Haji, Simbol Perjuangan Kemanusiaan (3)

Haji, Simbol Perjuangan Kemanusiaan (3)

- in Keagamaan
2174
0

Deklarasi Kemanusiaan Universal

Di Arafah, 15 abad yang lalu, Nabi besar Muhammad saw, menyampaikan pidato sebagai pesan terakhirnya yang ditujukan kepada seluruh umat manusia. Pidato Nabi yang disampaikannya di atas untanya tersebut dihadiri oleh sekitar 100 ribu orang. Isi dari pidato tersebut antara lain sebagai berikut:

“Wahai manusia, dengarkanlah perkataanku ini, karena aku tidak tahu apakah aku dapat menjumpaimu lagi setelah tahun ini di tempat wukuf ini.

“Wahai manusia. Sesungguhnya darah kamu dan harta kekayaan kamu merupakan kemuliaan bagi kamu sekalian, sebagaimana mulianya hari ini di bulan yang mulia ini, di negeri yang mulia ini. Ketahuilah sesungguhnya segala tradisi jahiliyah mulai hari ini tidak berlaku lagi. Segala sesuatu yang berkaitan dengan perkara kemanusiaan (seperti pembunuhan, dendam, dan lain-lain) yang telah terjadi di masa jahiliyah, semuanya batal dan tidak boleh berlaku lagi.

“Wahai manusia. Aku berwasiat kepada kalian, perlakukanlah perempuan dengan baik. Kalian sering memperlakukan mereka seperti tawanan. Kalian tidak berhak memperlakukan mereka kecuali dengan baik (kesantunan)”.

“Wahai manusia, aku berwasiat kepadamu, perlakukan isteri-isterimu dengan baik. Kalian telah mengambilnya sebagai pendamping hidupmu berdasarkan amanat Allah, dan kalian dihalalkan berhubungan suami-isteri berdasarkan sebuah komitmen untuk kesetiaan yang kokoh”.

“Wahai manusia. Sesungguhnya setan itu telah putus asa untuk dapat disembah oleh manusia di negeri ini, akan tetapi setan itu masih terus berusaha (untuk menganggu kamu) dengan cara yang lain. Setan akan merasa puas jika kamu sekalian melakukan perbuatan yang tercela. Oleh karena itu hendaklah kamu menjaga agama kamu dengan baik”.

“Perhatikanlah perkataanku ini. Sesungguhnya aku telah menyampaikannya…”Aku tinggalkan sesuatu bagi kamu sekalian. Jika kamu berpegang teguh dengan apa yang aku tinggalkan itu, maka kamu tidak akan tersesat selama-lamanya. Itulah Kitab Allah (Al Quran) dan Sunnah nabi-Nya (Al-Hadits)

“Wahai manusia. Dengarkanlah dan taatlah kamu kepada pemimpin kamu, walaupun kamu dipimpin oleh seorang hamba sahaya dari negeri Habsyah (Etiopia) yang berhidung pesek, selama dia tetap menjalankan ajaran Kitabullah (Al Quran) kepada kalian semua”.

“Lakukanlah sikap yang baik terhadap hamba sahaya. Berikanlah makan kepada mereka dengan apa yang kamu makan dan berikanlah pakaian kepada mereka dengan pakaian yang kamu pakai. Jika mereka melakukan sesuatu kesalahan yang tidak dapat kamu maafkan, maka juallah hamba sahaya tersebut dan janganlah kamu menyiksa mereka”.

“Wahai manusia. Dengarkanlah kata-kataku ini dan perhatikanlah dengan sungguh-sungguh. Ketahuilah, bahwa setiap muslim itu adalah saudara bagi muslim yang lain, dan semua kaum muslimin itu adalah bersaudara. Seseorang tidak dibenarkan mengambil sesuatu milik saudaranya kecuali dengan kerelaan hati. Oleh sebab itu janganlah kamu menganiaya diri kamu sendiri”.

“Ya Allah, sudahkah aku menyampaikan pesan ini kepada mereka? Kamu sekalian akan menemui Allah, maka setelah kepergianku nanti janganlah kamu menjadi sesat seperti sebagian kamu memukul tengkuk sebagian yang lain (berkhianat)”.

“Hendaklah mereka yang hadir dan mendengar khutbah ini menyampaikan kepada mereka yang tidak hadir. Acapkali orang yang mendengar berita tentang khutbah ini di kemudian hari lebih memahami daripada mereka yang mendengar langsung pada hari ini”.

“Kalau kamu semua nanti akan ditanya tentang aku, maka apakah yang akan kamu katakan? Semua yang hadir menjawab: Kami bersaksi bahwa engkau telah menyampaikan tentang kerasulanmu, engkau telah menunaikan amanah, dan telah memberikan nasehat. Sambil menunjuk ke langit, Nabi Muhammad saw kemudian bersabda: ” Ya Allah, saksikanlah pernyataan kesaksian mereka ini..Ya Allah, Lihatlah, mereka telah menyatakan itu. Ya Allah, saksikanlah pernyataan mereka ini..Ya Allah, saksikanlah pernyataan mereka ini.”(HR. Bukhari dan Muslim).

Jumrah adalah melempar batu di tiga tempat di Mina, masing-masing tujuh kali. Pada tanggal 10 Dzulhijjah para haji hanya dibolehkan melempar 7 batu di satu tempat saja, yang disebut Jumrah Aqabah/Kubra). Tanggal 11 dan 12 Zhulhijjah, mereka wajib melakukannya di tiga tempat: Ula, Wusta dan Aqabah.

Jumrah adalah simbol perjuangan manusia untuk membersihkan hati dengan membuang dan melemparkannya jauh-jauh kecenderungan-kecenderungan egoistik yang seringkali menyesatkan bahkan menyengsarakan manusia yang lain. Ia sering digambarkan bagai mengusir setan, karena makhluk inilah punya karekter yang selalu ingin menyesatkan manusia. Angka Tujuh menunjukkan sekali lagi bahwa perjuangan ini tidak boleh berhenti. Ini karena dalam diri manusia ada kecenderungan melampiaskan nafsunya secara tak terkendali dan acapkali diarahkan untk menghancurkan kemanusiaan. Allah menyatakan : “Sesungguhnya hawa nafsu selalu menggerakkan manusia ke arah tindakan-tindakan yang buruk [QS.Yusuf, 53]”.

Terakhir adalah Qurban. Secara harfiah ia berarti dekat atau mendekatan diri. Dalam Haji ia berarti mendekatkan diri kepada Allah, melalui penyembelihan ternak. Memenuhi seruan Tuhan dengan cara menyembelih hewan pada peristiwa ini adalah salah satu bentuk ketaqwaan kepada-Nya. Al Qur-an menyebutkan: “dan telah Kami jadikan untuk kamu unta-unta itu sebagai bagian dari syiar Allah, kamu memperoleh kebaikan yang banyak dari hal itu. Dan daging-daging unta dan darahnya sama sekali tidak akan dapat mencapai Tuhan. Tetapi ketaqwaan kamulah yang dapat mencapainya [QS.Al Hajj: 36-37]”.

Ia adalah simbol perjuangan manusia mewujudkan solidaritas sosial-ekonomi demi kesejahteraan bersama. Allah menyatakan: “Kemudian bila (hewan itu) telah roboh, maka makanlah sebagiannya dan beri makanlah orang yang rela dengan keberadaannya (kemiskinannya) dan orang yang minta-minta”. Seorang penafsir modern, Rasyid Ridha menyatakan bahwa ibadah qurban melambangkan perjuangan kebenaran yang menuntut tingkat kesabaran, ketabahan dan pengorbanan yang tinggi”. Pandangan ini mengajak kita untuk menaruh perhatian yang tinggi kepada dimensi moral dan perjuangan kemanusiaan ini. Dan semua harus terus diperjuangkan bagi terwujudnya keadilan dan kesejahteraan sosial. Pemihakan Islam terhadap komunitas manusia yang miskin atau dimiskinkan oleh struktur sosialnya merupakan komitmen utama Islam. Menyembelih hewan adalah menyembelih sifat-sifat kebinatangan yang menyesatkan dan yang seringkali tidak peka dan tak peduli terhadap penderitaan orang lain.

K.H. Husein Muhammad: Pengasuh Pondok Pesantren Dar al-Tauhid, Cirebon. Beliau adalah ulama yang aktif menulis dan penggiat isu-isu sosial dan hak-hak perempuan, dan pernah menjabat sebagai Komisi Nasional Anti Kekerasan Terhadap Perempuan.

Ia menerima penghargaan Bupati Kabupaten Cirebon sebagai Tokoh Penggerak, Pembina dan Pelaku Pembangunan Pemberdayaan Perempuan (2003), penerima Award (penghargaan) dari Pemerintah AS untuk “Heroes To End Modern-Day Slavery” (2006). Namanya juga tercatat dalam “The 500 Most Influential Muslims” yang diterbitkan oleh The Royal Islamic Strategic Studies Center, tahun 2010, 2011-2012.

Facebook Comments