Petunjuk Menjadi Muslim yang Moderat

Petunjuk Menjadi Muslim yang Moderat

- in Narasi
2617
0

Moderasi Islam kini terus dibahas di mana-mana dan sejumlah seminar yang diusung oleh berbagai pihak baik lokal maupun internasional. Tujuannya adalah untuk memberikan pemahaman kepada masyarakat umum bahwa Islam yang dibawa oleh Nabi Muhammad Saw berapa ribu tahun yang silam adalah agama yang moderat tidak ekstrim, menghargai perbedaan etnis dan perbedaan pendapat.

Lebih dari itu, Islam telah menempatkan hak-hak asasi manusia sebagai garda terdepan dalam mengejewantahkan seluruh syariat Islam. Islam juga memberikan perhatian besar terhadap kaum wanita dan kaum dhuafa yang selama ini banyak tersingkirkan akibat pemahaman terhadap teks-teks agama yang sangat ketat. Akibatnya, Islam terkesan eksklusif, monoton dan sulit beradaptasi dengan lingkungan dan kemajuan bahkan bertentangan dengan arus modernisasi di bidang politik, ekonomi dan sosial budaya serta kemasyarakatan.

Moderasi Islam semakin intensif dibahas seiring dengan munculnya pemikiran-pemikiran baru di tengah-tengah masyarakat yang anti demokrasi dan cenderung ingin hidup sebagaimana era masa lalu, menentang berbagai produk-produk yang tidak bersumber dari Islam, serta cenderung menggunakan kekuatan untuk mewujudkan keinginannya dengan menggunakan berbagai cara yang dianggap sah walaupun bertentangan dengan tatanan hidup masyarakat, agama dan negara. Kecenderungan ini kemudian dikenal dengan kelompok radikal terorisme yang menggunakan agama sebagai justifikasi dalam menjalankan pemikirannya. Mereka pun menentang negara dan melawan aparat keamanan bahkan melabelinya dengan berbagai istilah yang tidak semestinya digunakan untuk sesama umat manusia apalagi sesama muslim.

Membangun generasi muslim yang moderat, akomodatif dan fleksibel tidaklah begitu sulit. Namun untuk sampai ke sasaran tersebut berbagai hal yang harus dipahami secara bersama sehingga metoda yang dilakukan untuk menjadi muslim moderat tidak salah kaprah atau justru menjadikan seseorang semakin ekstrim dan radikal. Sebagai seorang muslim tentu merupakan kewajiban untuk menjadi muslim yang moderat bukan saja karena moderasi itu sangat dibutuhkan dalam menerjemahkan teks-teks agama yang akan disampaikan kepada masyarakat yang beraneka ragam, tetapi juga perintah Tuhan agar umatnya menjadi muslim yang moderat.

Berikut beberapa hal yang harus dilakukan agar pemahaman kita terhadap agama yang kita anut tidak ambigu antara lain:

  1. Memahami situasi politik, ekonomi dan sosial budaya di Dunia dan Timur Tengah sebelum Islam diturunkan.

Membaca sejarah-sejarah tentang kekuatan politik, ekonomi dan sosial budaya sebelum Islam diturunkan di Timur Tengah mutlak dilakukan oleh seseorang yang ingin mengenal Islam secara kaffah. Tanpa membaca sejarah kehidupan manusia di kawasan itu, seseorang sulit untuk mendeteksi sejauh mana keistimewaan Islam dalam mengakomodir dan menetralisasi kehidupan politik, ekonomi dan sosial kemaysrakatan saat itu.

Tidak sedikit buku-buku yang menulis dan menjelaskan secara tuntas kehidupan bangsa Romawi, Persia dan Ethiopia yang merupakan tiga kekuatan yang mengelililingi dunia tengah saat itu atau Jazirah Arab di mana Islam diturunkan kepada Nabi Muhammad Saw. Pembacaan yang komprehensif tentang dinamika sejarah pra Islam akan sangat membantu untuk mengenal lebih jauh tentang Islam itu sendiri khususnya yang terkait dengan pola hidup kemasyarakatan bangsa Romawi, Persia dan Ethiopia mulai dari politik, ekonomi dan sosial budaya.

  1. Menelusuri Kehidupan Bangsa Arab

Membaca sejarah tentang bangsa Arab dan kehidupan politik, ekonomi dan sosial budaya sebelum Islam merupakan sebuah subjek yang sangat menarik khususnya pembacaan tentang bangsa Arab itu sendiri mulai dari kaum Nabi Saleh As hingga keluarga-keluarga besar Rasulullah Saw. Kemudian setelah itu, memahami struktur budaya bangsa Arab dan pola hubungan antara satu suku dengan suku lain termasuk memahami komposisi masyarakat dan tradisi setiap suku.

Pembacaan terhadap fakta sejarah kehidupan masyarakat Arab akan sendirinya membawa kita memahahami bagaimana syariat Islam yang diwahyukan kepada Nabinya mulai dari masalah muamalah, ahwalul syahsiah seperti jual beli, sewa menyewa, hukum perdata dan kriminal dan sejumlah hukum-hukum lainnya yang disyariatkan oleh Islam di kemudian hari tidak terlepas dari hukum-hukum yang ada sebelumnya yang kemudian dimodifikasi dengan menyesuaikan nilai-nilai dan tujuan agama Islam. Seseorang yang menelusuri sejarah ini sudah barang tentu akan menemukan sejumlah fakta-fakta yang tidak bisa dipungkiri bahwa betapa Islam lahir bukanlah membawa konsep baru di tengah-tengah masyarakat bangsa Arab, tetapi Islam merupakan agama yang sangat fleksibel dan akomodatif terhadap budaya-budaya yang berkembang di sekitarnya dan tidak serta merta menolak dan menghakimi setiap kultur yang berkembang di tengah-tengah masyarakat kecuali hal-hal yang terkait dengan keyakinan terhadap Tuhan (tauhdi) yang merupakan prinsip dasar dalam Islam yang tidak bisa ditawar sebagai sumber pokok dalam mewujudkan semua syariat yang tertera dalam hukum-hukum Islam.

  1. Membaca Sejarah Nabi Muhammad SAW Secara Utuh

Membaca sejarah tentang kehidupan Rasulullah SAW merupakan keharusan khususnya bagi mereka yang ingin mengetahui Islam secara mendalam mulai dari kehidupan pribadi Nabi, keluarga, sahabat dan orang-orang yang ada di sekitarnya. Demikian pula kebijakan-kebijakan Rasulullah terhadap setiap perkembangan yang terjadi mulai di dalam lingkungan Rasulullah itu sendiri hingga urusan-urusan yang terkait dengan agama, negara dan kebijakan lainnya yang berhubungan dengan masyarakat non-Arab.

Dalam pembacaan tentang sejarah Rasulullah akan terungkap bagaimana agungnya sang pembawa Risalah itu mulai dari moral, akhlak, tindakan dan kebijakan-kebijakan yang diambilnya. Siapapun yang membaca sejarah itu secara utuh akan menemukan betapa Islam merupakan agama yang sempurna dan betapa Nabi merupakan contoh yang paling ideal dalam segala bentuk kehidupan.

  1. Mengkaji Sejarah Islam pasca Wafatnya Rasulullah SAW.

Membaca sejarah Islam pasca wafatnya Rasulullah SAW merupakan suatu hal yang mutlak jika ingin mengetahui secara detail latar belakang sejumlah pemikiran-pemikiran dan lahirnya sekte-sekte dalam Islam. Pembacaan terhadap sejarah ini merupakan sesuatu yang sangat menarik bagi mereka yang ingin mengungkap fakta-fakta yang terjadi di kalangan umat Islam pasca wafatnya Nabi mulai dari Sayyidina Abu Bakar hingga kekhilafaan Abbasiyah kemudian menyasar kepada sejarah-sejarah lahirnya kekhilafaan Islam di beberapa wilayah kekuasaan Abbasiyah yang terpecah hingga lahirnya kekhilafaan Osmani.

Dengan memahami masa-masa tersebut, kita akan menemukan lahirnya aliran-aliran fiqih klasik, mufassirin, sufisme dan filsafat serta ilmu kalam (teologi) yang semuanya itu di kemudian hari menjadi corak sejarah pemikiran Islam yang banyak digandrungi ilmuwan-ilmuwan Barat untuk mengurai benang merah sejarah Islam yang ditandai dengan berbagai perbedaan pendapat dan orientasi serta munculnya ulama-ulama yang menjadi catatan penting dalam sejarah pemikiran Islam dikemudian hari.

  1. Mengetahui Latar Belakang Lahirnya Pemikiran Pembaharuan Islam.

Seseorang yang ingin lebih tahu tentang pergolakan pemikiran yang terjadi saat ini tentu tidak bisa meninggalkan fase penting ini karena ini disinilah para pemikir Islam yang muncul pada era-era itu memiliki pengaruh di kemudian hari yang begitu besar. Muhammad Abduh, Jamaluddin Al Afghani, Rasyid Ridho, kemudian Al Maududi dan lain-lain merupakan sejumlah pemikir-pemikir Islam yang tampil membahasakan Islam secara lantang di tengah-tengah gejolak pemikirin modern yang berkembang pada saat itu.

Termasuk pula sisi penting yang harus diperhatikan bagaimana lahirnya pemikiran-pemikiran salafi dan latar belakang pemikiran Syech Muhammad bin Abdul Wahad di Hijaz. Rentetan gejolak pemikiran yang terjadi pada fase-fase tersebut akan membuka mata kita betapa Islam telah menjadi sumber inspirasi bagi setiap orang untuk bergerak ke arah yang lebih baik setelah Islam terpuruk beberapa abad akibat keruntuhan Khilafah-Khilafah Islam.

  1. Memahami Teks Agama secara Komprehensif.

Hal yang tak kalah pentingnya bagi seseorang untuk menjadi muslim moderat adalah bagaimana memahami teks-teks agama, dalam hal ini Alquran dan Sunnah nabi secara komprehensif. Para ulama telah membukukan sejumlah aturan yang harus diikuti oleh seseorang untuk bisa menjadi mufassir atau pensyarah hadist-hadits Rasulullah. Menafsirkan Alqur’an bukanlah perkara sederhana karena diperlukan sejumlah alat untuk sampai kepada pemahaman yang sempurna. Seseorang tidak bisa menafsirkan ayat Alquran atau hadis Rasulullah sesuka hatinya atau sesuai dengan keinginannya karena hal yang demikian sangat tercela dalam Islam. Bahkan Rasulullah telah mengingatkan bahwa barang siapa yang menafsirkan ayat-ayat Alquran sesuai dengan keinginannya maka sebaiknya ia mempersiapakan dirinya di neraka.

Ilmu-ilmu alat yang dibutuhkan tidak mungkin akan dikuasai dalam satu minggu atau satu bulan atau hanya belajar pada satu guru atau hanya mengaji secara instant di media sosial. Menafsirkan ayat-ayat Alquran atau hadist Rasulullah Saw butuh kerja keras dan waktu sebagaimana yang telah ditetapkan oleh Imam Assyafii bahwa salah satu unsur penting dalam memperoleh ilmu adalah butuh waktu yang lama. Ironisnya saat ini banyak yang telah ikut-ikutan menafsirkan Alquran atau hadis –hadis Rasulullah Saw tanpa melalui proses yang telah ditentukan oleh para ulama. Akibatnya bukan saja mereka ekstrim dan radikal tetapi juga telah melangkah jauh dari Islam yang sebenarnya.

Enam hal tersebut di atas merupakan topik yang sangat penting bagi seseorang untuk memahami Islam secara utuh sehingga perbedaan apapun yang muncul di tengah-tengah masyarakat akan dapat disikapi secara bijaksana tanpa harus bersikap apriori atau menyalahkan atau menghakimi seseorang sudah kafir atau thoghut. Pemahaman terhadap Islam tidak akan sempurna tanpa mengetahui seluruh seluk-beluk Islam.

Umat Islam yang hidup saat ini sudah tidak lagi seperti dengan umat Islam yang hidup di era Nabi. Perkembangan situasi dari waktu ke waktu membutuhkan nalar dan usaha setiap ulama untuk tetap menjadikan ajaran Islam itu selalu valid dan sesuai dengan zaman karena Islam pada intinya adalah konsep kehidupan manusia sepanjang masa. Bukan justru menuduh ulama-ulama yang telah berusaha mengaktualisasi ajaran-ajaran Islam sebagai ulama Su’u atau ulama jahat, tetapi sejatinya mengapresiasinya sebagai hasil ijtihad ulama sebagai sebuah karya yang akan memberikan manfaat besar bagi kehidupan manusia di era yang serba maju ini.

Sebaliknya jika unsur-unsur tersebut di atas tidak menjadi perhatian seseorang dan cenderung meyakini sebuah teori dan temuan ulama sebagai satu-satunya sumber beragama maka tidak menutup kemungkinan akan membawa seseorang berpikiran ekstrim dan radikal serta fanatik dan sulit menerima kebenaran dari pihak lain sebagaimana yang banyak terjadi di kalangan kita saat ini. Wallahu a’lam bisshowab.

Facebook Comments