Dari Maulid hingga Fathu Makkah: Perjalanan Gemilang Nabi Muhammad SAW yang Penting Dirayakan

Dari Maulid hingga Fathu Makkah: Perjalanan Gemilang Nabi Muhammad SAW yang Penting Dirayakan

- in Narasi
602
0
Dari Maulid hingga Fathu Makkah: Perjalanan Gemilang Nabi Muhammad SAW yang Penting Dirayakan

Kisah kelahiran Nabi Muhammad SAW pada tanggal 12 Rabiul Awal, yang dikenal sebagai Maulid, adalah awal dari perjalanan yang penuh inspirasi dan keteladanan. Peringatan ini tentu saja penting dirayakan untuk mengambil hikmah, pembelajaran dan keteladanan. Tidak ada yang salah, bahkan semestinya tidak hanya Maulid, Isra’-Mikraj, dan Hijrah, peristiwa penting lainnya seperti Fathu Makkah layak dirayakan oleh umat Islam.

Perayaan-perayaan itu tidak akan menggangu iman seorang muslim, justru menambah dan memperkuat keimanan. Pun pula tidak akan menambah ritual yang jatuh dalam perbuatan bid’ah. Peringatan hanyalah aktifitas sosial yang mentradisi yang diisi dengan berbagai kebaikan agama.

Luput dari berbagai peringatan dalam umat Islam adalah peristiwa Fathu Makkah. Peristiwa ini teramat penting dirayakan sebagai simbolisasi penaklukan paling gemilang dalam sejarah manusia yang dilakukan tanpa darah dan penderitaan. Jika pun belum sempat dirayakan, rasanya momen tersebut penting diulas dalam setiap perayaan Maulid dan tidak hanya proses pembangunan negara Madinah.

Lahir dan Terusir dari Makkah

Nabi Muhammad SAW, yang kemudian dikenal sebagai Rasulullah, lahir di Makkah, sebuah kota di Jazirah Arab pada tahun 570 Masehi. Kelahirannya adalah berkah besar bagi seluruh umat manusia, yang membawa pesan pembebasan dan secercah cahaya rahmat dari Allah SWT kepada semesta alam.

Terlahir sebagai seorang anak yatim setelah kehilangan ayahnya, Abdullah, sebelum ia lahir, dan kemudian ibunya, Aminah, ketika ia masih sangat muda. Meskipun mengalami kehilangan yang besar, kehidupan masa muda Nabi Muhammad SAW ditandai oleh integritas, kejujuran, dan kebijaksanaan yang luar biasa. Al-Amin, julukan Nabi yang berarti “Orang yang dapat dipercaya,” oleh masyarakat Makkah karena reputasi sosial yang dimilikinya.

Menginjak umur 40 Tahun, Nabi Muhammad mendeklarasikan sebagai Nabi yang membawa risalah meneruskan para pendahulunya. Bukan risalah baru, tetapi tentu terdengar baru bagi masyarakat jahiliyah yang telah abai dengan kebajikan Ibrahim (millah Ibrahim). Risalah itu mengajak kembali manusia pada fitrahnya, yang bertauhid, yang merdeka dan setara di hadapan manusia.

Ajaran ini secara spiritual tentu tidak terlalu menggangu masyarakat jahiliyah, tetapi implikasi sosial doktrin tauhid mengancam oligarki kekuasaan Makkah. Penduduk Makkah, yang sudah nyaman dengan pemberhalaan patung, pemberhalaan harta, pemberhalaan status dan kelas sosial terpukul dengan ajaran baru ini.

Kekuasaan Status qou itu lantang menentang, mengecam dan mengintimidasi Nabi dan pengikutnya. Menyadari pengikutnya yang semakin besar, kaum kafir Quraisy mencoba melakukan negosiasi damai dengan tawaran saling tukar menukar iman sebagaimana tergambar dalam Surat Al-Kafirun dan ditolak oleh Nabi. Mereka semakin geram. Jalan kekerasan, teror dan pengusiran paksa adalah pilihannya.

Dalam situasi yang semakin memburuk di Makkah, Allah SWT memerintahkan Nabi Muhammad SAW untuk melakukan hijrah (migrasi) ke Madinah pada tahun 622 Masehi. Hijrah ini menjadi titik balik penting dalam sejarah Islam dan mengakhiri fase perjuangan sementara di Makkah. Nabi Muhammad SAW dan para sahabatnya dengan kesedihan karena Nabi sangat mencintai Makkah.

Di Madinah, Nabi Muhammad SAW membangun sebuah masyarakat yang berdasarkan pada nilai-nilai tauhid, keadilan, kesetaraan dan persatuan. Ia juga menjadi pemimpin politik dan spiritual bagi umat Islam yang berkembang pesat. Madinah justru kawasan yang makmur, sejahtera, berkeadilan, sementara Makkah masih terbelenggu dalam sistem jahiliyah.

Kembali ke Makkah : Membawa Pengampunan

Selama beberapa tahun di Madinah, konflik antara Mekah dan Madinah terus berlanjut. Pada tahun 630 Masehi, pasukan Islam yang dipimpin oleh Nabi Muhammad SAW memutuskan untuk kembali ke Mekah untuk menaklukkan kota suci tersebut. Meskipun memiliki kekuatan militer yang besar, Nabi Muhammad SAW datang dengan pasukan yang besar, namun dengan niat yang damai.

Ketika pasukan Islam tiba di Mekah, mereka menghadapi sedikit perlawanan dan tidak ada pertumpahan darah yang besar. Nabi Muhammad SAW memasuki kota Mekah dengan rendah hati, tanpa merasa sombong atau membalas dendam. Dia mengumumkan amnesti bagi semua penduduk Makkah, bahkan kepada mereka yang sebelumnya telah menyiksa dan merugikan para pengikutnya. Tindakan penuh pengampunan ini sangat mencengangkan dan menunjukkan akhlak yang mulia dari Nabi Muhammad SAW.

Inilah amnesti internasional paling gemilang. Penaklukan tanpa kekerasan dan darah yang berhamburan. Di mana penaklukan di dunia yang menjamin keamanan dan pengampunan terjadi?

Nabi hanya mengembalikan status situs Ka’bah sebagai tempat suci bagi orang-orang Islam. Mereka membersihkan berhala-berhala yang sebelumnya mengitari dan ada di dalamnya. Sementara secara sosial politik selalu pendudukan Makkah diampuni dan dijamin keamanannya. Mereka tidak terusir sebagaimana telah dialami Nabi.

Ini adalah momen penting dalam sejarah Islam dan menandai kembalinya Makah ke dalam pangkuan Islam. Fathu Makkah, dengan penaklukkan yang damai dan pengampunan yang besar, adalah contoh terbaik dari integritas moral Nabi Muhammad SAW. Beliau mengajar kita pentingnya pengampunan, kebaikan hati, dan kesabaran dalam menghadapi tantangan hidup. Kesuksesan akhirnya adalah bukti bahwa akhlak yang mulia dan kesabaran selalu membuahkan hasil.

Sejarah Nabi Muhammad SAW adalah sumber inspirasi dan teladan bagi semua manusia. Ia adalah teladan sempurna dalam integritas moral, kebijaksanaan, dan kasih sayang. Perjalanan hidupnya dari Maulid hingga Fathu Makkah adalah cerita tentang tekad dan keyakinan yang tak tergoyahkan dalam menghadapi berbagai cobaan dan tantangan. Inilah semangat untuk merayakan Maulid.

Facebook Comments