Agama Selingkar Rebana

Agama Selingkar Rebana

- in Narasi
351
0
Agama Selingkar Rebana

Indonesia sebagai negara dengan populasi mayoritas Muslim terbesar di dunia seyogianya memberikan peran berarti dalam moderasi beragama tidak hanya terhadap sesama bangsa namun juga pada dunia. Sebab pada aspek geopolitik Islam saat ini masih menunjukkan dominasi ide-ide Islam, baik spiritual maupun politik, sudah lama berasal dari Timur Tengah yang konservatif (The Economist,19 Agustus 2023).

Dengan lebih dari 95 juta anggota, Nahdlatul Ulama (NU) sebagai organisasi Islam terbesar di dunia memiliki peran penting dalam mengajukan gagasan yang mempengaruhi dunia menjadi lebih moderat dan berkeadilan. Pengaruh keislaman NU melalui 23.000 pesantren dan lebih dari 250 universitas pada satu sisi memiliki kekuatan yang lebih efektif dan maksimal dari pengaruh negara untuk menjadi saka guru tegaknya NKRI dan Pancasila sebagai falsafah berbangsa.

Kekuatan NU dalam memberikan gagasan pada dunia salah satunya adalah dalam perayaan 100 tahun NU pada Februari lalu yang diikuti oleh lebih dari 1 juta orang di Sidoarjo, Jawa Timur. NU dalam acara tersebut secara resmi menyerukan ditinggalkannya kekhalifahan, sebuah otoritas yang dianggap mengawasi seluruh umat Islam. Hal ini sekaligus menjadi penanda komitmen NU dalam menjaga toleransi dan menolak radikalisme atas nama agama.

Sebab sejak teror bom malam natal 24 Desember 2000 di 19 gereja yang merenggut 18 korban jiwa, NU-lah yang menjadi pelindung bagi umat kristiani dalam setiap perayaan hari besar keagamaan hingga hari ini dengan berkumpul dan menjaga di luar gereja.

Dari catatan sejarah akan komitmen NU inilah yang menjadi jaminan bahwa ada titik temu dari perbedaan yang mengedepankan toleransi dan kebebasan beragama. NU mendorong Islam yang lebih inklusif dan toleran yang mencerminkan semangat Pancasila sebagai ideologi negara. Dari sisi lain, NU sangat memahami keragaman budaya, adat, dan aliran kepercayaan di Indonesia yang menjadikan banyak masyarakat masih menganut tradisi sinkretis atau mencari penyesuaian antara dua aliran (agama dan kepercayaan lokal).

Maka itu NU merupakan organisasi Islam yang sangat toleran terhadap inkulturasi budaya dalam praktik agama. Sebagai organisasi agama yang kuat di perdesaan, masih banyak praktik agama yang memperhatikan budaya seperti syukuran panen, merti sungai, merti desa, merti gunung, kenduri, ziarah kubur, sarungan, menggunakan alat musik dalam pengajian yang di antaranya adalah rebana.

Sikap NU dalam inkulturasi budaya Indonesia dikenal sebagai Islam Nusantara, Islam yang mengedepankan nilai-nilai Nusantara yang beragam dan tidak menganut aliran yang keras dan radikal. Sebab sebagai negara Islam terbesar di dunia, Indonesia juga terdapat aliran-aliran yang berseberangan dengan nilai-nilai NU “ahlussunnah wal jamaah”, yang berarti mengikuti ajaran Rasulullah dan mengutamakan persatuan umat Muslim. Dalam hal ini NU juga menekankan pentingnya toleransi, dialog antar agama, dan menjaga kerukunan antar umat beragama di Indonesia.

Nilai yang berseberangan paling ekstrem adalah radikalisme dan terorisme atas nama agama, namun dalam praktik keseharian sering kita temui kelompok-kelompok yang melakukan provokasi dengan menolak tradisi yang sudah mengakar dalam masyarakat, seperti yang baru-baru ini terjadi di Surabaya, seorang pria paruh baya mengamuk di sebuah masjid karena menolak adanya rebana. Kelompok semacam ini biasanya melabeli dirinya sebagai Muslim yang terbaik karena “100% taat pada Al-quran” dan menganggap praktik kebudayaan sebagai haram.

Kelompok semacam ini dikenal sebagai Wahhabisme, sebutan pada gerakan penganut ajaran Muhammad bin Abdul Wahhab (1703 – 1791) yang notabene merupakan aliran Salafiyah (menerapkan tradisi generasi perdana Islam) dan muwahhidun atau penegak tauhid. Beraliran Salafiyah, Wahhabisme melakukan perlawanan keras terhadap golongan yang dianggap mereka sebagai thaghut (kelompok yang tidak berhukum dengan hukum Allah versi Wahhabisme) dengen mempertentangkan khasanah lokal dengan ideologi mereka (Sejarah Lengkap Wahhabi, 2020).

Di Indonesia pertentangan itu muncul melalui gerakan yang ingin membabat habis praktik-praktik beragama seperti NU yang mengedepankan pendekatan kultural. Oleh sebab itu kaum Wahhabisme tak segan memberi label bid’ah terhadap tahlilan, sedekah bumi, merti kali, sekalipun dalam praktiknya menggunakan doa sesuai ajaran Islam. Maka tentu saja ideologi ini tak hanya mengkhawatirkan bagi Islam yang membumikan rahmatan lil ‘alamin melalui khazanah lokalnya tetapi juga agama-agama lain yang tentu lebih keras mereka lawan (Jalandamai.org, 15 Maret 2021).

Peran serta aktif negara melalui Badan Nasional Penanggulangan Terorisme sebagai badan utama dalam menangkal radikalisme dan terorisme salah satunya adalah dengan membentuk Duta Damai Dunia Maya dan Duta Damai Santri yang mendapatkan tugas menyebarkan narasi-narasi perdamaian terutama di kalangan generasi muda meliputi pelajar, mahasiswa dan santri.

Dari Duta Damai Dunia Maya dan Duta Damai Santri ini diharapkan dapat menyebarkan pesan damai untuk menjaga Indonesia dari kelompok radikal yang mengharam-haramkan, mengkafir-kafirkan tidak hanya yang berbeda agama tapi bahkan pada sesama penganut agamanya. Pesan damai juga diharapkan lahir secara organik dari kelompok muda sebagai penghuni masa kini dan masa depan Indonesia agar gagasan, pengaruh, dan dampak Indonesia tak hanya seluas rebana tetapi seluas dunia.

Facebook Comments