Menguatkan Literasi dan Kewaspadaan terhadap Jebakan Ideologis Konflik Global

Menguatkan Literasi dan Kewaspadaan terhadap Jebakan Ideologis Konflik Global

- in Narasi
2
0
Menguatkan Literasi dan Kewaspadaan terhadap Jebakan Ideologis Konflik Global

Dalam era digital yang semakin berkembang, informasi dapat tersebar dengan sangat cepat dan meluas. Di satu sisi, hal ini membuka peluang bagi masyarakat untuk lebih mudah mengakses pengetahuan dan pendidikan, namun di sisi lain, fenomena ini juga membawa tantangan besar terkait dengan penyebaran informasi yang salah, terutama dalam bentuk ujaran kebencian.

Isu geopolitik seperti konflik antara Israel dan Iran sering kali dimanfaatkan oleh kelompok intoleran dan radikal untuk menyebarkan narasi kebencian dan permusuhan. Negara Indonesia, yang menganut Ideologi Pancasila, literasi digital dan kewaspadaan terhadap ujaran kebencian sangat penting dalam menjaga keharmonisan sosial.

Konflik Israel-Iran, yang telah berlangsung selama beberapa dekade, memiliki dimensi politik, agama, dan ideologis yang sangat kompleks. Ketegangan antara kedua negara ini tidak hanya dipengaruhi oleh perbedaan ideologi politik, tetapi juga oleh klaim atas pengaruh wilayah dan sumber daya energi, terutama minyak dan gas alam.

Iran, yang mendukung kelompok-kelompok seperti Hamas dan Hizbullah, terus menantang eksistensi Israel, sementara Israel, dengan dukungan Amerika Serikat dan negara-negara Barat, berusaha mengatasi ancaman yang datang dari Iran dan kelompok sekutunya.

Eskalasi konflik seperti yang terjadi pada April 2024 setelah serangan bom terhadap gedung Konsuler Kedutaan Besar Iran di Damaskus, berpotensi menambah ketegangan tidak hanya di kawasan Timur Tengah, tetapi juga di tingkat global. Serangan balasan Iran ke Israel memperburuk situasi, memicu reaksi keras dari pihak-pihak yang terlibat.

Ketegangan dalam pertempuran Iran-Israel juga melibatkan isu nuklir, perang proksi, dan intervensi asing, membuka ruang bagi kelompok radikal untuk memanfaatkan situasi untuk mempropagandakan narasi kebencian. Melalui media sosial dan platform digital lainnya, kelompok-kelompok ini bisa dengan mudah merekrut simpatisan dan menyebarkan sentimen keagamaan yang dapat memperburuk polarisasi di kalangan umat beragama, terutama di negara-negara dengan populasi muslim dan Yahudi yang signifikan.

Literasi digital, yang mengacu pada kemampuan individu untuk mengakses, mengevaluasi, dan menggunakan informasi secara efektif di dunia digital, menjadi kunci dalam memerangi penyebaran ujaran kebencian. Di Indonesia, sebagai negara dengan populasi terbesar keempat di dunia dan mayoritas muslim, penyebaran informasi yang tidak terkendali dapat mengarah pada polarisasi yang lebih dalam. Literasi digital yang rendah dapat mempermudah penyebaran hoaks dan narasi kebencian yang mengancam kedamaian sosial.

Dalam penerapan Pancasila sebagai ideologi negara dapat menjadi pedoman dalam menanggulangi ujaran kebencian. Salah satu nilai penting dalam Pancasila adalah “Kemanusiaan yang Adil dan Beradab”, yang menuntut setiap warga negara untuk berperilaku dengan penuh penghormatan terhadap hak asasi manusia. Termasuk dalam bersikap terhadap kelompok minoritas dan keyakinan agama lain. Melalui literasi digital yang baik, masyarakat diharapkan dapat memilah informasi yang benar dari yang salah, serta menghindari terjebak dalam jebakan ideologis yang dapat memicu kebencian dan kekerasan.

Di dunia yang saling terhubung seperti sekarang, interdependensi antara negara dan masyarakat semakin kuat. Setiap tindakan atau keputusan di satu negara dapat mempengaruhi negara lain. Oleh karena itu, penyebaran kebencian yang berhubungan dengan konflik internasional, seperti yang terjadi antara Israel dan Iran, bukan hanya masalah negara-negara yang terlibat, tetapi juga menjadi masalah global yang memerlukan perhatian serius. Di Indonesia, penting untuk menjaga agar narasi-narasi kebencian ini tidak berkembang, terutama yang menyangkut sentimen agama.

Salah satu tantangan terbesar dalam menghadapi ujaran kebencian adalah kemampuannya untuk menyusup ke dalam wacana sosial dengan menggunakan simbol-simbol agama dan ideologi. Dalam kasus konflik Israel-Iran, narasi yang mengedepankan kepentingan agama sering kali digunakan untuk memobilisasi massa dan menggalang dukungan terhadap pihak tertentu. Hal ini sangat berbahaya karena dapat menjerat masyarakat dalam pola pikir yang sempit, memperburuk ketegangan antar agama, dan mengarah pada intoleransi.

Di Indonesia, Pancasila sebagai ideologi negara harus menjadi pedoman dalam menghadapi situasi ini. Pancasila mengajarkan pentingnya kerukunan antar umat beragama, penghormatan terhadap perbedaan, dan toleransi. Melalui pendidikan literasi digital yang baik, kita dapat membantu masyarakat untuk lebih kritis dalam menerima informasi, terutama yang berkaitan dengan isu-isu sensitif seperti konflik internasional dan sentimen agama. Pancasila memberikan dasar yang kuat untuk memilah antara kepedulian kemanusiaan dengan jebakan ideologis yang bisa merusak kerukunan nasional.

Selain itu, Indonesia yang terletak di Asia Tenggara juga berperan penting dalam menciptakan stabilitas kawasan. Indonesia, dengan mayoritas muslim, harus mampu untuk menjadi jembatan dalam mempertemukan berbagai kepentingan, baik dalam konteks internasional maupun domestik. Pendidikan literasi digital yang berbasis pada nilai-nilai Pancasila dapat memberikan masyarakat pemahaman yang lebih baik tentang pentingnya perdamaian dan menghindari konflik berbasis agama atau ideologi yang dapat merusak tatanan sosial dan politik di dalam negeri.

Literasi digital yang baik adalah kunci untuk menghadapi tantangan penyebaran ujaran kebencian dalam dunia yang semakin terhubung. Penting bagi masyarakat Indonesia untuk mampu memilah informasi yang benar dari yang salah terutama tentang konflik Iran-Israel dan untuk menjaga kewaspadaan terhadap narasi kebencian yang dapat memecah belah masyarakat.

Pancasila sebagai ideologi negara harus mampu menjadi pedoman dalam menjaga kebhinnekaan dan toleransi, serta dalam membedakan antara kepedulian kemanusiaan dan jebakan ideologis yang dapat merusak kerukunan antar umat beragama. Dengan literasi digital yang baik dan nilai-nilai Pancasila yang kokoh, Indonesia dapat menjadi negara yang mampu mengatasi ancaman ujaran kebencian yang timbul akibat isu geopolitik global.

Facebook Comments