Umat Islam Tanpa Khilafah

Umat Islam Tanpa Khilafah

- in Keagamaan
4279
0

Apapun masalahnya, khilafah solusinya. Paling tidak inilah slogan yang selalu ditampilkan setiap kali membaca narasi yang dikembangkan oleh para penebar khilafah. Setiap kali membaca selebaran dari kelompok pembela khilafah ini, alurnya pasti serupa. Mereka mengkritik berbagai kondisi sosial skala global, regional dan lokal, kemudian pada akhirnya; apapun makanannya, khilafah minumannya.

Kelompok ini sejatinya sangat kecil, bahkan di beberapa negara Islam keberadaannya sudah dilarang. Di Indonesia mereka menemukan tempat yang nyaman, karena negara tidak tegas terhadap berbagai pemikiran yang hendak merongrong ideologi negara. Bahkan dalam kejadian terakhir di Jember, justru masyarakat yang hendak membubarkan acara kampanye khilafah yang dibubarkan aparat.

Tidak bisa diragukan bahwa mendirikan dan mengangkat kepemimpinan merupakan kewajiban untuk menjamin tatanan sosial yang mashlahat. Namun, kewajiban mengangkat pemimpin tidak lantas memberikan jaminan hanya ada satu model kepemimpinan, sebutlah khilafah. Menaati Allah, Rasul dan Ulil Amri adalah perintah agama. Tetapi Ulil Amri yang dimaksudkan bukan seorang khilafah yang sering dimaknai secara sempit. Inilah kadang narasi yang selalu dikembangkan di tengahnya minimnya dasar agama bagi pendirian khilafah.

Khilafah adalah sisa sejarah politik umat Islam masa lalu. Dalam praktiknya, selain telah menorehkan luka sejarah yang panjang, perebutan kekuasaan dalam Islam tidak pernah ditemukan sistem tunggal. Dalam sejarah para sahabat hingga tabiin, sistem pemerintahan selalu berubah. Hal terpenting dalam pengelolaan pemerintahan tersebut akhirnya adalah sebagaimana dikatakan Imam Syafi’i: tidak ada politik kecuali yang sesuai dengan syariat. Ibnu Qoyyim menjelaskan ungkapan tersebut, bahwa yang terpenting dalam politik adalah bukan kesesuaiannya dengan teks syariat, tetapi apa yang dikehendaki syariat. Karena itulah, Islam memberikan prinsip etis dalam membangun masyarakat bukan memberikan panduan kitab politik yang detail.

Bukankah apabila ada khilafah umat Islam akan mudah bersatu? Inilah mimpi yang sedang dijual oleh para partai khilafah. Bahkan ISIS pun mengklaim telah menegakkan khilafah. Tetapi apakah semua Umat Islam bersatu? ISIS juga menawarkan kepemimpinan model khilafah yang tujuannya menyatukan seluruh umat Islam. Tetapi nyatanya ia hanya slogan politik yang tidak pernah digubris.

Umat Islam telah sangat beragam di berbagai belahan dunia. Negara-negara dengan mayoritas umat Islam telah banyak mengambil bentuk-bentuk yang beragam dalam membangun pemerintahannya. Dalam konteks itulah, khilafah hanyalah mimpi yang ilusif. Khilafah tidak akan menyatukan, karena justru akan memunculkan perbedaan baru yang lebih tajam.

Selain konsep yang belum jelas khilafah hanya akan memperburuk persatuan umat Islam. Khilafah adalah konsep politik. Umat Islam tidak akan pernah bisa disatukan dengan perasaan politik. Sejarah sejak masa sahabat, politik adalah awal mula perpecahan antar umat Islam. Di Indonesia, tidak ada satu pun politik Islam yang tunggal. Semua politik yang mengatasnamakan Islam, ujungnya adalah membelah persaudaraan Islam.

Ingat, Umat Islam tidak akan bersatu karena ikatan politik. Umat Islam akan bersatu karena nilai persaudaraan beragama yang sama meskipun berbeda negara, bangsa, etnis dan bahasa. Tidak perlu khilafah yang menyatukan umat Islam, karena itu hanya slogan partai politik.

Facebook Comments