Merupakan suatu tindakan yang sangat mulia apabila kita dapat mengirimkan doa untuk sanak saudara yang sudah meninggal dunia. Doa yang dipanjatkan oleh anak dan keluarga dapat membantu memberi kebahagiaan pada mereka yang telah mendahului kita.
Dalam sebuah kisah klasik diceritakan tentang seorang pemuda bernama Ubay bin Tzabit, ia adalah seorang pemuda sholeh yang rajin melakukan ziarah ke makam dan memanjatkan doa kepada Allah untuk seluruh arwah manusia yang telah meninggal. Suatu hari, Ubay tertidur dan bermimpi. Dalam mimpinya, ia menyaksikan seluruh penghuni kubur bangkit dengan menggunakan pakaian yang bagus dan sangat indah. Wajah mereka pun cerah, seolah-olah sedang ada pesta dan banyak makanan yang disajikan di sana.
Di sana dia melihat sesosok pria tua yang pakaiannya kumal, rambutnya tidak tertata rapi, dan wajahnya tidak menyiratkan perasaan bahagia sama sekali. Didorong oleh rasa penasaran yang tinggi, Ubay memutuskan untuk mendekati laki-laki malang tersebut. Si laki-laki langsung menangis ketika ia tahu ada pemuda yang tak dikenalnya berjalan mendekat.
“Mengapa kau besedih dan tidak bergembira seperti penduduk lainnya?” sapa Ubay. Si laki-laki yang ditanya masih tertunduk, tidak menjawab. Ubay bertanya lagi,
“Mengapa air matamu tidak berhenti mengalir dan pakaianmu tidak seindah mereka, bahkan kau tidak mendapatkan jatah makanan seperti mereka. Ada apa gerangan denganmu pak tua?” tanya Ubay tiada henti karena penasaran.
“Aku adalah orang yang terasing. Tidak ada yang mengingatku dengan doa,” jawab lelaki tua itu. Ia mengatakan, semua sahabatnya yang ‘tinggal’ di alam kubur memiliki anak dan keluarga yang senantiasa mendoakan mereka sepanjang waktu. Mereka juga membayarkan utang yang dimiliki saat masih hidup dan bersedekah dengan ikhlas.
“Apa yang dilakukan oleh anak dan keluarganya adalah amal baik, yang akhirnya memberikan kebahagiaan pada mereka yang telah mati,” kata lelaki tua itu.
“Lalu bagaimana denganmu?” tanya Ubay.
“Sebenarnya aku memiliki anak dan istri. Namun, mereka telah melupakanku karena kesibukan mereka. Mereka lupa berdoa untukku, dan memberi sedekah untuk kebahagiaanku. Bahkan, utangku pun dibiarkan begitu saja. Harta kekayaan yang kutinggalkan berlimpah, tetapi mereka justru menjadi silau harta. Aku sungguh sangat sedih, “ Jelas lelaki tua tesebut.
“Di mana keluargamu berada?” tanya Ubay lagi. Lelaki itu menyebutkan sebuah tempat keluarganya tinggal. Ia juga menyebutkan ciri-ciri keluarganya.
“Jika mereka tidak percaya kepadamu, katakan pada mereka, di salah satu sudut rumahku ada sebuah peti yang berisi catatan utangku dan uang yang kusiapkan untuk membayarnya, sebagian untuk kusedekahkan,” ujar pak tua itu.
Tidak lama kemudian, Ubay tebangun dari tidurnya, namun mimpi yang baru saja ia alami masih jelas teringat di kepalanya. Tidak mau membuang waktu lagi, Ubay kemudian pergi mencari alamat yang telah disebutkan oleh lelaki tua itu. Setelah beberapa saat mencari, Ubay pun menemukan alamat rumah yang dicari.
Namun, keluarga yang ia temui tidak mempercayai mimpi yang ia sampaikan.
“Wahai pemuda, apakah kau sudah gila?” kata istri lelaki tua itu.
“Jika kau masih tidak percaya, tolong carikan peti yang berisi catatan utang dan uang yang ada di salah satu sudut rumah ini,” kata Ubay sebagaimana ia diminta oleh lelaki tua yang ia jumpai dalam mimpi.
Untuk membuktikan ucapan tamunya, keluarga lelaki tua itu mencari dan menggali setiap sudut rumah. Mereka kemudian menemukan peti yang dimaksud. Mereka menangis ketika membukanya dan menemukan sebuah surat.
Surat itu lamat-lamat mereka baca.
“Wahai keluargaku, aku menyadari harta akan membutakan kalian. Itu sebabnya aku menyimpan catatan dan uang yang jika sewaktu-waktu perkiraanku benar bahwa kalian tidak membayar utangku semasa hidup. Kalian tidak perlu mengeluarkan sepeser harta dari apa yang telah kutinggalkan. Walaupun kalian tahu berapa jumlah utangku, kutinggalkan catatan dan uang pembayaran utang. Tolong lunasi utangku pada yang berhak menerimanya. Adapun sisa uangnya, sedekahkanlah. Aku akan bahagia jika kalian melakukan semua ini.”
Keluarga itu lantas menjadi sadar. Semua utang lelaki tua itu segera dilunasi, sisanya disedekahkan sesuai amanah lelaki tua itu. Tidak berhenti di situ, mereka kini sadar dan memberikan sebagian dari hartanya untuk diwakafkan ke masjid.
Sejak kejadian itu, keluarga lelaki tua itu tidak pernah lupa mendoakannya. Mereka juga selalu beramal baik.
Tidak lama setelah kejadian itu, setelah ia selesai melakukan ziarah kubur dan memanjatkan doa untuk orang-orang yang sudah meninggal, Ubay tertidur dan kembali bermimpi. Lelaki tua yang pernah datang di mimpinya tempo hari dengan bersimbah air mata dan pakaian yang kumuh, kini datang dengan wajah berseri-seri dan pakaian yang bagus lagi bersinar. Ia pun berujar kepada Ubay, “Wahai pemuda saleh, semoga Allah membalas semua kebaikanmu.”
Disadur dengan penyesuaian.