Batik sebagai Media Dakwah

Batik sebagai Media Dakwah

- in Narasi
398
0
Batik sebagai Media Dakwah

Sejarah hari ini tanggal 2 Oktober merupakanHari Batik Nasional yang mulai diperingati sejak tahun 2009. Peringatan ini bermula setelah Indonesia berhasil memperoleh pengakuan dunia dari UNESCO. Batik telah menjadi kebanggaan serta warisan yang menjadi identitas masyarakat nusantara sejak dulu.

Berbicara Batik sebenarnya tidak hanya melulu berbicara warisan nusantara sejak zaman Majapahit. Namun, ada proses yang bersamaan antara batik dengan penyebaran Islam. Tercatat kerajaan-kerajaan Islam di Nusantara juga terus mengembangkan dan melestarikan Batik sebagai bagian dari identitas nusantara.

Di zaman Walisongo, warisan Batik tetap dilestarikan bahkan menjadi media dakwah. Para Wali tidak membuang warisan ini tetapi mengubah corak dan motif untuk menghindari penggambaran unsur binatang atau manusia. Jadi motif-motif itu dilukiskan secara tidak utuh dalam motif batik.

Tidak mengherankan, jika Walisongo juga menjadi pencetus motif-motif batik yang mewarnai kekayaan batik nasional hingga saat ini. Sunan Kalijaga misalnya dikenal sebagai pencetus surjan lurik yang ditunjukkan dengan motif garis vertikal. Bati Drajat merupakan peninggalan kebijaksanaan pengajaran Sunan Drajat. Ada pula motif batik Mahkota Giri yang melambangkan lima rukun Islam. Dan masih banyak sunan lainnya yang menjadikan batik bukan hanya warisan tetapi media dakwah.

Dakwah Bukan Memberangus Tradisi, Tetapi Mengisi

Lalu, pertanyaannya apakah model dakwah para Sunan Walisongo dengan melestarikan tradisi ini baik mengubah dan merekonstruksi bentuk sejalan dengan nafas Islam? Ternyata model dakwah ini juga sama diterapkan Rasulullah ketika berhadapan dengan budaya dan warisan Arab. Rasulullah mendakwahkan Islam bukan membuang tradisi yang ada tetapi memberikan nafas Islam dalam tradisi dan budaya.

Dakwah dalam konteks inilah sebenarnya harus dipahami bukan membuang tradisi sejauh tidak bertentangan dengan syariat, tetapi mengisi tradisi dengan makna yang islami. Jadi proses mengislamkan bukan sebagai proses islamisasi, tetapi internalisasi nilai Islam dalam tradisi.

Jika dilihat sebenarnya cara dakwah Nabi yang berhadapan dengan tradisi ada tiga pola. Pertama, pendekatan tahmil, artinya Islam datang dengan menerima dan menyempurnakan tradisi yang sudah ada di masyarakat jahiliyah. Corak seperti ini misalnya terlihat dalam penghormatan Islam terhadap bulan-bulan yang diharamkan pertumpahan darah yang sudah ada di zaman Arab pra Islam.

Kedua, pendekatan taghyir, artinya Islam menerima tetapi merekonstruksi tradisi dengan nilai yang Islami. Dalam prakteknya, tradisi Arab pra Islam masih dilanjutkan tetapi diisi dengan nilai baru. Contoh ini misalnya dilihat dari proses haji yang tetap melaksanakan thawaf dan sai tetapi rubah maknanya bukan menyembah Latta dan Uzaa, tetapi ditujukan untuk mengangungkan Allah.

Ketiga, pendekatan tahrim, artinya Islam menghapus tradisi dan kebiasaan yang ada yang jelas bertentangan dengan ajaran Islam. Namun, perlu diingat bahwa dalam proses penghapusan inilah Rasulullah sangat hati-hati agar tidak menimbulkan resistensi yang kuat. Misalnya pengharaman khamar yang dilakukan secara bertahap. Islam juga ingin menghapus perbudakan yang dilakukan secara bertahap dengan cara menjadikan membebaskan budak sebagai bagian dari sangsi ibadah.

Jika kita lihat pendekatan dakwah Rasulullah yang berhadapan dengan tradisi masyarakat pra Islam, memiliki kesamaan dengan cara dakwah Walisongo di nusantara. Dakwah kearifan lokal itulah yang diteladani para Wali dalam menyebarakan Islam di nusantara. Walisongo banyak menggunakan pendekatan taghyir dalam berdakwah, tetapi juga tegas menggunakan tahrim dengan model dakwah yang santun dan ramah.

Wal hasil, batik sebagai warisan budaya nasional ini sebenarnya merupakan warisan budaya nusantara dan internalisasi Islam oleh para Walisongo yang harus terus dilestarikan. Batik bukan hanya sebagai kebanggaan, tetapi media dakwah nilai-nilai Islam yang santun dan ramah.

Selamat Hari Batik Nasional

Facebook Comments