akhlak mulia adalah hal mendasar yang mesti dimiliki setiap individu atau kelompok guna merajut ikatan persaudaraan dan persatuan yang kuat sebagai sebuah bangsa. Perbedaan suku, agama, ras, dan warna kulit tak akan menjadi soal ketika masing-masing menjunjung tinggi budi pekerti, adab, atau akhlak dengan sesama.

Akhlak terpuji akan selalu menuntun setiap orang untuk menghargai perbedaan, toleran, dan memandang orang lain dengan pendekatan kasih sayang. Sebaliknya, ketika seseorang tak punya akhlakul karimah, ia akan gampang membenci, menyalahkan, bahkan mencaci dan melakukan tindak kekerasan kepada orang lain. Ketika akhlak mulia semakin langka, yang muncul di masyarakat adalah perselisihan, kejahatan, dan kekerasan yang merajalela.

Perbaikan akhlak sebagai solusi

Kondisi akhlak setiap individu sangat menentukan kondisi suatu masyarakat. Maka, perbaikan akhlak bisa dikatakan menjadi solusi mendasar untuk mengatasi berbagai persoalan masyarakat atau bangsa. Perbaikan akhlak meliputi berbagai hal, baik akhlak dalam beribadah, bermasyarakat, maupun bernegara. Namun, semua itu diawali dari memperbaiki akhlak kita masing-masing sebagai individu.

Alih-alih mengarahkan telunjuk dan menyalahkan ideologi bangsa yang sudah disepakati bersama—seperti dilakukan kelompok radikal, mengatasi problem kebangsaan dan keumatan dengan pendekatan perbaikan akhlak ibarat gerakan reflektif berkaca melihat diri masing-masing dan bertanya: sejauh mana kita selama ini telah bersikap dan bertindak baik terhadap sesama? Sejauh mana kita mampu mendengar dan memahami orang lain yang berbeda? Sejauh mana kita mampu tetap berbuat baik, bahkan kepada orang yang memiliki kepentingan berbeda dengan kita?

Akhlak terpuji ibarat air yang mengalir jernih, yang akan bisa membawa siapa pun untuk selalu berpikir jernih, bersikap teduh, dan ramah terhadap siapa pun. Akhlak yang mulia mengalirkan energi kasih sayang dan persaudaraan kepada sesama, sehingga meruntuhkan sumbatan-sumbatan sosial yang selama ini memantik kebencian, pertengkaran, dan konflik di masyarakat. Dari sana, ikatan kasih sayang dan rajutan persaudaraan akan terjalin kuat, sehingga masyarakat yang berbeda-beda bisa saling bekerja sama, berkolaborasi, dan bahu-membahu memperbaiki kondisi bangsa.

Facebook Comments