Dunia digital kini menjadi kehidupan kedua selain kehidupan nyata. Bahkan bisa dikatakan banyak orang menghabiskan waktunya menggunakan sosial media dalam berinteraksi dengan teman maupun dunia kerja. Hampir banyak sisi kehidupan saat ini berpindah dalam dunia digital, bisnis, industry, perdagangan, politik, dan lain sebagainya.
Interaksi yang tidak terbatas di dunia maya juga mengandung efek negatif. Bisa jadi ada akun palsu atau bahkan mengatasnamakan oknum tertentu untuk perbuatan yang tidak baik. Bahkan segala akses di jagad dunia maya sangat bebas, orang bisa mengakses apapun dan merubah apapun sesuai keinginannya.
Akes yang serba bebas di dunia kaya mesti diikuti dengan kualitas moral yang baik. Tempat paling baik hari ini membentuk mental dan moralias adalah dunia pendidikan. Pendidikan menjadi sarana kunci membentuk karakter-karakter yang bermoral. Lewat lembaga pendidikan seseorang dididik untuk menghargai orang lain.
Dalam dunia digital juga demikian, meskipun satu orang dengan lainnya berjarak, didekatkan dengan sosial media, maka disana penting untuk beretika secara baik. Proses interaksinya memang berbeda, akses di dunia tidak sama dengan dunia nyata. Namun menjaga diri dan menghargai orang lain juga sebuah keniscayaan.
Sesama netizen harus mengunggulkan etika dalam dunia maya. Jangan jadikan dunia maya sebagai arena tanding yang merugikan banyak pihak. Dalam perspektif agama, jika orang mencela dan melakukan fitnah itu dosa besar. Bahkan fitnah itu lebih kejam daripada pembunuhan. Lalu, bagaimana jika fitnah (hoax) merugikan banyak orang sebagaimana di dunia maya.
Fitnah di dunia maya itu merugikan banyak orang. Budaya “klik” dan “share” masih ada di mana-mana tanpa penyaringan informasi. Jika informasi itu keliru, kemudian asal-asalah saja orang menganggap benar kemudian Viral di berbagai media, apa yang akan terjadi? Apabila informasi itu bersifat kriminal, menggerakkan orang berbuat anarkis, itu dosa yang berlipat-lipat.
Foto hoax atas suatu peristiwa saja itu efeknya domino di dunia maya. Dengan sangat mudah netizen “share” informasi kepada ratusan pertemanan, kemudian diteruskan kepada netizen lainnya. Hoax atas sesuatu yang benar, sebagaimana informasi tentang komunisme, itu bisa membuat gaduh jagad dunia maya dan juga dunia nyata.
Maka, sesama netizen juga harus saling mendidik. Bolehkan sesama netizen juga saling belajar dan mengingatkan. Ini yang luput dari penggunaan dunia maya saat ini. dunia maya adalah sarana untuk belajar banyak hal, berinteraksi dengan banyak orang, akses kepada dunia luar yang tak terhingga, sehingga setiap orang dapat berkunjung ke berbagai belahan dunia dengan biaya yang murah.
Kecerdasan itu penting, menjadi netizen mesti cerdas. Jangan saling mengumpat sehingga merugikan. Jika tujuan dunia maya menjadi wahana saling belajar dan mendidik, maka sosial media salah satunya akan positif penggunaannya. Apalagi diikuti dengan kualitas moral dan pemahaman yang memadai dalam pemanfaatan teknologi.
Berbuat sesuatu di dunia maya itu bisa dengan hal-hal yang sederhana. Coba buat konten gambar kreatif, berisi ajakan berbuat baik, contoh jangan buang sampah sembarangan, taati lampu lalu lintas, hormati marka pejalan kaki, dan seterusnya. konten video kreatif juga sangat mudah dibuat, dengan durasi 1 sampai 5 menit, berisi narasi positif tentang kebangsaan, pentingnya pertemanan, persaudaraan, pentingnya pendidikan karakter, dan seterusnya.
Ada banyak sekali hal sederhana, narasi sederhana namun positif. Saya mengajak anak-anak muda untuk melakukan hal-hal kreatif, sederhana saja tapi bermanfaat untuk banyak orang. cukuplah jangan hujani sosial media dengan hujatan dan hoax. Mari kita sesama netizen saling menjaga dan mengingatkan. Ayo kita giatkan mengisi sosial media dengan konten kreatif, sederhana, unik, menarik, dan itu bermanfaat untuk banyak orang.