Edukasi Damai di Alam Maya

Edukasi Damai di Alam Maya

- in Narasi
1695
0
Edukasi Damai di Alam Maya

Perdamaian adalah kerinduan abadi umat manusia. Dengan perdamaian, manusia menginginkan kehidupan yang damai dan sejahtera. Jauh dari ketakutan akan menjadi korban kekerasan dan kekejian kelompok lain yang biadab. Dengan perdamaian, manusia niscaya hidup dalam harmoni dan cinta kasih. Hingga seluruh mahluk berbahagia hidup dalam dunia yang satu. Namun, perdamaian nampak masih sulit diraih. Dia terus bergerak menjauh seiring dengan makin besarnya nafsu manusia untuk menguasai manusia lainnya. Meningkatnya intimidasi, konflik, dan penindasan adalah contoh nyata perdamaian yang belum hadir di hadapan. Di berbagai penjuru dunia, bahkan di negeri kita tercinta, perdamaian masih menjadi harga yang mahal. Saat manusia selangkah ingin menggapai perdamaian, dua langkah perdamaian bergerak ke luar jangkauan.

Meskipun begitu, kita tidak boleh melempar handuk untuk meraih perdamaian. Meskipun menghadapi jalan terjal menuju perdamaian, pantang bagi kita untuk mundur. Apalagi perdamaian merupakan proses panjang dan berkesinambungan, sehingga membutuhkan konsistensi mendapatkannya. Kita perlu mengeluarkan potensi yang dimiliki untuk dapat memeluk perdamaian dan merasakan cahayanya menyebar ke berbagai penjuru. Dan siapapun dapat berkontribusi menyukseskan agenda tersebut. Satu hal penting, perdamaian adalah usaha bersama. Dia tidak efektif jika dijalankan secara sporadis. Perlu ada kesepakatan berbagai pihak untuk melakukan gerakan perdamaian. Satu visi yaitu perdamaian dunia.

Visi besar ini akan terwujud jika masing-masing elemen melakukan upaya untuk mencapainya. Banyak hal kecil dan sederhana yang memiliki dampak besar bagi perdamaian. Kesadaran ini perlu dihadirkan agar setiap individu memiliki peran bagi perdamaian. Salah satu upaya strategis menghadirkan perdamaian adalah melalui pendidikan. Betty Reardon, dikutip Salomon dan Cairn (2011), menyatakan pendidikan perdamaian adalah pembelajaran terencana dan terarah yang mencoba menyelesaikan dan menekan beragam bentuk kekerasan (fisik, struktural, institusional, dan budaya). Pendidikan perdamaian dimanfaatkan sebagai instrumen lanjutan untuk mempertahankan budaya dan sosial, atau kepercayaan dan praktik agama, atau institusi ideologi.

Dengan pendidikan, akan hadir sikap kritis sekaligus pemahaman bagaimana perilaku manusia dalam perdamaian. Mereka yang belajar perdamaian, mampu membedakan perilaku yang baik dan yang buruk. Contohnya memahami toleransi bermanfaat untuk menyuburkan perdamaian dan intoleransi menumbuhkan permusuhan. Selain itu, sikap kecurigaan berpotensi menimbulkan kebencian, sementara sikap berbaik sangka menyebabkan persahabatan. Model pemahanan seperti ini sangat dibutuhkan. Sehingga mampu menghindari diri dari perilaku dan tindakan yang merusak perdamaian. Nilai strategis pendidikan perdamaian dikemukanan oleh Mohammad Fikri Pido (2015: 261). Baginya, pendidikan perdamaian menjadi tempat potensial untuk kolektif refleksi diri, aktualisasi diri, dan pembangunan manusia dan sosial. Selain itu, misi pedagogis pendidikan perdamaian adalah menciptakan pergeseran dari budaya saling curiga dan tendensi menggunakan kekerasan dan mengarah kepada terbentuknya budaya perdamaian.

Pasca mengetahui urgensi perdamaian, perlu ditindaklanjuti praktik baik perdamaian dalam keseharian. Misalnya dalam hal toleransi. Saat mengetahui ada orang lain yang memiliki pandangan dan sikap yang berbeda dengan kita, maka harus dihormati. Tidak boleh pandangan tersebut dihakimi sebagai hal yang buruk hanya karena kita tidak meyakininya. Pemaksaan keyakinan akan menyebabkan gesekan. Sehingga harus dihindari sikap merasa diri paling benar. Begitu pun sikap curiga kepada orang lain. Merasa pihak lain sebagai ancaman sehingga harus dilawan dan dimusnahkan. Sikap ini menjadikan agenda perdamaian jalan di tempat. Dari penjelasan di atas, kita semakin sadar bahwa pendidikan perdamaian menjadi syarat utama agar manusia dapat hidup dalam damai.

Setelah mengetahui urgensi pendidikan perdamaian dan sikap yang harus dilakukan, perlu ditentukan wilayah tempat kita mengimplementasikan hal tersebut. Kita bisa melakukannya di kantor, sekolah, masyarakat, dsb. Tapi satu wilayah yang juga perlu dimasuki adalah dunia maya. Ledakan teknologi informasi ternyata mempengaruhi sikap keseharian seseorang. Artinya apa yang terjadi di dunia maya ternyata bisa merembet dalam kehidupan nyata. Dalam hal perdamaian, dunia maya kerap dipenuhi dengan beragam konten yang memicu perpecahan dan permusuhan. Hoax yang mengajarkan kebencian terhadap pihak lagi tidak bisa dibendung dengan cara-cara konvensional. Informasi sampah semakin menggunung. Jika hal ini tidak diantisipasi, dapat mempengaruhi perilaku hidup masyarakat.

Maka, disinilah signifikansi pendidikan perdamaian di dunia maya. Kita perlu mengedukasi masyarakat bagaimana bersikap dan berperilaku di dunia maya agar menimbulkan kesejukan dan perdamaian. Beberapa hal yang bisa dilakukan adalah membuat konten-konten berisi ajakan perdamaian (baik tulisan, gambar, video, dsb). Selain itu, tidak turut serta mengkonsumsi dan menyebarkan konten permusuhan. Contohnya banyak video di youtube yang berisi kata-kata kasar dan provokasi. Jika kita turut menonton dan menyebarkannya, sama saja mendukung penyebaran sikap permusuhan. Dan pembuat video pun akan merasa dirinya didukung sehingga terus-menerus memproduksi video yang sama. Daripada kita mendukung konten tidak bermutu seperti ini, lebih baik mendukung konten yang berisi pesan-pesan perdamaian. Bahkan jika memiliki kemampuan, kita dapat memproduksi sendiri narasi perdamaian dan menyebarkannya di dunia maya. Sekecil apapun langkah yang diambil untuk mengusung perdamaian, niscaya akan diperoleh hasilnya kelak.

Facebook Comments