Salah satu program perioritas kementerian agama sejak tahun 2019 adalah mensyiarkan paham moderasi beragama karena melihat urgensitas dan pluralitas bangsa Indonesia yang selalu di rongrong oleh paham radikal agar bangsa Indonesia terpecah belah.
Moderasi agama dalam al-Qur’an berasal dari kata al-wasatha bermakna ditengah-tengah, tidak ektrem, tidak radikal. Moderat berarti mengedepankan keseimbangan, hal keyakinan, moral, dan watak, baik ketika memperlakukan orang lain sebagai individu, maupun ketika berhadapan dengan institusi negara (Kementerian Agama RI, 2019:15). Maka moderasi beragama berarti seimbang dalam beragama, berada ditengah-tengah, tidak tertutup (esklusif) dan terbuka dengan perubahan.
Ditengah keberagaman bangsa Indonesia, mengakui adanya agama lain selain agama yang diyakini merupakan salah satu cara agar kita dapat hidup berdampingan dengan orang lain. Hidup bersama dalam perbedaan tanpah harus merasa terganggu dengan adanya agama lain disekitar kita.
Terdapat tiga alasan utama mengapa moderasi beragama itu penting (Kementian Agama RI, 2019: 9-10) pertama; agama lahir sebagai jalan keselamatan umat manusia baik di dunia maupun di akhirat. Untuk itu, ajaran agama selalu mengajarkan kepada pengikutnya untuk bersikap seimbang (Tawasuth), adil (Taa’adul), tidak esktrim, dan tidak radikal. Karena sesungguhnya tidak ada satu agamapun di dunia ini menyuruh untuk membunuh orang lain tanpa alasan yang jelas, tidak ada satu agamapun di dunia yang menyuruh pengikutnya membuat kerusakan, apalagi sampai melakukan bom bunuh diri.
Kedua, pertumbuhan manusia dari tahun ke tahun semakin meningkat, bersuku-suku, berbangsa-bangsa, menyebar diberbagai belahan dunia, dan membentu kelompok-kelompok. Begitu pula dengan agama, menyebar sesuai dengan keadaan dan kondisi sosial yang ada.
Karya-karya ulama semakin meningkat dan multafsir sesuai dengan kebutuhan untuk manusia, maka tidak jarang gesekan terjadi antar pengikutnya, bahkan antara pengikut dengan pengikut lainnya saling mengkafirkan, truth claim, dan saling fitnah. Maka moderasi beragama sebagai jalan tengah sangat penting agar perabadan umat manusia tidak musnah akibat konflik atas nama agama dan kepercayaan.
Ketiga, bangsa Indonesia terdiri dari enam agama dan kepercayaan, 633 suku besar, bahasa daerah, dan pulau. Keberagama bangsa Indonesia serat dengan konflik jika tidak kelola dan dijaga dengan baik. Maka kehancuran dapat melanda bangsa indonesia. moderasi beragama sebagai strategi kebudayaan dalam merawat keindonesiaan.
Untuk menjembantani ketiga alasan tersebut diperlukan peran orang tua agar dapat mendidik anak-anaknya memiliki paham moderasi beragama sejak dini sehingga anak-anak tersebut tidak terkejut dengan keadaan zaman dan tidak merasa risii dengan keberagaam agama lain disikitarnya. Moderasi beragama dapat diajarkan di rumah dengan saling menghargai perbedaan keinginan antar keluarga, memupuk sifat-sifat toleransi, persaudaraan seagama, persaudaraan sebangsa dan setanah air.
Kerana apabila seorang anak dibesarkan kondisi keluarga radikal, maka seorang anak dapat bertindak radikal, begitu juga sebaliknya. Seorang anak yang dibesarkan dalam kondisi damai, aman dan toleran, maka akan menjadi generasi yang baik serta mendamaikan bagi dirinya sendiri dan orang lain. Sebagaimana ungkapan Imam al-Ghazali yang dikutip oleh Basya (2009:15) menyatakan bawah seorang anak dapat berbuat tidak jujur, suka berbohong, dan lancing karena diabaikan dan tidak didik oleh orang tuanya dan kenakalan seorang anak dapat dicegah apabila mereka diperlakukan dan didik dengan baik dan penuh kasih sayang. Dengan demikian, orang tuga memiliki peran sentral dalam mendidik anak-anaknya menjadi yang baik, mendamaikan dan penuh kasih saying.
Insiden boom bunuh diri yang dilakukan oleh Dita dan seluruh keluarganya di Surabaya tahun 2018 silam merupakan bukti kongkrit bahwa seorang anak dapat melakukan boom bunuh diri hanya karena salah didikan dari orang tua. Bahkan satu keluarga menjadi pelaku bom bunuh diri untuk menghacurkan tiga gereja dalam waktu bersamaan. Hal ini menandakan bahwa keluaga berperan penting dalam pembentukan mental anak-anaknya.
Selain itu, guru memiliki peran penting dalam menanamkan moderasi beragama sejak dini. Dengan pengetahuan yang diberikan oleh guru di dalam kelas dapat termanivestasi dalam diri peserta didik sehingga peserta didiki memiliki pemahaman yang inklusif tentang agama, saling mengahargai dan menghormati agama lain, saling tolong menolong dalam kebaikan tanpa melihat status sosial, agama maupun kepercayaan orang lain. Karena sesungguhnya kebaikan itu dimiliki oleh setiap agama yang lahir di dunia ini.
Oleh sebab itu, moderasi beragama ini harus menjadi periotas bagi orang tua dan guru agar menjadi bekal bagi anak untuk mengarungi kehidupan di masa depan. Tentu saja anak hidup sesuai dengan zamanya oleh karena itu, mengajari anak paham agama yang kuat, paham moderasi beragama merupakan kebutuhan dimasa depan.