Jangan Tunggangi Perjuangan Palestina dengan Propaganda Ideologis

Jangan Tunggangi Perjuangan Palestina dengan Propaganda Ideologis

- in Narasi
122
0
Jangan Tunggangi Perjuangan Palestina dengan Propaganda Ideologis

Sudah lebih dari 240 hari, atau sekitar 8 bulan, Gaza terus bertahan di tengah derasnya gempuran senjata dari Israel. Menurut data dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), lebih dari 200 serangan dan pembantaian telah dilakukan oleh pasukan zionis Israel terhadap penduduk Palestina.

Perang yang berkecamuk antara Palestina dan Israel telah lama melampaui batasan konflik agama, menjelma menjadi isu kemanusiaan global yang mendalam. Namun, dalam upaya mencari solusi, ada pihak-pihak yang memanfaatkan penderitaan rakyat Palestina untuk mengampanyekan ide “Khilafah” sebagai jalan keluar. Pendekatan ini tidak hanya salah arah tetapi juga mengerdilkan esensi konflik yang sebenarnya.

Direktur Eksekutif Intersolutional Conference of Islamic Scholars (ICIS), KH. Khariri Makmun, menyayangkan adanya pihak-pihak yang memanfaatkan penderitaan rakyat Palestina untuk melancarkan narasi politik, termasuk yang bernafaskan khilafah. “Mem-framing isu kemanusiaan di Palestina dengan agenda khilafah justru akan merugikan rakyat Palestina. Permasalahan Palestina sudah menjadi isu global yang berkaitan dengan pelanggaran HAM, genosida, dan kejahatan kemanusiaan. Aktor-aktor yang menggerakkan isu Palestina semakin meluas dan tidak dibatasi oleh sentimen ideologi, agama, negara, suku, dan ras. Mari kita tunjukkan kepedulian bersama dengan mengawal kemerdekaan dan keadilan untuk Palestina agar tidak ditumpangi oleh pengusung ideologi khilafah,” terangnya, Rabu (12/6/2024).

Berbagai negara di seluruh dunia telah menunjukkan solidaritas mereka terhadap Palestina dengan berbagai cara. Di Amerika Serikat, meskipun ada dukungan politik yang kuat terhadap Israel, gelombang protes dan kampanye “Save Palestine” sering menghiasi jalanan kota besar. Tokoh-tokoh publik dan anggota parlemen seperti Bernie Sanders dan Ilhan Omar secara vokal mengecam tindakan agresi Israel dan menyerukan penghentian bantuan militer kepada Israel.

Respons serupa juga terlihat di Eropa, di mana banyak negara secara tegas menyuarakan hak-hak Palestina dan mengutuk agresi Israel. Demonstrasi besar sering terjadi di kota-kota seperti London, Paris, dan Berlin, menunjukkan bahwa dukungan terhadap Palestina bersifat lintas batas dan lintas budaya.

Mendefinisikan konflik Palestina-Israel hanya sebagai perang agama adalah penyederhanaan berlebihan yang mengabaikan kompleksitas masalah yang sebenarnya. Esensi konflik ini adalah masalah kemanusiaan yang menyangkut hak-hak dasar, kemerdekaan, dan keadilan bagi rakyat Palestina. Pendudukan, perampasan tanah, penghancuran rumah, dan blokade Gaza adalah isu-isu utama yang memerlukan perhatian mendesak dari komunitas internasional.

Mengusulkan Khilafah sebagai solusi tidak hanya mengalihkan fokus dari akar masalah tetapi juga bisa memperparah konflik dengan memperkenalkan elemen ideologis yang dapat memecah belah lebih lanjut. Sejarah mencatat bahwa konflik Palestina-Israel adalah masalah yang telah berlangsung lama dengan dimensi politik, ekonomi, dan sosial yang kompleks.

Kampanye “Khilafah” sebagai solusi untuk konflik Palestina-Israel adalah sebuah pendangkalan esensi dari masalah yang ada. Konflik ini adalah isu kemanusiaan yang memerlukan pendekatan inklusif dan berbasis keadilan. Negara-negara di seluruh dunia telah menunjukkan solidaritas terhadap Palestina melalui berbagai cara, menggarisbawahi bahwa ini bukan hanya masalah agama, tetapi perjuangan untuk hak asasi manusia.

Mengacu pada pandangan akademis dan bukti sejarah, jalan keluar yang paling realistis dan manusiawi adalah melalui dialog dan mediasi internasional yang adil, bukan dengan memperkenalkan ideologi baru yang dapat memperkeruh keadaan. Penting untuk menjaga fokus pada esensi konflik yang sebenarnya dan bekerja menuju solusi yang benar-benar adil dan damai bagi semua pihak yang terlibat.

Facebook Comments