Pendidikan Agama Berkualitas Mendorong Beragama yang Berkualitas

Pendidikan Agama Berkualitas Mendorong Beragama yang Berkualitas

- in Narasi
17
0
Pendidikan Agama Berkualitas Mendorong Beragama yang Berkualitas

Kemerdekaan yang kita nikmati saat ini bukanlah hasil dari perjuangan satu kelompok atau satu golongan semata. Ia merupakan hasil dari keberagaman, kesatuan, dan semangat perjuangan bangsa Indonesia yang sejak awal dibangun oleh para pendiri bangsa. Dalam konteks ini, peran organisasi masyarakat (ormas) keagamaan seperti Nahdlatul Ulama (NU) dan Muhammadiyah sangat signifikan.

Lahirnya dua ormas ini, tak terlepas dari pengaruh besar Boedi Oetomo yang memotivasi umat untuk bersatu dan berjuang demi kemerdekaan dan kesejahteraan bangsa Indonesia. Tugas kita saat ini adalah mempertahankan dan mengembangkan warisan tersebut dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, terutama melalui pendidikan agama moderat yang mengedepankan toleransi dan keberagaman.

Sejarah mencatat, NU dan Muhammadiyah muncul sebagai gerakan yang membawa nuansa moderat dalam memperjuangkan kemerdekaan bangsa. Kedua ormas ini, dengan latar belakang yang berbeda, memiliki satu visi yang sama, yakni, membangun Indonesia yang lebih baik dan lebih adil. Mereka sadar bahwa kebangkitan nasional tidak hanya berkisar pada aspek politik, tetapi juga dalam aspek sosial dan agama. Di sinilah pentingnya pendidikan agama yang moderat yang akan mampu membentuk pemahaman keagamaan yang tidak sempit dan dapat diterima oleh semua golongan.

Pendidikan agama yang moderat memainkan peran penting dalam menciptakan masyarakat yang toleran dan damai. Moderasi atau “Wasatiyyah” adalah prinsip yang diajarkan agar umat tidak terjebak pada ekstremisme. Moderasi merupakan jalan tengah antara radikalisasi agama dan pemikiran yang terlalu liberal. Prinsip ini memberikan landasan yang kokoh bagi umat untuk bisa hidup berdampingan dengan penuh rasa hormat kepada perbedaan. Oleh karena itu, pendidikan agama yang moderat bukan hanya urusan moralitas pribadi, melainkan juga berhubungan erat dengan kebangkitan nasional.

Pendidikan agama moderat, di satu sisi, mendorong kesadaran akan pentingnya persatuan dalam keberagaman, serta semangat untuk memperjuangkan kemerdekaan dan pembangunan bangsa. Ketika umat beragama belajar untuk saling menghargai dan memahami keyakinan yang dimiliki oleh orang lain, mereka dapat mengembangkan semangat kebangsaan yang inklusif dan tidak terpecah oleh perbedaan agama atau ideologi. Ini merupakan sikap yang harus terus diajarkan kepada generasi penerus bangsa.

Namun, jika pendidikan agama yang moderat ini tidak diterapkan secara menyeluruh, terdapat ancaman serius yang dapat mengancam keharmonisan dan persatuan bangsa. Habitus atau kebiasaan yang mengarah pada pemahaman agama yang sempit dapat membuka ruang bagi kelompok radikal ekstremis untuk merusak kebangsaan dan persatuan. Kelompok-kelompok ini, dengan menggunakan agama sebagai dalih, dapat mengobarkan kebencian terhadap sesama anak bangsa yang berbeda pandangan. Mereka bisa menjauhkan masyarakat dari semangat kebangkitan nasional yang penuh dengan semangat persatuan dan kesatuan.

Pentingnya pendidikan agama yang moderat, yang mengajarkan toleransi dan penghormatan terhadap perbedaan, adalah langkah preventif yang harus diperhatikan oleh kita semua. Dalam menghadapi tantangan globalisasi dan era digital, pemahaman yang terbuka dan moderat menjadi kunci agar Indonesia tidak terpecah belah. Radikalisasi yang terjadi di beberapa kalangan, terutama yang menggunakan agama sebagai alat untuk memecah belah, harus dihadapi dengan pendidikan yang menekankan pada kebersamaan dan semangat membangun bangsa.

NU dan Muhammadiyah telah menunjukkan bahwa agama tidak perlu menghalangi seseorang untuk bekerja sama dengan yang lain. Sebaliknya, agama dapat menjadi pendorong untuk menciptakan masyarakat yang lebih baik, lebih adil, dan lebih sejahtera. Kedua ormas ini, dengan ajaran dan dakwah mereka, dapat berperan dalam menjaga keutuhan bangsa, dengan membangun kesadaran bahwa agama dan nasionalisme bukanlah dua hal yang bertentangan, melainkan dapat berjalan beriringan.

Sebagai contoh, dalam banyak kegiatan sosial dan pendidikan yang dilakukan oleh NU dan Muhammadiyah, terdapat prinsip kebersamaan yang diterapkan. Mereka sering mengadakan program-program yang tidak hanya berfokus pada umat Muslim saja, tetapi juga melibatkan seluruh elemen masyarakat, baik yang beragama Islam maupun non-Islam. Ini adalah bentuk pendidikan agama moderat yang sangat diperlukan untuk memperkuat rasa persatuan di tengah keberagaman.

Namun, dalam praktiknya, tantangan terbesar adalah bagaimana agar pemahaman ini bisa diterima dan diimplementasikan oleh seluruh lapisan masyarakat. Tentu saja, tantangan ini memerlukan kerja sama antara pemerintah, lembaga pendidikan, ormas, dan masyarakat itu sendiri. Pemerintah harus memastikan bahwa kurikulum pendidikan di sekolah-sekolah tidak hanya mencakup pengetahuan agama yang benar, tetapi juga menanamkan nilai-nilai moderat yang dapat menjaga keutuhan bangsa.

Pendidikan agama yang moderat harus dipahami sebagai langkah strategis untuk menjaga kelangsungan perjuangan kemerdekaan dan pembangunan bangsa. Ia harus diterima oleh seluruh komponen bangsa, tanpa melihat latar belakang agama, etnis, atau status sosial. Kita perlu mencontoh semangat perjuangan yang telah ditunjukkan oleh NU dan Muhammadiyah dalam membangun bangsa ini.

Dalam menghadapi era globalisasi yang penuh dengan tantangan, Indonesia harus mampu menjaga semangat kebangkitan nasional yang didasarkan pada agama yang moderat. Dengan pendidikan agama yang moderat, kita dapat memastikan bahwa setiap individu di negeri ini, tanpa terkecuali, dapat berkontribusi dalam membangun Indonesia yang lebih baik. Oleh karena itu, mari kita bersama-sama mengedepankan prinsip moderasi dalam kehidupan beragama dan berbangsa, untuk memperkuat kebangkitan nasional dan mencegah perpecahan yang bisa merugikan kita semua.

Facebook Comments