Merawat Kebhinekaan di Era Digital

Merawat Kebhinekaan di Era Digital

- in Narasi
2185
2
Realisme Kritis dan Moderatisme

Sejak munculnya revolusi digital dari perubahan teknologi mekanik dan elektronik analog ke teknologi digital yang telah ada sejak tahun 1980 dan berlanjut hingga hari dengan berbagai macam aplikasi digital seperti facebook, Instagram dan whatssApp. Budaya teknologi digital sedang merambah bangsa Indonesia pada era milineal.

Revolusi digital telah mengubah paradigma seseorang dalam proses menjalani kehidupan dunia saat yang serba menggunakan alat teknologi. Teknologi membawa perubahan yang sangat besar sekali kepada seluruh warga negara Indonesia. Teknologi digital membawa perubahan itu bisa berdampak positif maupun negatif dalam penggunaan teknologi digital di Hand Phone.

Dengan adanya teknologi digital seperti Hand Phone yang melalui aplikasi whattsApp penyebaran informasi bisa sangat cepat. Akan tetapi persoalan secara filosofis adalah informasi yang share itu justru menebar kebencian dan fitnah, hoax kepada sesama temanya yang kemudian akan berdampak disintegrasi bangsa Indonesia. Ujaran kebencian dan fitnah semakin merajalela dan ini perlu disikapi secara kritis oleh masyarakat Indonesia dalam menelan informasi dari internet. Sebab apa, fitnah dalam hal informasi dapat menyebabkan disintegrasi bangsa Indonesia. Informasi dari yang berasal dari media sosial bisa salah, juga bisa benar. Maka dari itu, dibutuhkan seleksi yang benar dalam meraih berita informasi sehingga tidak menimbulkan kebencian antar sesama warga Indonesia. Yang diakibatkan muunculnya hoaks dan fitnah dalam dunia maya media sosial.

Alat teknologi WhatsApp ini terkadang juga bisa melahirkan disinfomasi jika kita salah mengshare sebuah berita atau informasi ke temen atau ke group WA, sehingga akan melahirkan konflik antar pertemenan serta menimbulkan kebencian bagi yang tidak senang dengan informasi yang telah dishare ke WhatsApp Group ke beberapa temen, melainkan juga berdampak pada terputusnya silaturahmi kebangsaan dan bahkan kemudian mereka ada yang (left) keluar dari group WA maupun memblokir nomer WA temen. Hal seperti itulah yang harus kita hindari secara bersama ketika kita bangsa Indonesia ini ingin merajut Ukhuwah Kebangsaan dan kemanusiaan melalui media sosial yang berupa WhatsApp.

Baca juga : Realisme Kritis dan Moderatisme

Karena itu, untuk menghindari sikap saling benci dan dendam dengan temen temen yang ada di group WA demi melahirkan sikap persaudaran dan merajut kebhinekaan antar sesama umat manusia Indonesia. Maka ada beberapa beberapa faktor yang perlu diperhatikan. Pertama, melakukan tabayyun jika menerima berita yang mencurigakan. Tabayyun berarti menyelidiki kesahihan satu berita atau informasi dengan melakukan check and recheck dari sumber lain sebelum bertindak lanjut. Firman Allah swt. “Wahai orang-orang yang beriman, jika seorang fasik datang membawa berita maka bertabayyunlah, (agar) kamu semua tidak mencelakai satu kaum dengan secara tidak sengaja, sehingga kamu akan menyesali perbuatanmu (Q.S. Al Hujurat: 6).

Kedua, dalam menerima berita atau informasi kita jangan mudah tersinggung atau terhina, tapi kita saling menghormati apa yang telah dishare informasi di group WA . kalau pun tidak suka yang diam atau aja atau informasi yang dishare bisa di delete langsung. Hal ini dilakukan demi menjaga ukhuwah pertemenan dan bahkan ukhuwah kebangsaan.

Ketiga, dalam menerima berita informasi dari group WA, janganlah kita berprasangka buruk kepada orang lain. Berburuk sangka hanya akan menumbuhkan sikap saling mencurigai yang pada akhirnya dapat merusak ukhuwah atau persaudaraan serta permusuhan dengan temen yang lainya. Selain itu, kita juga dilarang menghibah orang lain atau menjelekkan orang lain, orang yang kita jelekkan akibat dari prasangka buruk itu, pasti orang tersebut akan marah juga. Sebab apa, hal itu menyakitkan hatinya dan persaudaraan akan menjadi rusak. Sikap-Sikap berprasangka buruk dan ghibah itulah yang perlu kita hindari sejak dini demi merangkai ukhuwah kebangsaan dan kemanusiaan.

Dalam Surat Al Hujurat ayat 12, dijelaskan “Wahai orang-orang yang beriman, jauhilah sebagian besar prasangka. Sesungguhnya sebagaian prasangka itu adalah dosa. Dan Janganlah mencari-cari kesalahan orang lain. Dan jangan saling bergunjing. Adakah salah seorang dari kamu suka memakan daging saudaranya yang telah menjadi bangkao. Maka pastilah kamu tidak suka hal tersebut. Dan bertakwalah kepada Allah swt. Sesungguhnya Allah swt adalah Maha Penerima Taubat dan Maha pengasih.

Oleh karena itu, kita sebagai pengguna WhatsApp harus selalu bersikap kritis-filosofis dalam menerima pesan informasi. Keberadaan whats up sebagai alat teknologi yang diciptakan oleh manusia tentunya memiliki resiko dan dampak sosial bahkan dampak disintegrasi bangsa Indonesia. Emmanuel G Mesthene dalam tulisannya “ The Social Impact of Technological Change” menegaskan bahwa teknologi telah membawa perubahan dari segi pemikiran dan bahkan pada gaya hidup manusia (2003:617). Karena itu, alat teknologi yang berupa WhatsApp pun akan melahirkan pemikiran dan mengarah pada kebencian umat manusia jika informasi yang dishare untuk melahirkan pemikiran yang merusak ukhuwah umat manusia.

Dengan demikian, masyarakat Indonesia sebagai pemakai WhatsApp harus berhati-hati dalam mengshare berita atau informasi ke dalam group WA maupun pesan secara pribadi ke WA temen yang lain. Sikap kehati-hatian dalam menyebarkan berita atau informasi menjadi sangat signifikan sekali dalam memperkuat kebhinekaan dan merajut perdamaiaan dan bahkan sampai pada tataran ukhuwah kebangsaan serta ukhuwah kemanusiaan. Tindakan dan sikap itu dilakukan semua dengan tujuan menjaga keharmonisan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).

Karena itu, segala persoalan kebangsaan saat ini harus disikapi dengan kepala dingin dan hati yang arif bijaksana, jangan ada politik adu domba, semua harus dapat diselesaikan dengan jalan kembali pada Bhinneka Tunggal Ika atau nilai persaudaraan bangsa Indonesia. Nilai persaudaraan harus dijadikan sebagai petunjuk kehidupan berbangsa dan bernegara. Nilai-nilai persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia juga diajarkan dalam Bhinneka Tunggal Ika yang memiliki nilai-nilai luhur, budi pekerti, etika dan moral bagi setiap warga negara Indonesia dalam rangka merangkai rasa kedamaiaan berbangsa. Semoga.

Facebook Comments