Arus mudik menjelang Idul Fitri 2023 telah tiba. Kerinduan atas kampung halaman membuat perjalanan kita penuh makna. Apa-pun profesi kita di kota, pulang ke kampung halaman adalah kebahagiaan yang tidak ada duanya.
Membawa oleh-oleh pada saat mudik merupakan paket yang komplet. Sebab, oleh-oleh adalah simbol kegembiraan. Sebagaimana, ada oleh-oleh yang sangat berharga untuk kita bawa ke kampung halaman.
Oleh-oleh tersebut jauh lebih berarti dibanding uang atau makanan. Yaitu oleh-oleh toleransi. Mengapa oleh-oleh toleransi itu sangat berharga? Sebab, oleh-oleh toleransi akan membawa dampak maslahat, terhindar dari pertumpahan darah akibat sentimen/kebencian di tengah perbedaan.
Utamanya bagi mereka yang merantau ke kota untuk belajar di perguruan tinggi. Atau mereka yang sudah berprofesi menjadi guru/dosen. Oleh-oleh toleransi itu sangat penting untuk diberikan ke keluarga, kerabat, tetangga yang ada di Desa.
Oleh-oleh toleransi itu berupa cerminan sikap. Serta, pengetahuan tentang toleransi, pentingnya toleransi di masyarakat dan memberikan pemahaman teologis terkait kebenaran toleransi. Keluarga, kerabat dan tetangga sangat memerlukan oleh-oleh tersebut.
Sebab, toleransi di tengah perbedaan agama, perbedaan cara pandang atau perbedaan pilihan politik. Sering-kali diekspresikan dalam bentuk konflik, perpecahan, saling berkelahi dan tak pernah damai. Ini merupakan bukti bahwa kampung krisis oleh-oleh toleransi.
Seperti contoh kasus konflik akibat pemilihan kepala Desa yang berujung konflik berdarah. Ini merupakan satu fakta penting. Untuk kita yang sedang merantau ke kota untuk belajar dan telah menjadi guru/ustadz/dosen. Cobakah berikan oleh-oleh toleransi di kampung halaman itu.
Memang, oleh-oleh toleransi tak terlihat layaknya makanan atau-pun uang. Tetapi, oleh-oleh toleransi di waktu mudik sangat berarti bagi kemaslahatan masyarakat di kampung. Toleransi perlu dijadikan oleh-oleh pokok yang dibawa oleh para pemudik Idul fitri.
Hadirnya kita ke kampung halaman jangan membawa sesuatu yang bisa merusak tata-etika dan kemaslahatan masyarakat, serta keluarga. Meskipun perilaku kita di perantauan kurang baik. Maka, itu cukup berlaku kepada diri kita. Sedangkan di waktu kita kusik, tampakkan cerminan segala kebaikan dalam diri kita.
Sebab, kehadiran kita ke kampung halaman tentu akan jauh lebih mudah menjadi panutan/cerminan. Maka, jangan sekali-kali mencerminkan/memengaruhi yang tidak baik. Tampakkan cerminan yang baik dan berikan oleh-oleh toleransi itu agar mereka ikuti jejaknya.
Sebagaimana, mudik yang kita lakukan harus membawa sinar kemaslahatan bagi kampung kita. Yaitu dengan membawa oleh-oleh toleransi. Entah dengan rajutan pemahaman, nasihat-nasihat ringan atau-pun edukasi-edukasi reflektif tentang toleransi dan pentingnya.
Keberadaan kita di kampung selayaknya harus membawa manfaat bagi orang-orang sekitar. Termasuk membawa oleh-oleh toleransi pada saat mudik. Itu merupakan oleh-oleh yang sangat berharga dan akan membawa dampak manfaat bagi tatanan sosial.
Oleh-oleh toleransi tentu mengacu ke dalam bentuk-bentuk pengaruh dan doktrin pemahaman. Bagaimana orang-orang kampung tidak bisa main hakim sendiri dan mudah tersulut api provokasi melakukan aksi intoleransi. Tentu, memperbaiki SDM dengan oleh-oleh toleransi yang kita bawa saat mudik sangatlah penting.