Pahlawan Era Kini Jihad Membangun Negeri, bukan Jihad Merusak!

Pahlawan Era Kini Jihad Membangun Negeri, bukan Jihad Merusak!

- in Narasi
2002
0

Andai tidak ada takbir, saya tidak tahu dengan cara apa membakar semangat para pemuda untuk melawan penjajah (Bung Tomo).

Pekikan takbir Bung Tomo itu menandakan genderang perjuangan melawan penjajah dimulai. Melalui takbir pula semangat arek Surabaya dan sekitarnya mampu membara untuk merebut kemerdekaan bangsa ini. Bung Tomo memekikan takbir atas saran Kyai Hasyim Asy’ari. Seperti itulah ketepatan penelaahan medan perjuangan pendiri bangsa kita terdahulu, agama menjadi spirit membela tanah air, untuk menuju kemerdekaan serta Indonesia yang mandiri. Itulah pengorbanan pahlawan kita dalam pertempuran heroik 10 November 1945 di Surabaya, yang sampai sekarang diabadikan sebagai hari pahlawan.

Sebagai pemuda tugas kita ialah meneladani semangat pahlawan kita. Seperti dalam ungkapan Bung Karno “bangsa yang besar tidak akan melupakan jasa para pahlawannya”. Dengan begitu, tugas kita ialah meneruskan perjuangan pahlawan kita. Kalau dulu pahlawan kita berperang secara fisik untuk bertempur melawan penjajah. Pemuda sekarang tugasnya ialah mengisi kemerdekaan dengan terus belajar dan berbakti untuk negeri, menuju kedamaian dan kejayaan bangsa.

Salah satu masalah kebangsaan kita yang sangat serius ialah maraknya embrio radikalisme. Benih radikalisme ini sudah cukup mengkawatirkan. Dalam penyebaran ideologi radikal ini sudah memakai dunia maya sebagai medan yang ampuh untuk mengelabuhi pemuda. Berbagai narasi propaganda perang, jihad, hate speech, sudah menjadi jurus ampuh mereka untuk memecah belah bangsa kita. Salah satunya lewat cara self radicalism, potensi radikalisme diri akibat pengaruh dari benih radikalisme di medsos. Tentu ini sangat berbahaya bagi keutuhan bangsa ini.

Jihad Lawan Radikalisme, Menuju Jihad Membangun Negeri

Kita ketahui bahwa kelompok radikalisme gemar memakai diksi agama, salah satunya jihad. Mereka mengumbar makna jihad menjadi ajakan profokasi hate speech, memecah belah, bahkan ajakan berperang. Ini sungguh mengkhawatirkan bagi generasi muda kita.

Jihad lawan radikalisme salah satunya ialah dengan cara melakukan narasi kontra propaganda di dunia maya. Taruhlah mereka mengumbar makna jihad seperti di atas, maka seperti inilah sebenarnya jihad kita zaman now ini. Jihad berasal dari kata jahada, yang berarti usaha, upaya secara serius. Bisa dikatakan jihad itu membangun fisik maupun non fisik. Sebutan lain yang berasal dari akar kata jihad antara lain. pertama, ijtihad, berarti usaha mencerdaskan kehidupan bangsa, meningkatkan SDM anak negeri. Kedua, mujahadah, yakni usaha serius untuk meningkatkan spiritualitas transendental manusia. Seperti itulah seharusnya jihad era kini, yakni membangun negeri, bukan malah jihad merusak. Indonesia sudah aman dan damai, jadi tidak ada alasan pembenar untuk dilakukan jihad versi perang seperti gerombolan radikalisme.

Memang dalam kitab I’anatut Thalibin, dijelaskan bahwa bentuk jihad itu ada empat varian, antara lain; pertama, itsbatu wujudillah yakni menegaskan eksistensi Allah swt. Kedua, iqamatu syari’atillah, menegakkan syariat Allah. Ketiga, al-qital fi sabilillah, berperang di jalan Allah, tentu dengan landasan jika memang ada komunitas yang memusuhi kita dan menyerang kita. Keempat, daf’u dlararul ma’shumin musliman kana au dzimmiyyan, yakni mencukupi kebutuhan dan melindungi yang muslim dan kafir dzimmi. Dari paparan di atas sudah sangat jelas bahwa makna jihad itu lebih banyak untuk membangun, perang dalam artian jihad dibolehkan jika memang ada yang memusuhi kita.

Dalam ideologi NU kita mengenal dengan paltform mabadi khaira ummah. Yakni gerakan untuk membentuk generasi umat yang terbaik, siap untuk membela bangsa, menegakan amar makruf nahi munkar dan mengisi kemerdekaan dengan karya yang produktif. Mabadi khaira ummah ini berlandaskan pada surat Ali Imran ayat 110.

Mabadi khaira ummah dalam ajaran NU mempunyai lima ajaran (al mabadi al khamsah) antara lain; pertama, as sidqu, yakni kejujuran, kebenaran, membela yang benar. Kedua, al amanah wal wafa bil ‘ahd, yakni setia pada janji, dapat dipercaya, dan menjaga integritas dalam mengemban amanah. Ketiga, al ‘adalah, yakni berlaku adil, objektif dan proporsional. Keempat, at ta’awun, suka tolong menolong dengan sesama manusia, dan selalu berbuat baik. Kelima, istiqamah, teguh pada pendirian, konsisten dalam menjalankan kebenaran. Kelima ajaran ini juga menjadi landasan Rasulullah saw dalam membangun peradaban Madinah. Dalam konteks Indonesia dengan ideologi pancasila, kelima nilai ini sangat penting dan bisa menjadi pilar kehidupan berbangsa untuk membangun negeri.

Begitulah kesejatian jihad pahlawan zaman kini, yakni dengan cara jihad membangun negeri, bukan malah jihad merusak. Dengan begitu tugas kita sekarang ialah melakukan narasi kontra propaganda di dunia maya, untuk meluruskan jihad versi kelompok radikalisme. Wahai pemuda!, jihadlah menjadi pahlawan bangsa untuk membangun negeri, serta mencerdaskan kehidupan manusia untuk mengemban misi kekhalifahan dan reformasi bumi. Kalau jihad jangan jahat!! Wallahu a’lam…

Facebook Comments