Pancasila dan Asumsi Kemusyrikan

Pancasila dan Asumsi Kemusyrikan

- in Narasi
2192
0

Istilah musyrik sangat digandrungi oleh kelompok-kelompok radikal di sekitar kita dengan menuduh seseorang telah menjadi musyrik, munafiq atau berbagai istilah lainnya kepada orang dan kelompok yang tidak sepaham dengan mereka. Seseorang misalnya yang memegang Pancasila sebagai tatanan hidup dalam berbangsa dan bernegara dianggap sebagai orang musyrik yang derajatnya sama saja dengan orang kafir yang menyembah berhala dan halal darahnya. Atas dasar itu, mereka memerangi negara dan aparat pemerintah khususnya para penegak hukum, bukan saja di luar sana tetapi juga di negara kita sendiri.

Musyrik adalah mempersekutukan Tuhan atau meyakini sesuatu memiliki kekuasaan dan kekuatan di atas kekuatan dan kemahakuasaan Tuhan. Allah melarang keras hambanya agar tidak mempersekutukan diriNya dan menegaskan bahwa kemusyrikan akan menghancurkan semua amal baik seseorang dan termasuk dosa dan penganiayaan besar terhadap diri sendiri. Tempat bagi mereka yang melakukan kemusyrikan nanti di hari kemudian adalah neraka jahannam.

Allah berfirman “ Dan Ingatlah ketika Luqman berkata ke anak-anaknya sedang ia menasihati janganlah engkau mempersekutukan Allah karena sesungguhnya yang demikian itu adalah penganiayaan yang sangat besar “. (QS.Luqman Ayat 13). Di dalam ayat lain juga dijelaskan bahwa ‘ Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni orang-orang yang mempersekutukan Allah dan mengampuni dosa lain yang dikehendakinya. Barang siapa yang mempersekutukan Allah maka sesungguhnya ia telah melakukan dosa besar ” (QS Annisa Ayat 48).

Allah sangat membenci orang-orang yang mempersekutukanNya karena dampak atas perbuatan itu terutama terhadap dirinya sendiri. Salah satu dari dampak tersebut adalah meniadakan hakekat dan eksistensi manusia itu sendiri yang telah diberikan kepadanya. Allah menciptakan manusia dalam bentuk yang paling sempurna dan menjadikannya sebagai Khalifah di muka bumi ini. Karena itu, manusia harus memanfaatkan kesempurnaan itu dengan memfungsikan dirinya sebagai khalifah Allah di muka bumi ini agar makhluk-makhluk lainnya dapat menjalani kehidupannya sesuai dengan qodrat yang telah diberikan kepadanya bukan merusak atau membunuh atau melakukan tindakan yang membuat orang lain tidak nyaman.

Ketika seseorang mempersekutukan Allah dengan meyakini sebuah kekuatan lain selain kekuatan Allah, berarti ia telah menghilangkan eksistensinya dan menaikkan eksistensi makhluk lain atau sesamanya. Menaikkan derajat sesama makhluk melebihi derajat makhluk lain maka akan terjadi kekuasaan terhadap makhluk lain. Padahal Tuhan menciptakan alam ini untuk kebutuhan manusia itu sendiri. Jika meyakini manusia lain memiliki kekuatan lebih dari kekuatannya dan kekuasaannya maka dampaknya adalah penindasan, pelanggaran nilai-nilai kemanusiaan karena yang satu merasa di atas dari yang lain sebagaimana yang terjadi pada kisah Fir’aun, padahal semua manusia sama derajatnya.

Demikian pula jika meyakini sesuatu yang lain selain manusia memiliki kekuatan, maka orang tersebut telah merendahkan dirinya karena menganggap sesuatu yang lain lebih hebat dan agung dari dirinya. Pada titik ini terjadi pengingkaran terhadap eksistensi yang telah diberikan oleh Allah kepada manusia itu sendiri sebagai makhluk Tuhan yang paling sempurna dan sebagai Khalifah di muka bumi. Pengingkaran terhadap diri sendiri berarti pelindasan terhadap misi yang diembannya dan ini adalah pelanggaran terhadap esensi agama. Pada titik ini jugalah Allah mengkategorikan tindakan bunuh diri sebagai dosa besar dan bagian dari kemusyrikan sehingga pelakunya akan dimasukkan ke dalam neraka karena telah menodai eksistensi hidupnya yang telah diberikan oleh Allah kepadanya.

Pancasila bukanlah sesuatu yang memiliki kekuatan supranatural dan bangsa Indonesia tidak pernah meyakini itu. Akan tetapi ia adalah pedoman dan falsafah hidup dalam berbangsa dan bernegara di negeri ini agar manusia yang hidup di dalam wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia memiliki tatanan yang dapat mengatur kehidupan antara satu dengan yang lain. Substansi landasan moral dan tatanan itu satupun tidak ada yang bertentangan dengan esensi agama khususnya Islam. Sila pertama menunjukkan bahwa betapa bangsa Indonesia harus bertauhid dan meyakini hanya satu Tuhan. Artinya setiap bangsa Indonesia tidak diperbolehkan mempersekutukan (musyrik) Tuhan atau mengakui ada tuhan selain Allah. Demikian pula sila-sila selanjutnya yang memiliki nilai-nilai kemanusiaan, keadilan dan persamaan yang juga merupakan esensi utama dalam ajaran Islam.

Oleh karena itu, menuduh Pancasila sebagai berhala dan orang-orang yang menerimanya adalah musyrik adalah sebuah pemahaman keliru tentang makna kemusyrikan itu sendiri yang telah diajarkan oleh Allah Swt. Justru sebaliknya mereka yang membunuh atau melawan orang yang menanamkan pada dirinya tatanan kemanusiaan dan kehidupan berarti pengingkaran terhadap nilai-nilai kesempurnaan yang telah diberikan oleh Allah Swt kepada umat manusia. Tindakan bunuh diri dengan meledakkan bom adalah bentuk kemusyrikan yang paling besar yang tidak akan diampuni oleh Allah Swt.

Facebook Comments