Jika kita amati, budaya Samin tampaknya memiliki porsi yang sangat strategis dalam menangkal ideologi trans-nasional. Tertuang dalam prinsip “sedulur sikep” yang mengikat. Berorientasi ke dalam dimensi etis akan (cinta tanah air). Sebagaimana dalam sejarahnya, masyarakat Samin pernah berjuang melakukan penolakan dan perlawanan terhadap segala kebijakan di era Belanda mau-pun Jepang. Karena keteguhan budaya mereka yang sangat anti terhadap segala bentuk kolonialisme, atau-pun hegemoni ideologis dari luar.
Sehingga, prinsip budaya Samin yang semacam inilah sebetulnya perlu kita perkuat kembali Kenapa? Karena kita saat ini sedang “dijajah” oleh berbagai ideologi dari luar yang bertolak-belakang dengan misi “sedulur sikep” tadi. Layaknya paham radikalisme-terorisme yang sengaja ingin merusak dan menghancurkan NKRI ini.
Oleh karena itulah, gerakan Saminisme yang berkonsentrasi pada prinsip untuk menolak segala ideologi dari luar sangat penting untuk kita tumbuhkan. Mengapa? karena, ideologi trans-nasional jika dibiarkan masuk ke negeri ini, maka sama saja kita membiarkan penjajahan di tengah kemerdekaan bangsa ini terus terjadi. Pun, yang namanya dari luar, pasti ada inisiatif tersendiri untuk menghancurkan dan menggantikan apa yang ada di dalam itu sendiri.
Maka, titik strategis-nya budaya Samin dalam dimensi “sedulur sikep” ini adalah menolak segala pemahaman yang memecah-belah persatuan bangsa. Karena, persatuan dan kebersamaan bagi budaya Samin, menjadi inti dari (menjaga alam) agar tidak rusak karena konflik manusia itu sendiri. Hal ini megacu ke dalam sikap-sikap perlawanan atas dasar membela dan mempertahankan yang ada serta meneguhkan sesuatu yang telah terbangun rapi.
Bahkan dalam segi agama, masyarakat Samin begitu sangat terbuka dan tidak menegasi keberadaan agama lain. Tidak ada istilah masyarakat Samin sentiment, melakukan ujaran kebencian dan apalagi melakukan tindakan kekerasan atas dasar keyakinan tertentu. Karena pada prinsipnya, masyarakat Samin memiliki cara pandang yang reflektif bahwa setiap agama itu memiliki tabiat baik dan mengajarkan kebaikan bagi manusia.
Bahkan, prinsip budaya Samin yang semacam ini jika kita korelasi-kan dengan prinsip dalam ajaran Islam tampaknya menjadi sangat (klop) dan sangat (cocok) serta sangat (sesuai). Karena, Islam melarang mencaci, menghakimi dan bahkan membunuh orang atas dasar agama. Karena pada prinsipnya, Islam memberi jalan tengah (kebebasan) ke siapa-pun untuk memeluk agama apa dan seperti apa.
Jadi, semua prinsip kebudayaan masyarakat Samin yang tertuang dalam “sedulur sikep” tampaknya meniscayakan 3 prinsip penting yang sangat relevan untuk kita bangun dengan baik. Pertama, menolak segala ideologi atau pemahaman dari luar yang berpotensi merusak dan akan menghancurkan ideologi sendiri. Kedua, meniscayakan kesadaran untuk (mencintai tanah air) dengan membentuk semacam ekspresi kepedulian terhadap lingkungannya baik secara sosial mau-pun secara spiritual. Ketiga, meniscayakan kesadaran untuk terbuka dan tidak menegasi ajaran agama yang lain.
Sehingga, dengan mengoptimalkan prinsip hidup ala kebudayaan Samin inilah, niscaya kita akan benar-benar terhindar dari ideologi trans-nasional. Sebagaimana pada prinsipnya, budaya Samin anti terhadap penjajahan dan anti terhadap hegemoni ideologi dari luar. Hal ini perlu kita hidupkan sebagai (benteng) bagi kita untuk anti dan kebal dari segala ideologi trans-nasional. Dengan terus memperkuat kearifan lokal yang menjadi ideologi-nasional kita yang terus mengajak kita untuk tetap bersatu, bersaudara dan mempertahankan NKRI.