Doktrin Syahid Terorisme

Doktrin Syahid Terorisme

- in Keagamaan
2542
0

Tidak sedikit kita temukan artikel di media online yang secara terus menerus memberitakan jika seorang yang diklaim teroris tewas dalam baku tembak memberikan berbagai penamaan dan penilaian. Mereka menamakan sebagai seorang syahid, senyum saat meninggal dan aromanya yang wangi dan berbagai macam istilah yang diberikan kepadanya yang menunjukkan seakan akan yang korban meninggal adalah ahli syurga karena hidupnya telah didesikasikan untuk Allah dan agamanya .

Banyak hal yang menjanggal tentang penamaan dan penilaian terhadap seseorang yang tewas saat baku tembak dengan aparat keamanan. Bagi mereka yang waras memiliki sejumlah alasan sehingga tidak muda menerima provokasi para pendukung radikalisme terrorisme yang cenderung bersifat doktrin dan propapanda agar semua orang mengimani keyakinannya.

Seseorang yang tewas dalam baku tembak dengan aparat keamanan tidak bisa serta merta dihukum sebagai seorang yang syahid karena seorang yang syahid lebih disebabkan karena amal ibadahnya yang semuanya hampir ditujukan kepada kepentingan umum dan agama selama hidupnya.

Seorang marbot di masjid atau seorang yang bekerja melayani jamaah di sebuah masjid bangun subuh membersihkan masjid mengatur sajdah dan lain-lain sebagainya tidak pernah diberitakan jika meninggal sebagai seorang syahid padahal mereka itulah yang sesungguhnya telah memberikan hidupny untuk agama dan keridhan tuhan tapi kenapa kelompok radikal tidak pernah menilai sebagai seorang syahid sementara mereka yang dihutan bahkan mungkin tidak pernah membersihkn masjid dan melayani jamaah yang ingin sholat lima waktu justru dianggap sebagai seorang syahid, senyum ketika meninggal dan aromannya sangat wangi. Ini sebuah barometer yang sangat tidak adil dalam memaknai kata syahid.

Para sahabat Nabi yang tewas dalam peperangan jelas adalah syahid karena musuh mereka juga sangat jelas dan kebaikannya tidak dapat dibndingkan denga kebaikan yang kita lakukan. Mereka beriman kepada Allah disaat jumlah orang beriman masih sangt terbatas, mereka berjuang mempertahankan Islam disaat kerajaan-kerjaan lain ingin menghnacurkan Islam, sementara jika kelompok yang saat ini mengatasnamakan dirinya pejuang Islam bagaimana mungkin bisa dikatakan sebagai syahid jika tindak kriminal yang dilakukan jauh lebih banyak daripada kemaslahatan umum apalagi yang dilawan juga seorang muslim yang mungkin sholat lima waktuny sama saja dengan yang lain bahkan bisa saja amal kebaikannya jauh lebih baik dibanding dengan yang korban. Lalu apakah yang demikian ini langsung dikategorikaan sebagai seorang syahid.

Membunuh tanpa alasan sangat tidak dibenarkan dalam Islam apalagi jika membunuh hanya karena dendam atau kepentingan tertentu. Islam tidak pernah membenarkan pembunuhan bahkan pelakunya dianggap sebagai isi neraka, mereka yang membunuh juga harus dibunuh. Jika seseorang telah melakukan pembunuhan dimana-mana dengan berbagai cara seperti membom, merampok, menculik dan lain lain lalu mereka dibunuh oleh aparat penegak hukum apakah mereka masih dianggap sebagai seorang syahid.

Syahid atau tidak syahid adalah hak Allah, dialah yang paling berhak menentukan siapa yang syahid atau siapa yang tidak syahid.setiap yang mati tunduk pada ketentuan Allah di hari kemudian dan harus mempertanggung jawabkan semua amal-amal yang ia telah lakukan selama hidupnya. Seorang teroris sama dengan yang lainnya harus mempertanggung jawabkan semua amalannya bahkan bisa saja para terroris jauh lebih banyak pertanyaaan yang akan ditemui dikemudian hari akibat ulahnya yang membuat orang banyak sengsara. Sama saja dengan yang memiliki ilmu pengetahuan agama akan menemukan sejumlah pertanyaan dibanding dengan mereka yang tidak berilmu karena mereka dituntut mempertanggung jawabkan semua ilmu yang dimilikinya dan kepada siapa ia memberikan manfaat atas ilmunya itu. .

Syahid seorang buronan atau kelompok teroris, jasad yang harum dan bibir yang tersenyum saat meninggal tidak lebih sebagai doktrin dan klaim kelompok teroris untuk membenarkan sikapnya tapi pada hakekatnya semua manusia yang meninggal sama-sama akan menghadap kehadirat Allah untuk mempertanggung jawabkan semua amal-amalanya. Masuk syurga atau neraka adalah kebijakan Allah semata-mata kepada setiap hambanya.

Facebook Comments