Mempromosikan Dakwah Kristen yang Dialogis dan Anti Kekerasan di Indonesia

Mempromosikan Dakwah Kristen yang Dialogis dan Anti Kekerasan di Indonesia

- in Narasi
28
0

Dakwah Kristen adalah upaya untuk menyampaikan pesan-pesan Injil (Kabar Baik) mengenai ajaran Yesus Kristus kepada orang-orang yang belum mengenal atau belum menerima iman Kristen. Istilah dakwah dalam konteks Kristen sering disebut sebagai “evangelisasi” atau “penginjilan.” Tujuannya adalah untuk mengajak orang lain agar mengenal, menerima, dan hidup sesuai dengan ajaran Kristen, yaitu hidup dalam kasih, perdamaian, dan keadilan seperti yang diajarkan dalam Alkitab.

Proses penginjilan biasanya melibatkan penyampaian ajaran-ajaran Yesus Kristus secara lisan, melalui karya-karya amal, pelayanan sosial, serta melalui pendidikan dan kesehatan. Dalam ajaran Kristen, penyebaran Injil bukan sekadar perintah tetapi merupakan tugas penting yang diamanatkan oleh Yesus kepada para pengikut-Nya, seperti tertulis dalam Injil Matius 28:19-20, yang dikenal sebagai “Amanat Agung” (Great Commission): “Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus, dan ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang telah Kuperintahkan kepadamu. Dan ketahuilah, Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman.”

Sejauh yang saya ketahui, dakwah dalam konteks agama Kristen, sebagaimana dalam agama lain, bertujuan untuk menyebarkan pesan kasih dan kebenaran sebagaimana diajarkan oleh Yesus Kristus. Namun, pendekatan dalam berdakwah memiliki dampak yang besar terhadap penerima pesan, khususnya dalam masyarakat yang multikultural. Dalam sejarah, sering kali dakwah yang konfrontatif, di mana kebenaran agama dipaksakan kepada pihak lain, telah menimbulkan gesekan sosial dan konflik. Oleh karena itu, sangat penting untuk mempromosikan dakwah Kristen yang dialogis dan multikulturalis sebagai solusi yang lebih tepat dan efektif.

Sebagai contoh, pada tanggal 18 Februari 2024, saat saya melakukan penelitian di Sumba, sekelompok Gereja dari Jakarta melakukan dakwah bertujuan mengonversi komunitas Marapu ke agama Kristen. gerakan tersebut menimbulkan ketegangan emosional antara komunitas Marapu dengan komunitas Kristen. Umbu Remi, salah seorang Marapu, mengatakan bahwa dakwah tersebut mencoreng relasi damai antara komunitas Marapu dengan komunitas Kristen. Oleh karena itu, dakwah Kristen yang bertujuan konversi ditolak secara keras oleh komunitas Marapu.

Sampai di sini, saya mengusulkan model dakwah yang lebih dialogis dan multikulturalis sehingga dapat menumbuhkembangkan relasi menghormati antara komunitas agama. Sehingga dakwah kristen menciptakan perdamaian dan bukan ketegangan hubungan antar beragama. Dakwah yang dialogis tidak memaksakan keyakinan seseorang kepada orang lain. Sebaliknya, pendekatan ini membuka ruang untuk saling mendengarkan, memahami, dan berbagi keyakinan dengan damai.

Dakwah Kristen yang Anti Kekerasan dan Dialogis

Yesus Kristus mengajarkan cinta kasih dan perdamaian sebagai inti dari ajaran-Nya. Salah satu pesan paling mendalam yang disampaikan-Nya adalah “Kasihilah musuhmu dan berdoalah bagi mereka yang menganiaya kamu” (Matius 5:44). Prinsip ini menegaskan bahwa dakwah Kristen sejati harus anti kekerasan, baik dalam tindakan fisik maupun verbal. Kekerasan dalam berdakwah, baik secara fisik maupun dalam bentuk intimidasi dan paksaan, bertentangan dengan esensi dari ajaran Kristus.

Pada dasarnya, dakwah Kristen bertujuan untuk menciptakan harmoni umat beragama dan bukan ketegangan yang mencoreng relasi antar agama. Seperti yang diajarkan Yesus Kristus, dakwah Kristen yang menyebarkan pesan moral dan etika, individu-individu didorong untuk menjadi warga negara yang berintegritas, adil, dan peduli terhadap sesama. Iman Kristen yang kuat dan berkualitas tidak hanya berpusat pada ibadah pribadi, tetapi juga pada tanggung jawab sosial. Dalam Matius 22:39, Yesus mengajarkan, “Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri.” Ajaran ini menunjukkan pentingnya hubungan baik antar sesama dalam membangun kehidupan masyarakat yang adil dan damai.

Dakwah Kristen yang mengutamakan pembangunan iman yang berkualitas akan melahirkan individu-individu yang memiliki moralitas tinggi, disiplin, dan etos kerja yang baik. Hal ini penting untuk mendukung pembangunan bangsa, baik dari segi sosial, ekonomi, maupun politik. Orang-orang yang memiliki iman yang berkualitas akan menjadi agen perubahan yang membawa kebaikan dan kedamaian di tengah masyarakat.

Berikut saya menawarkan langkah-langkah praktik membangun dakwah kristen yang dialogis dan anti kekerasan. Pertama, dakwah Kristen yang dialogis adalah menciptakan suasana keterbukaan dan rasa hormat dalam percakapan dengan orang lain, khususnya mereka yang memiliki keyakinan berbeda. Dialog harus interaktif, artinya setiap pihak memiliki kesempatan untuk berbicara dan didengar tanpa ada tekanan atau dominasi dari satu pihak. Kedua, dakwah Kristen yang anti kekerasan harus selalu berlandaskan kasih, karena inti dari ajaran Kristen adalah kasih kepada sesama. Penyampaian pesan Injil harus dilakukan dengan kelembutan, pengertian, dan tanpa paksaan. Ketiga, Dakwah yang paling kuat bukan hanya melalui kata-kata, tetapi melalui tindakan nyata yang mencerminkan kasih dan kebaikan Kristus. Salah satu cara terbaik untuk berdakwah secara dialogis dan anti kekerasan adalah dengan menjadi teladan hidup melalui perilaku sehari-hari.

Sebagai kesimpulan, tiga langkah tadi adalah tuntunan penting dalam melakukan dakwah Kristen yang dialogis, anti kekerasan, dan berfokus pada pembangunan iman yang berkualitas dapat memberikan kontribusi signifikan dalam membangun bangsa yang damai, adil, dan bermoral tinggi di tengah kemajemukan Indonesia. Langkah-langkah tersebut tidak hanya selaras dengan ajaran Yesus Kristus, tetapi juga relevan dalam konteks masyarakat Indonesia yang multikultural dan beragam.

Facebook Comments