Mengajarkan Damai kepada Anak

Mengajarkan Damai kepada Anak

- in Narasi
2190
0

Ya Tuhan kami, anugerahkan kesejukan mata (penyenang hati) dari isteri-isteri kami dan keturunan kami, dan jadikan kami imam bagi orang-orang yang bertakwa.” (Al-Furqon, ayat 75).

Ayat ini adalah doa yang diajarkan para kiai di pesantren dalam menjaga keluarga: mengharapkan hadirnya isteri yang sejuk, damai, juga hadirnya anak yang ta’at dan teguh menjaga prinsip. Anak-anak yang teguh menjaga prinsip akan menjadi investasi masa depan dalam kedamaian keluarga. Keluarga yang damai adalah titik pijak negara yang damai.

Akhir-akhir ini, damai dan kedamaian mulai lenyap dalam kehidupan anak. Anak menjadi aktor kekerasan, anak juga menjadi korban kekerasan. Tidak sedikit anak yang menjadi korban kekerasan, apalagi kekerasan seksual yang bahkan sampai dibunuh. Juga sangat banyak anak menjadi pelaku kekerasan, bahkan sampai membunuh. Baik sebagai subjek maupun objek, anak-anak menjadi “korban” tragis yang sangat mengenaskan. Kelak, mereka sangat berbahaya, akan bisa membahayakan masa depan kedamaian bangsa.

Baru-baru ini juga, Menteri Sosial Republik Indonesia, Khofifah Indar Parawansa menjelaskan bahwa ada 4,1 juta anak Indonesia yang terlantar. Data dari Kemensos ini menjadi “alarm serius” bagi masa depan bangsa ini. 4,1 juta anak adalah investasi peradaban. Kalau mereka ini terlantar, maka nasib bangsa ya terkapar di kemudian. 4,1 juta ini bukanlah data yang sifatnya kuantitatif, hanya dihitung saja, melainkan juga kualitatif, memiliki makna dan jangkauan sangat jauh dalam konteks pembangunan bangsa. Apalagi di tengah percaturan global saat ini, tantangan ekonomi ASEAN (MEA), laju perkembangan teknologi informasi, dan gelombang radikalisme yang makin tumbuh subur, data 4,1 juta anak terlantar adalah “tangisan” yang sangat memilukan.

Lingkungan yang Damai

Harus disadari bersama, bahwa peran keluarga dan lingkungan terkait pengasuhan anak-anak merupakan pilihan yang paling ideal dan tidak bisa tergantikan siapa pun. Keluarga yang damai menjadi institusi paling dasar dalam membentuk karakter anak. Lingkungan masyarakat juga sangat penting, karena lingkungan menjadi area utama interaksi anak dengan orang-orang sekitarnya. Ini tidak berarti menghilangkan peran dari panti asuhan sama sekali. Anak-anak masih bisa dibantu, misalnya dari sisi proses aksesibilitas, pendidikan, serta makanannya. Panti-panti asuhan merupakan pilihan terakhir setelah keluarga dan lingkungan tidak mampu melakukannya.

Lingkungan masyarakat yang damai juga sangat menentukan, karena anak-anak itu tidak cukup berinteraksi dalam panti asuhan saja. Mereka harus menjadi anak yang “bebas”, “merdeka”, dan bertanggungjawab dalam membangun masa depannya. Masa depan mereka adalah masa depan bangsa ini. Masyarakat sangat penting peranannya untuk menciptakan lingkungan yang edukatif bagi kemajuan kehidupan anak. Beberapa yang bisa dilakukan masyarakat untuk kedamaian anak antara lain.

Pertama, masyarakat berpartisipasi memberikan kontribusi kepada program percepatan kemajuan pendidikan anak, dengan cara memberi kesempatan kepada anak-anak untuk meraih pendidikan setinggi-tingginya, memberi kesempatan untuk melakukan pengembangan diri, ikut meringankan tugas kemasyarakatan, menghargai karya anak sekecil apapun, tidak menyepelekan potensinya dan siap membantunya untuk memudahkannya mencapai cita-cita di masa depan.

Kedua, masyarakat tidak berperasangka negatif kepada anak yang aktif, sehingga tidak menyurutkan semangatnya untuk mengejar cita-citanya. Jangan sampai anak-anak yang berimajinasi kreatif di masa depannya justru dibungkam, atau disepelekan.

Ketiga, masyarakat perlu ikut mendorong lahirnya balai kreatif anak, sehingga anak menemukan ruang publiknya yang nyaman dalam mengembangkan potensi dirinya.

Keempat, masyarakat harus meningkatkan diri dalam kesadaran “sayang anak”, sehingga tidak terjadi lagi prasangka negatif kepada anak, khususnya anak perempuan, yang ingin mencapai kemajuan membawa perubahan yang cerah untuk masa depannya.

Selain usaha kreatif tersebut, semua juga mesti berdoa. Karena berdoa adalah “senjata utama” untuk mengadu kepala Tuhan. Dengan berdoa, maka usaha yang dijalankan dipasrahkan sepenuhnya untuk mendapatkan pertolongan dan kemudahan dari Allah. Berikut ini doa yang diajarkan Nabi Muhammad kepada kita:

Dari Abu Ayyub al-Anshori, dari Nabi Muhammad SAW, bahwa beliau bersabda: “barang siapa mengucapkan La Ilaha Illallahu Wahdahu La Syarikalahu, Lahul Mulku Walahul Hamdu Wahuwa ‘ala Kulli Syai’in Qodirun, sebanyak sepuluh kali, maka ia seperti orang yang memerdekaan empat manusia dari anak cucu Nabi Ismail.”

Doa ini dibaca setiap waktu. Dengan harapan agar anak-anak menjadi generasi yang cinta damai dan konsisten mengampanyekan perdamaian. Dari anak-anak yang cinta damai ini akan lahir bangsa yang jauh dari kekerasan.

Facebook Comments