Nurcholish Madjid (Cak Nur) adalah seorang intelektual muslim yang memiliki pengaruh besar dalam pemikiran Islam kontemporer di Indonesia. Dia dikenal sebagai pemikir yang kritis dan progresif, yang memadukan tradisi intelektual Islam dengan gagasan-gagasan modern. Salah satu kontribusi terbesarnya adalah dalam merumuskan hubungan antara Islam, kebangsaan, dan modernitas.
Pandangan Cak Nur tentang Islam sangatlah inklusif dan toleran. Baginya, Islam bukanlah agama yang kaku dan dogmatis, tetapi sebuah agama yang mengedepankan nilai-nilai kemanusiaan, perdamaian, dan keadilan. Dia menekankan pentingnya memahami pesan-pesan Islam secara kontekstual, sesuai dengan zaman dan tempatnya. Hal ini tercermin dalam gagasannya tentang konsep “Islam Yes, Islamicism No”, yang menolak penggunaan agama sebagai alat untuk mencapai kekuasaan politik atau menjustifikasi tindakan kekerasan.
Dalam konteks kebangsaan, Cak Nur memandang Indonesia sebagai sebuah negara yang pluralis, yang dihuni oleh beragam etnis, agama, dan budaya. Baginya, keberagaman merupakan kekayaan yang harus dijaga dan dirayakan. Namun, untuk mencapai keberhasilan sebagai bangsa, Cak Nur juga menekankan pentingnya memiliki kesatuan dan identitas nasional yang kokoh. Ia menolak pandangan sempit yang mengidentifikasi kebangsaan hanya berdasarkan satu aspek tertentu, seperti agama atau etnis, dan mengajukan gagasan bahwa kebangsaan Indonesia haruslah bersifat inklusif, mengakomodasi semua elemen masyarakat.
Dalam menavigasi hubungan antara Islam dan kebangsaan, Cak Nur mengusulkan konsep “Islam Indonesia” sebagai solusi yang inklusif dan harmonis. Baginya, Islam Indonesia adalah interpretasi Islam yang khas untuk konteks Indonesia, yang mengambil inspirasi dari nilai-nilai lokal dan tradisi-tradisi budaya yang ada. Ini bukanlah Islam yang terisolasi atau eksklusif, tetapi Islam yang terbuka dan bersahaja, yang mampu berdialog dengan nilai-nilai universal modernitas.
Dalam perspektif Cak Nur, Islam Indonesia haruslah menjadi kekuatan yang mempersatukan, bukan memecah belah, bangsa. Ini berarti menolak segala bentuk ekstremisme dan intoleransi, serta mempromosikan dialog antaragama dan antarbudaya sebagai cara untuk memperkuat solidaritas nasional. Cak Nur percaya bahwa dengan membangun pemahaman yang lebih baik tentang agama dan budaya masing-masing, masyarakat Indonesia dapat menciptakan fondasi yang lebih kuat untuk perdamaian dan kemajuan bersama.
Namun demikian, visi Cak Nur tentang Islam Indonesia bukanlah sekadar retorika kosong. Dia juga berusaha menerjemahkan gagasan-gagasannya ke dalam tindakan nyata, baik melalui keterlibatannya dalam aktivitas sosial maupun dalam pembangunan lembaga-lembaga pendidikan dan pemikiran. Salah satu contoh nyata dari kontribusi Cak Nur adalah pendirian Universitas Paramadina, sebuah lembaga pendidikan tinggi di Jakarta yang menekankan pendekatan interdisipliner dan inklusif dalam memahami agama, budaya, dan ilmu pengetahuan.
Sebagai seorang intelektual, Cak Nur juga aktif dalam menyebarkan gagasan-gagasannya melalui tulisan-tulisannya. Dia menulis banyak artikel, esai, dan buku yang membahas berbagai topik, mulai dari teologi Islam hingga politik dan kebangsaan. Karya-karyanya telah menjadi sumber inspirasi bagi banyak generasi pemikir muslim di Indonesia dan di seluruh dunia.
Meskipun Cak Nur kini telah tiada, namun warisannya tetap hidup dan relevan hingga saat ini. Pemikirannya tentang Islam, kebangsaan, dan modernitas terus menjadi bahan pembicaraan dan sumber inspirasi bagi banyak orang. Di tengah tantangan-tantangan kompleks yang dihadapi oleh masyarakat Indonesia saat ini, gagasan-gagasan Cak Nur dapat menjadi pedoman yang berharga dalam membangun negara yang inklusif, pluralis, dan beradab.