”Wahai orang-orang yang beriman, apabila datang kepadamu orang fasik dengan membawa suatu berita,maka periksalah dengan teliti agar kalian tidak menimpakan musibah kepada suatu kaum karena suatu kebodohan, sehingga kalian menyesali perbuatan yang kalian lakukan”. (QS. Al-Hujarat [49]: 6)
Islam mewajibkan manusia untuk terus belajar apapun, yang dimulai dari ayunan hingga hembusan nafas terakhirnya. Kewajiban belajar ini tidak bisa ditawar lagi oleh manusia, pasalnya belajar merupakan kebutuhan utama umat manusia untuk menunjang kesejahteraan hidupnya. Belajar tidak lain adalah mencari dan mengumpulkan bermacam-macam informasi yang belum diketahuinya, baik itu informasi mengenai agama, politik, ekonomi, sosial, psikologi, antropologi, geografi maupun sosiologi.
Informasi mengenai hal-hal di atas bisa didapatkan oleh manusia melalui dua sumber, yaitu sumber primer dansumber skunder. Sumber primer merupakan pihak pertama yang memiliki informasi, baik itu manusia maupun benda. Sedangkan sumber informasi skunder merupakan pihak kedua, ketiga, keempat dan seterusnya yang memiliki informasi mengenai suatu hal.
Di zaman serba modern yang ditandai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi informasi, informasi-informasi yang berasal dari sumber primer semakin menyusut dan informasi yang berasal dari sumber skunder semakin berkembang. Sumber-sumber primer telah tertutup oleh banyaknya sumber informasi skunder yang beredar, bahkan sumber informasi primer kadang dianggap bukan informasi yang benar, karena informasi skunder terkadang dianggap lebih cocok.
Dari dua sumber informasi tersebut muncul dua jenis informasi, yaitu informasi yang benar dan informasi hoax atau dusta. Kedua jenis informasi ini telah banyak beredar di berbagai media online, yang sedikit banyaknya informasi hoax telah membuat manusia merasa terancam dan saling menghasut, bahkan saling bertindak kekerasan.Hal ini terjadi karena manusia tidak lagi intens dalam melakukan seleksi terhadap informasi apapun, sehingga manusia dengan rela menjadi konsumen media-media online yang cenderung mengarahkan ketindakan radikal.
Intens Menyeleksi
Berdasarkan surat Al-Hujarat di atas, manusia hidup di dunia ini diperintahkan untuk selalu meneliti, termasuk di dalamnya meneliti informasi-informasi yang datang kepadanya,baik itu informasi yang datang dari sumber primer maupun skunder. Manusia tidak boleh pasrah dan secara terbuka dalam menerima informasi apapun, karena hal tersebut bisa mengantarkan kepada hal-hal yang negatif.
Untuk menyeleksi informasi yang ada saat ini, maka manusia harus melakukan beberapa hal seperti yang dilakukan oleh ulama-ulama hadis pada zaman dulu. Manusia bisa memakai cara ini untuk menjadi orang cerdas dalam memilih informasi-informasi yang benar.
Pertama, seleksi informasi dilakukan dengan meneliti dulu biografi seseorang yang menyampaikan. Jika informasi yang didapatkan dari media online, maka manusia harus meneliti sejarah berdiri media tersebut yang meliputi, siapa yang mendirikan, apa alirannya, tujuan didirikan, relevan atau tidak dengan perdamaian di Indonesia.Standar seseorang yang menyampaikan informasi, yaitu harus menyambung dari sumber primer, orang yang menyampaikan harus siqat, sempurna daya ingatnya, dan adil.
Kedua, meneliti mengenai konten informasi yang disampaikan oleh seseorang secara langsung maupun media online. Informasi dari media online banyak yang menjadi sumber skunder, sehingga informasinya tidak terlalu valid, maka manusia perlu mengetahui lebih dalam langsung dari sumber primernya. Jika hal tersebut tidak lagi bisa dilakukan, manusia harus membandingkan dengan informasi lainnya. Informasi tersebut harus selaras dengan sumber-sumber lainnya yang terpercaya, dengan kata lain tidak bertentangan dengan informasi dari sumber yang terpercaya.
Ketiga, menyimpulkan dari seleksi yang telah dilakukan, lalu dibuat kategori-kategori yang mudah. Dalam tahap ini, media-media yang menyebarkan informasi terpercaya dan hoax akan mudah diidentifikasi dengan baik, sehingga umat manusia tidak menerima begitu saja informasi-informasi yang datang kepadanya.
Jika manusia aktif dalam menyeleksi seperti halnya ulama hadis zaman dulu, seperti yang dilakukan Imam Bukhari, Imam Muslim dan para perawi lainnya, maka penduduk Indonesia tidak akan mudah terbawa arus informasi yang menyesatkan dan tidak pula menebarkan informasi tersebut. Harapannya umat manusia terus selektif dalam mengambil informasi dan menebarkan informasi dari sumber terpercaya.