Pada Senin 3 Juni 2024, sejumlah aksi masa berkumpul di titik nol Yogyakarta dengan “dalih” membela Palestina. Anehnya, tidak ada satu-pun di antara mereka yang mengibarkan bendera Palestina. Mereka justru memakai baju hitam putih “ala HTI” itu, lalu mengibarkan bendera bertuliskan kalimat tauhid dengan seruan menegakkan khilafah.
Berbagai poster mereka bawa dengan bertuliskan “Jihad dan Khilafah Solusi Palestina” “Palestina Berjuang Umat Islam Bersatu”. Bahkan, salah satu pemimpin dalam aksi tersebut mengatakan: “Ini adalah aksi yang nyata yang dibutuhkan oleh saudara-saudara kita, ikhlaskan niat, bersatu bergerak tegakkan khilafah”. Lalu mereka berapi-api mengucapkan kalimat takbir bersama-sama tanpa korelasi yang tepat terhadap dukungan bagi rakyat Palestina.
Gerakan aksi ini pada dasarnya mutlak bukan hadir untuk kepentingan rakyat Palestina. Sebab, tegaknya khilafah berdalih untuk rakyat Palestina sama halnya memanfaatkan kesempatan dalam kesempitan di tengah tangisan darah yang dirasakan oleh rakyat Palestina kini. Sebab, antara kepentingan politik khilafah dan perjuangan rakyat Palestina merupakan dua tujuan yang berbeda dan di sinilah yang harus kita sadari.
Mereka (rakyat Palestina) sangat membutuhkan seruan kemanusiaan, bantuan sosial dari kita dan seruan dihentikannya perang. Tentunya mengacu pada perjuangan yang sangat fundamental, yakni terciptanya kemerdekaan sebagai bangsa Palestina yang plural itu. Di sinilah garis perjuangan dan komitmen kita seharusnya berada dan bukan berada di jalur yang lain.
Kita harus cerdas dan jangan teperdaya dengan berbagai gerakan aksi membela Palestina yang justru memiliki kepentingan lain, yakni ingin menegakkan jihad/khilafah itu. Kita harus kembali membenahi spirit, paradigma, komitmen dan orientasi perjuangan rakyat Palestina itu. Propaganda menyatukan umat Islam yang diajak untuk perang justru kontra-solusi dan ini menjadi benalu bagi mereka tanpa membawa jalan alternatif damai, aman, nyaman dan memperjuangkan kemerdekaan itu.
Spirit perjuangan kita untuk rakyat Palestina harus berada dalam koridor kebangsaan dan tak boleh keluar dari ranah itu. Sebab, perjuangan bangsa ini untuk Palestina telah jelas dan memiliki sasaran yang tepat. Tak sekadar bantuan sosial yang kita salurkan, tetapi gagasan untuk menghentikan perang, memperjuangkan kemerdekaan Palestina dan mengecam segala kebiadaban telah diperjuangkan di berbagai forum-forum international.
Memperjuangkan kemanusiaan jauh lebih penting bagi kita dibanding berkumpul dan menyuarakan sebuah aksi yang justru tak menyumbangkan apa-apa justru terarah ke dalam kepentingan politik. Khilafah adalah satu kenyataan yang mereka ingin memanfaatkan tangisan dan penderitaan rakyat Palestina untuk sebuah tujuan yang lama, yakni menyatukan umat Islam untuk sebuah tujuan berkuasa (identitas primordial yang destruktif) bagi dunia dan perdamaian global.
Oleh sebab itu, penting bagi kita untuk tidak salah arah perjuangan. Salah arah perjuangan yang dimaksud adalah kontra-fungsi atas peran kita bagi perjuangan rakyat Palestina. Kontra fungsi yang dimaksud seperti menyuarakan sesuatu yang di luar konteks dan tak akan melahirkan peran maslahat apa-pun bagi rakyat Palestina. Seperti gerakan-gerakan aksi tegaknya khilafah yang kini justru berdalih di atas tangisan darah rakyat Palestina.
Rakyat Palestina tidak membutuhkan kekuatan primordial seperti dalih “umat Islam bersatu menegakkan Khilafah dan Jihad”. Sebab, narasi demikian sama-halnya ingin memperparah dan mengacaukan keadaan. Sebab, perang bukan solusi yang dibutuhkan oleh rakyat Palestina. Mereka telah sejak lama menderita akibat perang dan akankah kita masih memanfaatkan tangisan darah rakyat Palestina untuk mengusung khilafah yang pada akhirnya sebuah kepentingan politik semacam itu?