Menanamkan Prinsip Moderat di Tengah Keluarga

Menanamkan Prinsip Moderat di Tengah Keluarga

- in Narasi
355
0
Islam adalah agama yang moderat. Dalam Al-qur’an Surat Ali Imran ayat 19 Allah Swt. Berfirman: إِنَّ ٱلدِّينَ عِندَ ٱللَّهِ ٱلْإِسْلَٰمُ ۗ وَمَا ٱخْتَلَفَ ٱلَّذِينَ أُوتُوا۟ ٱلْكِتَٰبَ إِلَّا مِنۢ بَعْدِ مَا جَآءَهُمُ ٱلْعِلْمُ بَغْيًۢا بَيْنَهُمْ ۗ وَمَن يَكْفُرْ بِـَٔايَٰتِ ٱللَّهِ فَإِنَّ ٱللَّهَ سَرِيعُ ٱلْحِسَابِ “Sesungguhnya agama (yang diridhai) disisi Allah hanyalah Islam. Tiada berselisih orang-orang yang telah diberi Al Kitab kecuali sesudah datang pengetahuan kepada mereka, karena kedengkian (yang ada) di antara mereka. Barangsiapa yang kafir terhadap ayat-ayat Allah maka sesungguhnya Allah sangat cepat hisab-Nya.” Agama yang moderat yakni ajaran yang menghindari ekstrimisme, berprinsip pada keadilan dan kebaikan terhadap seluruh makhluq Allah Swt. dengan tetap berpegang teguh pada norma dan nilai ketauhidan. Jadi, agama islam adalah agama yang tidak terlalu longgar namun juga tidak terlalu ketat. Islam adalah agama yang luwes mengisi tiap relung kehidupan masyarakat sebagai bentuk hubungan baik antara hamba dengan Allah Swt (hablumminallah). Implementasi moderasi beragama tidak bisa dilakukan serta merta. Diperlukan kerjasama antara masyarakat khususnya dari lingkup yang paling kecil yakni keluarga. Terlebih di era sekarang dimana indoktrinasi paham takfiri maupun liberalisasi telah meretas melalui berbagai bentuk media. Generasi islam dihadapkan pada gelombang tsunami informasi yang tidak semuanya valid. Kebanyakan adalah kabar bohong (hoaks) yang bertujuan untuk menciptakan ketakutan, kebencian dan kecurigaan terhadap satu sama lain. Oleh karenanya, keluarga menjadi sekolah pertama dan utama bagi seorang anak untuk mendapatkan pendidikan dan pengasuhan yang sehat, yakni pola asuh yang membantunya tumbuh menjadi generasi islam moderat. Keluarga adalah lingkungan pertama yang dikenali semenjak seorang bayi dilahirkan ke dunia. Baik atau buruk seorang anak yang bertumbuh dipengaruhi oleh bagaimana pola asuh yang dia dapatkan dari keluarganya. Keluarga yang menerapkan prinsip moderasi beragama akan melahirkan generasi yang moderat dalam berpikir, bertutut dan bersikap. Terkait signifikannya pengaruh keluarga dalam tumbuh kembang anak, Rasulullah saw bersabda dalam salah satu haditsnya yang masyhur sebagaimana diriwayatkan oleh Imam Muslim: حَدَّثَنَا حَاجِبُ بْنُ الْوَلِيدِ حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ حَرْبٍ عَنْ الزُّبَيْدِيِّ عَنْ الزُّهْرِيِّ أَخْبَرَنِي سَعِيدُ بْنُ الْمُسَيَّبِ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ أَنَّهُ كَانَ يَقُولُ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَا مِنْ مَوْلُودٍ إِلَّا يُولَدُ عَلَى الْفِطْرَةِ فَأَبَوَاهُ يُهَوِّدَانِهِ وَيُنَصِّرَانِهِ وَيُمَجِّسَانِهِ كَمَا تُنْتَجُ الْبَهِيمَةُ بَهِيمَةً جَمْعَاءَ هَلْ تُحِسُّونَ فِيهَا مِنْ جَدْعَاءَ ثُمَّ يَقُولُا أَبُو هُرَيْرَةَ وَاقْرَءُوا إِنْ شِئْتُمْ { فِطْرَةَ اللَّهِ الَّتِي فَطَرَ النَّاسَ عَلَيْهَا لَا تَبْدِيلَ لِخَلْقِ اللَّهِ } الْآيَةَ Artinya: Telah menceritakan kepada kami Hajib bin Al Walid telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Harb dari Az Zubaidi dari Az Zuhri telah mengabarkan kepadaku Sa'id bin Al Musayyab dari Abu Hurairah, dia berkata; "Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam telah bersabda: 'Seorang bayi tidak dilahirkan (ke dunia ini) melainkan ia berada dalam kesucian (fitrah). Kemudian kedua orang tuanyalah yang akan membuatnya menjadi Yahudi, Nasrani, ataupun Majusi -sebagaimana hewan yang dilahirkan dalam keadaan selamat tanpa cacat. Maka, apakah kalian merasakan adanya cacat? ' Lalu Abu Hurairah berkata; 'Apabila kalian mau, maka bacalah firman Allah yang berbunyi: '…tetaplah atas fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrahnya itu. Tidak ada perubahan atas fitrah Allah.' (QS. Ar Ruum (30): 30) (HR. Imam Muslim No. 4803). Hadits diatas menjelaskan bahwa pola asuh dari ayah dan ibu sangat menentukan pola perkembangan anak hingga mencapai tingkat dewasa. Anak adalah peniru dan penyerap atmosfer yang ulung. Anak akan dengan mudah mengikuti dan meneladani apa yang dilakukan oleh ayah dan ibunya. Oleh karena itu, dalam membesarkan anak, orang tua baik ayah maupun ibu hendaknya selalu menyadari perkataan, perbuatan maupun sifat yang muncul dari dalam dirinya. Baik atau buruk anak adalah cerminan dari baik dan buruknya orang tua. Tugas mendidik dan membesarkan jasmani dan rohani anak dalam satu keluarga tidak terbebankan hanya pada pundak ibu. Meskipun dalam praktiknya, dalam potret sebagian besar keluarga di Indonesia, ibu adalah orang tua yang paling banyak menghabiskan waktu bersama anak. Namun sejatinya, tugas mendidik dan merawat anak adalah tugas bersama. Diperlukan kerjasama yang harmonis antara ayah dan ibu dalam menjalankan fungsi pendidikan ini. Ayah dan Ibu yang sama sama aktif dalam mengambil peran pendidikan dan pengasuhan dalam keluarga berpotensi sukses membesarkan anak anak dengan pola pikir islam moderat. Keharmonisan terjadi apabila sebuah keluarga menjalankan peran yang dinamis. Keluarga yang dinamis memiliki visi yang adil terkait kesetaraan hak dan kewajiban bagi setiap anggotanya, peranan dan kesempatan yang sama yang dilandasi oleh sikap dan prilaku saling menghormati, saling menghargai, saling membantu, saling mengisi dalam berbagai aktivitas. Kemitraan antar ayah dan ibu sama sekali tidak dilandasi oleh keinginan untuk menciptakan persaingan sehingga tidak menimbulkan sifat otoriter oleh salah satu pihak. Terjadi keselarasan, keseimbangan, saling menghormati, mengharagi, membantu dan saling berempati. Pola relasi semacam ini akan mendatangkan ketenangan, ketentraman dan kedamaian dalam keluarga sehingga visi tercipta dinamika keluarga yang sesuai dengan prinsip islam moderat, yakni keluarga yang sakinah mawaddah warrohmah. Prinsip keadilan dalam keluarga hingga tertanam nilai moderasi islam dapat tercapai jika suatu keluarga memahami bahwa islam adalah agama yang menjunjung tinggi nilai keadilan. Oleh karena itu, dalam meujudkan keluarga yang moderat, terlebih dahulu ayah dan ibu sebagai pimpinan dalam keluarga menerapkan pola pikir, pola komunikasi dan pola tindakan yang berwawasan islam moderat. Karakteristik keluarga islam moderat adalah keluarga yang menjalin relasi kesalingan dan berkeadilan sebagai bentuk taqwa pada Allah Swt. Keluarga islam moderat juga menerapkan pola asuh demokratis, yaitu pola asuh yang menerapkan disiplin kepada anak anak dengan tetap menghargai kebebasan pada ranah yang disepakati. Pola asuh demokratis mengutamakan pendekatan membimbing untuk membangun pengertian antara orang tua dan anak. Insya Allah dengan menerapkan prinsip keadilan, relasi kesalingan dan pola asuh demokratis dalam keluarga, akan tercipta hubungan yang harmonis yang menjadikan keluarga kita sebagai keluarga yang moderat, sakinah mawaddah warrohmah. Ini merupakan upaya kita untuk menjadi ummatan wasathan, ummat pilihan yang senantiasa meneladani akhlaqul karimah Nabi Muhammad saw. Sebaik baiknya ummat Nabi Muhammad adalah yang paling baik terhadap keluarganya, sebagaimana hadits Nabi: “khiyaarukum khiyaarukum li ahlih” (Yang paling baik di antara kalian adalah yang paling baik terhadap keluarganya).

Islam adalah agama yang moderat. Dalam Al-qur’an Surat Ali Imran ayat 19 Allah Swt. Berfirman:

إِنَّ ٱلدِّينَ عِندَ ٱللَّهِ ٱلْإِسْلَٰمُ ۗ وَمَا ٱخْتَلَفَ ٱلَّذِينَ أُوتُوا۟ ٱلْكِتَٰبَ إِلَّا مِنۢ بَعْدِ مَا جَآءَهُمُ ٱلْعِلْمُ بَغْيًۢا بَيْنَهُمْ ۗ وَمَن يَكْفُرْ بِـَٔايَٰتِ ٱللَّهِ فَإِنَّ ٱللَّهَ سَرِيعُ ٱلْحِسَابِ

“Sesungguhnya agama (yang diridhai) disisi Allah hanyalah Islam. Tiada berselisih orang-orang yang telah diberi Al Kitab kecuali sesudah datang pengetahuan kepada mereka, karena kedengkian (yang ada) di antara mereka. Barangsiapa yang kafir terhadap ayat-ayat Allah maka sesungguhnya Allah sangat cepat hisab-Nya.”

Agama yang moderat yakni ajaran yang menghindari ekstrimisme, berprinsip pada keadilan dan kebaikan terhadap seluruh makhluq Allah Swt. dengan tetap berpegang teguh pada norma dan nilai ketauhidan. Jadi, agama islam adalah agama yang tidak terlalu longgar namun juga tidak terlalu ketat. Islam adalah agama yang luwes mengisi tiap relung kehidupan masyarakat sebagai bentuk hubungan baik antara hamba dengan Allah Swt (hablumminallah).

Implementasi moderasi beragama tidak bisa dilakukan serta merta. Diperlukan kerjasama antara masyarakat khususnya dari lingkup yang paling kecil yakni keluarga. Terlebih di era sekarang dimana indoktrinasi paham takfiri maupun liberalisasi telah meretas melalui berbagai bentuk media. Generasi islam dihadapkan pada gelombang tsunami informasi yang tidak semuanya valid. Kebanyakan adalah kabar bohong (hoaks) yang bertujuan untuk menciptakan ketakutan, kebencian dan kecurigaan terhadap satu sama lain. Oleh karenanya, keluarga menjadi sekolah pertama dan utama bagi seorang anak untuk mendapatkan pendidikan dan pengasuhan yang sehat, yakni pola asuh yang membantunya tumbuh menjadi generasi islam moderat.

Keluarga adalah lingkungan pertama yang dikenali semenjak seorang bayi dilahirkan ke dunia. Baik atau buruk seorang anak yang bertumbuh dipengaruhi oleh bagaimana pola asuh yang dia dapatkan dari keluarganya. Keluarga yang menerapkan prinsip moderasi beragama akan melahirkan generasi yang moderat dalam berpikir, bertutut dan bersikap. Terkait signifikannya pengaruh keluarga dalam tumbuh kembang anak, Rasulullah saw bersabda dalam salah satu haditsnya yang masyhur sebagaimana diriwayatkan oleh Imam Muslim:

حَدَّثَنَا حَاجِبُ بْنُ الْوَلِيدِ حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ حَرْبٍ عَنْ الزُّبَيْدِيِّ عَنْ الزُّهْرِيِّ أَخْبَرَنِي سَعِيدُ بْنُ الْمُسَيَّبِ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ أَنَّهُ كَانَ يَقُولُ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَا مِنْ مَوْلُودٍ إِلَّا يُولَدُ عَلَى الْفِطْرَةِ فَأَبَوَاهُ يُهَوِّدَانِهِ وَيُنَصِّرَانِهِ وَيُمَجِّسَانِهِ كَمَا تُنْتَجُ الْبَهِيمَةُ بَهِيمَةً جَمْعَاءَ هَلْ تُحِسُّونَ فِيهَا مِنْ جَدْعَاءَ ثُمَّ يَقُولُا أَبُو هُرَيْرَةَ وَاقْرَءُوا إِنْ شِئْتُمْ { فِطْرَةَ اللَّهِ الَّتِي فَطَرَ النَّاسَ عَلَيْهَا لَا تَبْدِيلَ لِخَلْقِ اللَّهِ } الْآيَةَ

Artinya: Telah menceritakan kepada kamiHajib bin Al Walidtelah menceritakan kepada kamiMuhammad bin HarbdariAz ZubaididariAz Zuhritelah mengabarkan kepadakuSa’id bin Al MusayyabdariAbu Hurairah, dia berkata; “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam telah bersabda: ‘Seorang bayi tidak dilahirkan (ke dunia ini) melainkan ia berada dalam kesucian (fitrah). Kemudian kedua orang tuanyalah yang akan membuatnya menjadi Yahudi, Nasrani, ataupun Majusi -sebagaimana hewan yang dilahirkan dalam keadaan selamat tanpa cacat. Maka, apakah kalian merasakan adanya cacat? ‘ Lalu Abu Hurairah berkata; ‘Apabila kalian mau, maka bacalah firman Allah yang berbunyi: ‘…tetaplah atas fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrahnya itu. Tidak ada perubahan atas fitrah Allah.’ (QS. Ar Ruum (30): 30) (HR. Imam Muslim No. 4803).

Hadits diatas menjelaskan bahwa pola asuh dari ayah dan ibu sangat menentukan pola perkembangan anak hingga mencapai tingkat dewasa. Anak adalah peniru dan penyerap atmosfer yang ulung. Anak akan dengan mudah mengikuti dan meneladani apa yang dilakukan oleh ayah dan ibunya. Oleh karena itu, dalam membesarkan anak, orang tua baik ayah maupun ibu hendaknya selalu menyadari perkataan, perbuatan maupun sifat yang muncul dari dalam dirinya. Baik atau buruk anak adalah cerminan dari baik dan buruknya orang tua.

Tugas mendidik dan membesarkan jasmani dan rohani anak dalam satu keluarga tidak terbebankan hanya pada pundak ibu. Meskipun dalam praktiknya, dalam potret sebagian besar keluarga di Indonesia, ibu adalah orang tua yang paling banyak menghabiskan waktu bersama anak. Namun sejatinya, tugas mendidik dan merawat anak adalah tugas bersama. Diperlukan kerjasama yang harmonis antara ayah dan ibu dalam menjalankan fungsi pendidikan ini. Ayah dan Ibu yang sama sama aktif dalam mengambil peran pendidikan dan pengasuhan dalam keluarga berpotensi sukses membesarkan anak anak dengan pola pikir islam moderat.

Keharmonisan terjadi apabila sebuah keluarga menjalankan peran yang dinamis. Keluarga yang dinamis memiliki visi yang adil terkait kesetaraan hak dan kewajiban bagi setiap anggotanya, peranan dan kesempatan yang sama yang dilandasi oleh sikap dan prilaku saling menghormati, saling menghargai, saling membantu, saling mengisi dalam berbagai aktivitas.

Kemitraan antar ayah dan ibu sama sekali tidak dilandasi oleh keinginan untuk menciptakan persaingan sehingga tidak menimbulkan sifat otoriter oleh salah satu pihak. Terjadi keselarasan, keseimbangan, saling menghormati, mengharagi, membantu dan saling berempati. Pola relasi semacam ini akan mendatangkan ketenangan, ketentraman dan kedamaian dalam keluarga sehingga visi tercipta dinamika keluarga yang sesuai dengan prinsip islam moderat, yakni keluarga yang sakinah mawaddah warrohmah.

Prinsip keadilan dalam keluarga hingga tertanam nilai moderasi islam dapat tercapai jika suatu keluarga memahami bahwa islam adalah agama yang menjunjung tinggi nilai keadilan. Oleh karena itu, dalam meujudkan keluarga yang moderat, terlebih dahulu ayah dan ibu sebagai pimpinan dalam keluarga menerapkan pola pikir, pola komunikasi dan pola tindakan yang berwawasan islam moderat. Karakteristik keluarga islam moderat adalah keluarga yang menjalin relasi kesalingan dan berkeadilan sebagai bentuk taqwa pada Allah Swt.

Keluarga islam moderat juga menerapkan pola asuh demokratis, yaitu pola asuh yang menerapkan disiplin kepada anak anak dengan tetap menghargai kebebasan pada ranah yang disepakati. Pola asuh demokratis mengutamakan pendekatan membimbing untuk membangun pengertian antara orang tua dan anak.

Insya Allah dengan menerapkan prinsip keadilan, relasi kesalingan dan pola asuh demokratis dalam keluarga, akan tercipta hubungan yang harmonis yang menjadikan keluarga kita sebagai keluarga yang moderat, sakinah mawaddah warrohmah. Ini merupakan upaya kita untuk menjadi ummatan wasathan, ummat pilihan yang senantiasa meneladani akhlaqul karimah Nabi Muhammad saw. Sebaik baiknya ummat Nabi Muhammad adalah yang paling baik terhadap keluarganya, sebagaimana hadits Nabi:

“khiyaarukum khiyaarukum li ahlih”(Yang paling baik di antara kalian adalah yang paling baik terhadap keluarganya).

Facebook Comments