Jamuan Menu Pendidikan Akhlak di Hari Raya Idulfitri

Jamuan Menu Pendidikan Akhlak di Hari Raya Idulfitri

- in Narasi
1791
0
Jamuan Menu Pendidikan Akhlak di Hari Raya Idulfitri

Setelah kurang lebih tiga puluh hari lamanya umat islam menjalankan rukun islam yang kelima yaitu puasa ramadhan. Akhirnya umat islam dipertemukan dengan hari raya Idulfitri. Pada momen ini umat islam kembali menjadi putih bersih tanpa ada noda dosa. Sebagaimana hadist Rosulullah saw., “Barang siapa yang berpuasa di bulan ramadhan karena iman dan mengharap pahala dari Allah. Maka dosanya di masa lalu akan diampuni” (HR. Bukhori no 38 dan Muslim no 760).

Dosa yang termaktub dalam hadist tersebut adalah dosa yang sifatnya habllum minallah bukan dosa yang bersifat hablum minanas. Mengapa demikian? Karena dosa yang bersifat adami atau sosial perlu adanya kerelaan dari orang yang terdholimi. Hal ini diterangkan dalam hadist riwayat Bukhori yang menerangkan orang yang berbuat kedzaliman kepada saudaranya harus meminta penghalalan atas dosa kedzaliman tersebut. Oleh karena itu, munculah budaya saling meminta maaf ketika hari raya lebaran idulfitri. Budaya ini diabadikan dalam kamus besar bahasa indonesia dengan penyebutan yang sering digunakan yaitu Halal bi halal yang artinya “hal maaf-memaafkan setelah menunaikan ibadah puasa ramadhan, yang biasanya diadakan oleh sekelompok orang”.

Budaya maaf-memaafkan di hari raya memiliki nilai yang sangat tinggi dan harus dipertahankan. Karena manusia sering lupa dengan tiga kata kunci ajaib yaitu, tolong, terima kasih, dan maaf. Pada kesempatan hari raya idulfitri umat islam membangun sebuah budaya indah untuk mengesampingkan ego yang telah dijinakan selama menjalani puasa. Bila hal ini disadari sebetulnya ada nilai pendidikan dan perbaikan akhlak dalam hari raya ini.

Perilaku memaafkan dan memohon maaf ini juga bisa menjadi sebuah pendidikan bagi anak-anak. Dengan adanya momentum hari raya orang tua bisa mencontohkan dan mengajarkan anak untuk mengenal kata maaf. Karena sifat ini bisa menanamkan jiwa kesatria dalam diri anak untuk menagkui kesalahan. Selain itu, dengan tertanamnya sifat ini bisa memberikan pengetahuan tersirat bahwa apa yang dilakukan tidak selalu benar. Oleh karena itu, adakalanya ia harus meminta maaf.

Perbuatan meminta maaf dan memaafkan merupakan sebuah hal yang sulit untuk diucapkan. Sebab pada dasarnya manusia memiliki ego dan gengsi yang tinggi untuk mengakui sebuah kesalahan. Padahal, dengan permohonan maaf dan memaafkan tidak membuat orang menjadi rendah. Malah sebaliknya perilaku tersebut membuat kita dihargai orang lain sebab telah menghargai perasaan orang lain. Jadi, sebetulnya dalam kata maaf ada sebuah rasa empati yang mencoba dibangun didalamnya.

Belajar dari spirit yang dibawa dalam hari raya idulfitri harus diterapkan umat islam dalam keseharian. Karena sebagai pribadi yang bertakwa harus mematuhi himbauan yang ada dalam al-Qur’an agar menjadi manusia pemaaf (al-A’raf;199). Akhir kata sudah sepatutnya seorang muslim menghiasi diri dalam kesehariannya dengan akhlak mulia salah satunya meminta maaf dan memaafkan. Karena jika menunggu momentum lebaran baru meminta maaf dan memaafkan apakah ada jaminan masih hidup dalam lebaran mendatang? Wallahu ‘alan bi al-showab.

Facebook Comments