Bumi ini untuk Siapa ?

Bumi ini untuk Siapa ?

- in Keagamaan
1889
0

Para filosof jauh sebelumnya khususnya para filosof Yunani kuno telah membahas tentang bumi dan alam semesta ini, kapan diciptakan? siapa yang menciptakan? dari mana diciptakan? dan kepada siapa diciptakan? Dari ke waktu ke waktu mereka menganalisa dan berusaha menyelesaikan teka-teki ini hingga akhirnya dapat menjawab sebagian teka-teki itu, walaupun pada akhirnya setiap filosof yang muncul berbeda pendapat dengan yang lain dalam menganalisa alam ini. Namun dapat dikatakan bahwa mereka telah berhasil menyelesaikan sebagian dari persoalan di atas.

Al-Quran sebagai salah satu kitab suci telah menjelaskan secara rinci tentang alam semesta ini mulai dari penciptaannya, berapa lama diciptakan dan untuk apa diciptakan dan kepada siapa diciptakan. Tidak sedikit ayat dalam Al-Quran yang mengupas secara detail tentang alam ini dan apa yang ada di dalamnya. Hanya orang-orang yang tidak berilmu yang tidak bisa memahami untuk apa alam ini dan kenapa Tuhan menciptakannya. Oleh karena itu, ketika kita mengklaim bahwa bumi ini hanya untuk satu golongan dan kelompok, maka sebaiknya kita kembali kepada Al-Qur’an itu sendiri.

Berbicara tentang alam berarti berbicara tentang apa yang ada di dalamnya termasuk manusia itu sendiri. Sebagai salah satu makhluk Tuhan, manusia diberikan kewenangan oleh Allah SWT untuk mengelola alam ini secara cermat dan cerdas agar semua makhluk Tuhan dapat merasakan nikmatnya seluruh ciptaan tuhan di muka bumi ini mulai dari nikmatnya air, udara segar dan segala tumbuh-tumbuhan yang diciptakan bukan saja kepada mereka yang beriman kepada Allah, tetapi juga kepada mereka yang belum beriman. Dengan demikian hikmah dari penciptaan alam ini dapat dipahami dengan sebaik- baiknya.

Sebagai makhluk Tuhan, manusia antara satu dengan yang lain tidak memiliki perbedaan dan Tuhan tidak mendikrisminasi terhadap siapapun atas apa yang telah diciptakan untuk makhluknya. Semuanya berhak mendiami bumi ini baik yang beriman maupun yang tidak beriman, semua berhak untuk hidup nyaman dan damai dan lebih jauh dari itu semua berhak untuk menikmati segala yang telah diciptakan oleh Allah untuk para makhluknya. Semuanya disediakan agar mereka mengetahui bahwa sesungguhnya di balik alam nyata ini terdapat Pencipta Yang Maha Agung dan Maha Besar melebihi segala apa yang ada di alam nyata ini.

Dalam Alquran, Allah berfirman bahwa “ sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi dan pergantian malam dan siang adalah tanda-tanda kebesaran Tuhan bagi mereka yang berpikir’. (Sq. Al-Imran Ayat 190)

Mereka yang menggunakan pemikirannya akan mengagumi ciptaan Tuhan ini mulai dari tingginya langit, luasnya lautan, indahnya cakrawala dan nikmatnya udara serta lezatnya buah-buahan. Mereka akan selalu bertafakkur menghayati kebesaran Tuhan dalam menciptakan segala sesuatu yang ada ini. Sebaliknya, bagi mereka yang tidak menggunakan pemikirannya akan tertumpuh pada pemikiran yang sempit, mereka tidak akan mengagumi ciptaan tuhan yang beraneka ragam ini, mereka justru melakukan perusakan, anarkis dan mengklaim diri sebagai yang paling berhak hidup di muka bumi ini.

Yang dimaksud dalam ayat di atas tentang orang-orang yang berpikir atau dalam istilah ayat tersebut ulil albab adalah mereka yang dijelaskan dalam ayat selanjutnya pada Surat Al-Imran ayat 191 “bahwa mereka senantiasa mengingat Allah baik di kala berdiri, duduk dan di saat mereka berbaring dan bertafakkur atas penciptaan langit dan bumi, Ya Allah sesungguhnya segala ciptaanMu tidak ada yang sia-sia dan sesungguhnya Engkau maha suci karena bebaskanlah kami dari api neraka

Di Indonesia sering kali muncul letupan-letupan dari kelompok tertentu yang meminta siapapun agar keluar dari negeri ini jika tidak ingin menjalankan syariat Allah atau hukum Allah di negeri ini. Sebuah letupan yang cenderung memicu keanekaragaman di negeri ini dan menggiring pada pemahaman yang sempit tentang tujuan penciptaan alam semesta ini. Padahal Allah SWT telah menjelaskan dalam Al-Qur’an bahwa perbedaan dan keanekaragaman adalah sebuah ketentuan dan aksioma yang harus diterima dan disikapi secara bijaksana. Sebagaimana firman Allah dalam Alqur’an surah Al-Hud ayat 118 “ Jikalau Tuhanmu menghendaki tentu dia akan menjadikan manusia satu umat atu satu pemeluk agama tetapi mereka senantiasa berselih pendapat dalam masalah agama”.

Perbedaan keyakinan adalah sesuatu yang mutlak dan tidak dapat dihindari karena ia adalah sunnatullah. Seseorang tidak bisa serta merta mengklaim bahwa dialah yang paling benar dan hanya dialah yang berhak hidup di negeri ini sementara yang lain harus dibunuh dan diusir dari negeri ini. Wallahu’alam

Facebook Comments